Terapi ini menggunakan laser yang biasa digunakan untuk perawatan kulit yakni berkekuatan 5 sampai 500 mW. Laser berkekuatan rendah ini dipancarkan pada 29 titik di seluruh tubuh mulai dari wajah, telinga, pergelangan, dan telapak tangan.
Menurut ahli LLLT, Philip Gabel, penembakan laser ini bertujuan mempengaruhi ketergantungan seseorang pada nikotin. Teknologi LLLT bekerja dengan cara menstimulasi sel-sel otak yang sudah dalam kondisi ketergantungan. Penyinaran laser ini tidak merusak sel hidup, tetapi mengembalikan struktur biokimia di sel-sel otak agak kembali seperti kondisi sebelum kecanduan.
"Akibat dari konsumsi nikotin kita merasa rileks padahal, otak tidak membutuhkannya. Terapi ini akan mengembalikan otak ke kondisi sebelum merokok," kata Gabel pada perkenalan S Clinic di Jakarta, Rabu (5/6/2013) kemarin.
Di titik-titik tertentu yang mendapat sinar laser, terang Gabel, terdapat saraf dan pembuluh darah. Dua puluh sembilan ini aksesnya paling besar terhadap kerja otak. Salah satu area yang area yang mendapat penyinaran adalah bibir. Dua titik yang mendapat penyinaran adalah ujung bibir kiri dan kanan.
Bibir adalah salah satu area yang terkena dampak langsung merokok. Area bibir biasanya menjadi cepat berkerut dan menghitam. Dua area ini juga memiliki akses besar dalam mempengaruhi ketergantungan pada nikotin.
Terapi LLLT terdiri atas 3 sesi. Sesi pertama dilakukan selama satu jam, sementara sisanya kurang dari 30 menit. "Penyinarannya sendiri hanya berlangsung 15 menit. Sisa waktu digunakan untuk konseling dan relaksasi," kata Gabel.
Jarak kedatangan sesi pertama dan kedua adalah 3 hari. Sementara sesi kedua sampai tiga sekitar 7 sampai 10 hari. Menurut Gabel, selama dua sesi pertama biasanya pasien sudah merasakan efek terapi LLLT. Stimulasi ini mulai bisa dirasakan selama 12 sampai 24 jam setelah terapi pertama. Kemudian meningkat jadi 4 sampai 6 minggu
"Pasien tidak lagi merasa butuh rokok dan menjauhinya. Angka keberhasilan pasien cukup tinggi," kata Gabel yang mengklaim dari 10 pasien yang datang, 9 orang diantaranya berhenti merokok.
Kendati begitu, ia berpesan pasien untuk teguh berkomitmen menghentikan rokok. Philip juga berpesan untuk memelihara pola makan, tidur, kerja, dan istirahat yang baik. Hal ini dikarenakan terapi LLLT hanya mempengaruhi keinginan merokok, tidak mengurangi nikotin dalam tubuh. Kadar nikotin dibuang lewat metabolisme tubuh.
"Terapi ini memang bisa membantu pasien mengurangi keinginan merokok, tapi kontrol tetap ada pada diri pasien," tandasnya.
0 komentar:
Posting Komentar