ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan selama dua tahun terhadap 141 wanita berusia antara 18-65 tahun yang aktif berhubungan seksual, peneliti menemukan bahwa partisipan yang menggunakan pelicin berupa petroleum jelly berisiko mengidap bacterial vaginosis sebesar 22 persen. Begitu juga dengan partisipan yang menggunakan minyak-minyak tertentu sebagai pelumas berisiko mengalami infeksi ragi hingga 32 persen.
"Bisa jadi produk-produk ini mengubah keseimbangan flora atau organisme yang tinggal di dalam vagina, berikut tingkat keasaman vagina sehat. Padahal perubahan keseimbangan tersebut, entah itu karena kesalahan pemilihan pelumas atau faktor lainnya dapat memicu infeksi pada vagina," terang peneliti Joelle Brown, PhD.
Apalagi semakin banyak studi yang membuktikan bahwa beberapa produk yang diklaim dapat menjaga kesehatan vagina, termasuk sejumlah produk pelumas tertentu dan produk pembersih yang tak terlalu dibutuhkan vagina, justru dapat merusak jaringan vagina sekaligus meningkatkan risiko infeksi yang lebih serius seperti HIV. Menurut Brown, hal ini akan semakin parah jika infeksinya tak kunjung diobati karena dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Untuk itu, ketika memilih pelumas, carilah yang dapat bekerja dengan baik tapi juga takkan mempengaruhi jumlah bakteri yang hidup di dalam vagina. Hal ini dikemukakan Lauren Streicher, MD, asisten profesor obstetri dan ginekologi dari Northwestern University, AS.
"Dan tak ada yang lebih buruk daripada petroleum jelly. Karena pelumas ini bisa bertahan di dalam vagina selama berhari-hari, menarik serta mengumpulkan bakteri jahat sekaligus membuat kondom dari lateks menjadi tak begitu efektif," kata Dr. Streicher seperti dilansir Prevention, Selasa (28/5/2013).
"Begitu juga dengan minyak dapur andalan Anda. Lagipula jika minyak itu ditujukan untuk makanan Anda, jangan pernah menggunakannya untuk hal lain. Selain itu, minyak-minyak alami seperti minyak rambut juga menurunkan efektivitas kondom lateks, tak mudah dibilas serta menjebak banyak bakteri jahat di dalam vagina," tambahnya.
Tapi bukan berarti Anda harus menghindari penggunaan pelumas sama sekali. Bagaimanapun hal ini dapat menambah semarak kehidupan seksual Anda dengan pasangan. Kuncinya adalah baca komposisi pelumasnya terlebih dulu. Berikut pedoman yang direkomendasikan Dr. Streicher:
1. Yang harus dihindari
- Gliserin
Zat ini seringkali ditambahkan pada pelumas berbahan air agar lebih licin. Padahal gliserin hampir mirip dengan glukosa atau gula yang dapat menciptakan tempat berkembang biak yang baik bagi ragi. Begitu pula dengan jenis gula lain yaitu sorbitol.
- Asetat
Asetat sama halnya dengan alkohol yang secara alami dapat menyebabkan vagina mengering atau iritasi pada kulit vagina yang halus. Jika tetap digunakan, dikhawatirkan terlalu banyak gesekan yang mengenai jaringan vagina akan melukainya dan membuka peluang munculnya infeksi atau penyakit menular seksual lainnya.
- Propylene Glycol
Biasanya zat ini digunakan sebagai pengawet pada banyak pelumas populer, padahal propolene glycol dapat menyebabkan iritasi pada vagina.
2. Yang harus dicari
- Silikon (Dimethicone)
Pelumas berbahan silikon jauh lebih tahan lama daripada pelumas berbahan air dan tidak membutuhkan gula tambahan untuk membuatnya tetap licin.
- Aloe vera
Kata Dr. Streicher, zat alami ini tidak mengubah dinding vagina dan benar-benar membantu melembutkan kulit.
- Bebas Paraben (Paraben-Free)
Sebelumnya para pakar memperingatkan bahayanya kandungan paraben dalam kosmetik, begitu pula dengan pelumas bercinta Anda. Sayangnya banyak produk kebersihan wanita yang menggunakan pengawet seperti paraben dan hal ini diperbolehkan. Jika Anda dapat mencegahnya, pilihlah produk kewanitaan yang tak mengandung paraben, termasuk untuk urusan ranjang.
0 komentar:
Posting Komentar