BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah mendasar dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi murid serta kurangnya motivasi dan keinginan terhadap pembelajaran matematika di sekolah. Beberapa faktor penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut antara lain kurangnya kualitas materi pembelajaran, metode pembelajaran, metode pengajaran yang mekanistik yang lebih menekankan pada latihan dan penghafalan rumus, serta buruknya sistem penilaian (Depdiknas,
2004: 32)
Aspek penting dalam pengajaran matematika adalah
agar siswa mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam berbagai keterampilan serta mampu menggunakannya sebagai strategi untuk memecahkan berbagai masalah (Putman dalam Asmin, 2007: 3)
Salah satu pokok bahasan yang diajarkan di Sekolah Menengah kelas XI pada pelajaran matematika adalah peluang. Ditinjau dari karakteristik materi, peluang merupakan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dibutuhkan pemahaman siswa terhadap konsep, penalaran, ketelitian kemampuan berfikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Tujuan pembelajaran materi peluang pada kelas XI IPS adalah agar siswa dapat menyusun dan menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi, dan agar siswa dapat menentukan banyak kemungkinan kejadian dari beberapa situasi (Depdiknas: 2003: 49). Peluang adalah materi dalam pelajaran matematika yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memahami konsep peluang dengan baik akan melatih siswa untuk lebih memahami kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan konsep peluang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu guru matematika MAN 2 Mataram kelas XI, bahwa pada kelas XI telah dilakukan penjurusan kelas. Ada tiga penjurusan yaitu, XI IPA, XI IPS, dan XI Bahasa. Terdapat beberapa permasalahan akibat dari penjurusan kelas pada kelas XI IPS yakni:
(1) Apabila dibandingkan dengan kelas XI IPA, siswa kelas XI IPS lebih banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika.
(2) Siswa pada umumnya mengambil jurusan IPS karena ingin menghindari mata pelajaran matematika yang mereka anggap sulit. Namun, sejak beberapa tahun yang lalu matematika pada jurusan IPS diikutsertakan pada ujian nasional, sehingga mata pelajaran matematika juga diajarkan pada jurusan IPS.
(3) Materi pelajaran matematika pada semester I kelas XI IPS membahas mengenai statistika dan peluang. Hal ini berarti bahwa, prestasi belajar siswa pada konsep peluang akan memberikan pengaruh yang besar pada prestasi belajar siswa secara keseluruhan semester I.
(4) Siswa dalam proses pembelajaran lebih sering bermain-main dan tidak berkonsentasi dalam belajar. Hal ini berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menerima pelajaran yang diberikan guru.
Informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas XI IPS ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
(1) Siswa-siswa tersebut berasal sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama yang berbeda-beda, sehingga terdapat siswa yang tidak terlatih untuk mengembangkan pola pikir matematis.
(2) Penyajian materi yang kurang menarik menyebabkan siswa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa saat belajar rendah. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
(3) Pembelajaran matematika di kelas masih bersifat mekanistik, dimana pembelajaran lebih menekankan pada latihan dan penghafalan rumus.
Berdasarkan hasil wawancara, bahwa pada pokok bahasan statistika yang mendahului pokok bahasan peluang, siswa tidak terlalu bermasalah, hanya saja membutuhkan waktu yang lebih lama. Selanjutnya, guru matematika kelas XI IPS menambahkan bahwa lebih sulit menjelaskan pokok bahasan peluang daripada statistika, karena karakteristik pokok bahasan peluang lebih kompleks.
Melihat karakteristik peluang dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu pendekatan yang menjanjikan dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran melalui pendekatan RME (Realistic Mathematic Education). Pada pandangan RME, dalam semua kasus, bahan ajar dimatematisasikan, dipengalamankan secara nyata untuk siswa. Hal ini tidak berarti bahwa RME selalu menggunakan masalah kehidupan yang nyata (Lange, 1987), tetapi juga dapat menggunakan hal-hal yang sudah dialami atau dipahami siswa atau sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar dalam Amin, 2004: 145). Salah satu prinsip yang dikembangkan dalam RME adalah bahwa pembelajaran tidak bermula dari proses formal. Prinsip ini cocok diterapkan pada kelas dimana pada proses pembelajaran siswa lebih banyak bermain-main dan kurang berkonsentrasi.
Pembelajaran dengan pendekatan RME dapat diterapkan pada pokok bahasan peluang karena memiliki cakupan materi yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Melalui pembelajaran dengan pendekatan RME diharapkan dapat membangun minat dan motivasi siswa dalam proses belajar. RME juga diharapkan dapat memudahkan guru untuk dapat menggalakkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran akan lebih meningkat. Dengan demikian, materi yang dipelajari siswa akan lebih mudah dipahami dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas XI IPS bahwa siswa kelas XI IPS 3 prestasi belajarnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kelas XI IPS yang lain, hal ini terlihat dari hasil ujian tengah semester yang telah dilakukan yakni kelas XI IPS 1 nilai rata-ratanya 71, 4, kelas XI IPS 2 nilai rata-ratanya 75, 1, XI IPS 3 rata-ratanya 68, 7. Penyebab hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 rendah adalah kurangnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa dalam proses pembelajaran lebih banyak bermain-main dan tidak berkonsentrasi sepenuhnya pada kegiatan belajar. Hal ini mendorong peneliti menggunakan kelas XI IPS 3 sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan RME (Realistic Mathematic Education) terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang diberi judul �Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008 Pada Pokok Bahasan Peluang Melalui Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)�. Untuk selanjutnya, pada tulisan ini Realistic Mathematic Education akan disebut sebagai Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diangkat beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 ?.
2. Bagaimana penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 ?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan diadakannya penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 melalui pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain:
1. Bagi siswa, sebagai acuan untuk dapat memahami konsep peluang dengan lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dalam menerapkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) di dalam kelas sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan peluang.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar dan dapat memberikan solusi alternatif dari masalah pembelajaran yang ada guna meningkatkan hasil belajar matematika.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
Kamis, 26 Mei 2011
Peningkatan Prestasi Belajar Biologi dan Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan yang cepat di luar bidang pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika cara pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam menghadapi tantangan tersebut pemerintah melakukan berbagai macam cara yaitu antara lain dengan memberikan pelatihan terhadap guru-guru, pengembangan kurikulum dan penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga pemerintah melakukan standarisasi terhadap ujian nasional.
Oleh karena itu guru dan siswa diharapkan mampu mencapai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi terwujudnya
tujuan dari pendididkan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ilmu biologi adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang semua mahluk hidup di muka bumi. Biologi secara universal mengkaji aspek penting tentang kehidupan dari semua mahluk hidup di alam semesta ini. Pada abad ke- 19 perkembangan ilmu biologi semakin meluas setelah adanya penemuan-penemuan baru oleh para ilmuan. Dari hasil penemuan itu disimpulkan bahwa semua organisme memiliki karakteristik pokok. Karakteristik pokok yang melekat pada setiap kelompok organisme tidaklah sama. Maka, muncullah istilah-istilah botani, zoologi, dan mikrobiologi yang merupakan cabang dari biologi yang mengkaji secara khusus tentang karakteristik pokok dari setiap kelompok organisme. Seirama dengan perkembangan peradaban manusia, biologi kini berkembang mengarah ke aspek yang mengkaji tentang kemungkinan berevolusinya mahluk hidup pada masa yang akan datang dan kemungkinan adanya mahluk hidup di plaanet-planet lain selain bumi (Bekti R, Sawaldi, 2007).
Terkadang siswa banyak mengalami kesulitan untuk mempelajari dan memahami materi yang ada dalam pelajaran biologi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar materi diajarkan dengan metode yang masih bersifat tradisional dan selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah. Untuk itu perlu diterapkan metode mengajar yang sesuai, agar siswa mudah memahami materi tersebut. Metode mengajar adalah stategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah dan Aswan, 2006).
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Namun pencapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya model pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang mungkin dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang masih banyak dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Biologi SMA Negeri 1 Empang adalah 60. Berikut adalah hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang :
Tabel 1.1 Data ketuntasan belajar Biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011
No Kelas Nilai
Rata-rata Jumlah siswa Total siswa Persentase ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 XI IPA 1 50,96 8 20 28 28,57 %
2 XI IPA 2 51,48 10 17 27 37,04 %
(Sumber : Ulangan harian kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang)
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Rendahnya prestasi belajar biologi pada siswa yang mengalami masalah secara komperhensif dalam pembalajaran biologi yaitu faktor internal siswa misalnya kesiapan belajar siswa, kemampuan kognitif maupun faktor eksternal seperti kondisi sosial, sarana dan prasarana serta gaya/pendekatan dalam mengajar.
Setelah melakukan wawancara dengan guru bidang studi biologi SMA Negeri 1 Empang, salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar dan motivasi siswa khususnya pelajaran biologi adalah sebagian metode yang digunakan masih bersifat tradisional. Selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat guru dapat menyelesaikan bahan pelajaran, kenyataan ini diperkuat oleh alasan guru yaitu mengejar target kurikulum. Dan dengan metode yang masih didominasi dengan metode cerama membuat siswa merasa jenuh dan kaku didalam proses belajar biologi yang secara langsung hal ini dapat mengurangi motivasi siswa pada mata pelajaran biologi.
Hal yang demikian merupakan faktor yang menjadikan biologi termasuk pelajaran yang sulit dan akhirnya kurang diminati. Oleh sebab itu, peneliti mencoba dengan pendekatan kooperatif Examples Non Examples karena pendekatan ini lebih menfokuskan pada materi yang berkaitan dengan contoh-contoh.
Dari uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian tentang �Peningkatan Prestasi Belajar Biologi dan Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah �Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 20010/2011 ?�.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam menentukan metode pengajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4.2. Manfaat praktis
1.4.2.1. Memberi masukan bagi tenaga pendidik tentang upaya memperbaiki proses pembelajaran kearah perbaikan bagi siswa yang merasa kurang mampu menangkap lebih cepat materi yang diberikan guna meningkatkan prestasi belajar.
1.4.2.2. Menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan metode pengajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran.
1.5. Lingkup Penelitian
1.5.1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Empang Jalan Lintas Sumbawa-Bima Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa.
1.5.2. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA Tahun Ajaran 2010/2011.
1.5.3. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dalam meningkatkan prestasi belajar serta motivasi siswa.
1.6. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman penafsiran beberapa istilah pada judul penelitian ini perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1.6.1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhanm (Isjoni,2009). Selanjutnya menurut Lie (2002), Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ini merupakan alur poroses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, tetapi siswa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
1.6.2. Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati,2007). Selanjutnya menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
1.6.3. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
1.6.4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. (Hamzah, 2006;23)
Selanjutnya Sardiman (2010;75), menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin dari arah belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Kooperatif
2.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang memilki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni,2009). Selanjutnya Slavin dalam isjoni (2009), pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono,2009).
Menurut Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah Positive interdependence (saling ketergantungan positif), Personal responsibility (tanggung jawab perorangan), Face to face promotive interaction (tatap muka), Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan Group processing (pemrosesan kelompok).
2.1.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Setiap anggota memiliki peran
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat di perlukan
Sedangkan menurut Suprijono (2009), model pembelajaran kooperatif akan dapat menunumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
2.1.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar coopertive learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni,2009).
2.1.4. Keterampilan Kooperatif
Laundgren (dalam Isjoni, 2009), membagi keterampilan kooperatif sebagai berikut:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal.
Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati pekerjaan individu.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan katidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mandengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, dan mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
2.1.5. Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
Pendekatan pembelajaran kooperatif dilaksanakan oleh guru dengan teknik-teknik antara lain sebagai berikut :
a. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division (STAD)).
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi kunci jawaban soal dan meminta memeriksa hasil kerja. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
b. Teknik Susun Gabung (Jigsaw).
Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
c. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation).
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua siswa di kelas.
d. Teknik Cari Pasangan.
Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu, tiap kartu berisi 1 bagian materi pelajaran, kemudian mereka harus mencari siswa-siswa pemegang kartu yang isinya berkaitan dengan isi kartunya. Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu berkelompok dan mendiskusikan keseluruhan materi.
e. Teknik Tukar Pasangan.
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan hasil kerja dari kelompok semula.
f. Examples Non Examples
Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, membagi kelompok siswa, menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP, memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar, melalui diskusi kelompok 2�3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, Kesimpulan.
2.1.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Suprijono, (2009) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Prilaku guru
Fase 1 : Present goals and set.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2 : Present information.
Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning teams.
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim dan belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and study.
Membantu kerja team dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials.
Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajara atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provode recongnition.
Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui dan presentasi individu maupun kelompok
2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
2.2.1. Pengertian Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007 ). Sedangkan menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh yang berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Examples Non Examples
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tipe Examples Non Examples (Kusuma, 2008) adalah :
a. Kelebihan Examples Non Examples
1. Membuat siswa lebih aktif dan berpikir kritis dalam menganalisa gambar dari contoh-contoh materi pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar mengajar.
2. Materi dapat disajikan dalam bentuk yang lebih praktis berupa contoh-contoh yang berupa bagan, gambar, maupun skema.
3. Siswa dapat mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar dan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Kekurangan Examples Non Examples
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk bagan, gambar, maupun skema.
2. Hanya materi pembelajaran yang bersifat eksperimen saja yang dapat diaplikasikan pada tipe Examples Non Examples.
3. Membutuhkan waktu yang lama untuk proses kegiatan belajar mengajar.
2.2.3. Langkah-langkah Examples Non Examples
Menurut Suprijono (2009), adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples adalah sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru membagi kelompok siswa
c. Guru menempel gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
d. Guru memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
e. Melalui diskusi kelompok 2 � 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
f. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
g. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
h. Kesimpulan.
2.3. Prestasi Belajar
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni �prestasi� dan �belajar�. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Slameto (2009), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor-faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa, meliputi :
1. Faktor Jasmani
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya, ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau menurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyusaikan ke dalam situasi yang baru dengan cakap yang efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif , mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada sesuatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siwa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e) Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dpat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan
kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Kelelahan dapat dihilangkan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara berikut:
a) Tidur
b) Istirahat
c) Mengusahan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
d) Menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran darah
e) Rekreasi dan ibadah yang teratur
f) Olahraga secara teratur
g) Mengimbangi makanan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalkan makanan yang memenuhi empat sehat lima sempurna.
h) Jika kelehan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya, dokter, psikiater, konselor, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri siswa, meliputi :
1. Faktor Keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidkan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh, dan sebagainya.
c) Suasana rumah
Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan ganggu dengan tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah.
f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak dalam belajar.
2. Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefekfif mungkin.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses itu juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
d) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain.
e) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
f) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa masuk sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
g) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.
h) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
i) Metode belajar
Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes.dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
j) Tugas rumah
Waktu belajar terutama di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
b) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.
c) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ.
2.4. Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2.5. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar siswa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi hasil dari proses belajar. Prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran 2010/2011 masih jauh yang diharapkan dan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dengan memilih pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan tersebut harus dapat membangkitkan semangat belajar dan motivasi siswa selain itu juga harus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang di mana konsep dasar dari model pembelajaran ini adalah menyusun materi pembelajaran dalam bentuk contoh-contoh berupa skema, gambar maupun bagan sehingga nantinya dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa.
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Berdasarkan kerangka berpikir tersubut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah �Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research), Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto,dkk. 2007;3)
Penelitian tindakan kelas ini akan berjalan dengan menggunakan siklus pembelajaran dan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan yaitu, 1 kali pertemuan pemberian materi pelajaran dan satu kali pertemuan diakhir siklus peneliti akan melakukan evaluasi sebagai akhir dari siklus pertama.
Pada siklus kedua juga akan mendapat perlakuan yang sama dengan siklus pertama, dengan melihat segala kekurangan yang terjadi pada siklus pertama akan diperbaiki pada proses pembelajaran pada siklus ke dua.
3.2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai prestasi belajar siswa pada materi pelajaran dengan menggunakan soal tes. Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan oleh peneliti dalam bentuk kalimat, kata atau gambar. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai motivasi melalui angket.
3.3. Tempat dan waktu penelitian
3.1.1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Empang.
3.1.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (II) Tahun Ajaran 2010/2011.
3.4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan penelitian tindakan kelas, pada penelitian tindakan kelas ini rancangan penelitiannya terdiri atas dua siklus dengan ciri-ciri sebagai berikut:
3.4.1 Tahapan siklus pertama
a) Tahap Perencanaan
Tahap yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1. Peneliti mensosialisasikan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples kepada guru di sekolah.
2. Membuat rencana program pengajaran (RPP).
3. Menyusun format-format instrument penelitian, angket (Quesioner) serta tes hasil belajar siswa.
b) Tahap aksi atau Tindakan
1. Peneliti memperkenalkan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dan menjelaskan alur-alur kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Melaksanakan semua hal yang telah direncanakan pada tahap perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam skenario pembelajaran.
c) Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan menafsirkan hasil proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.
d) Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar siswa disimpulkan secara analisis, sehingga dari hasil tersebut peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data hasil tes tulis maupun tes angket yaitu identifikasi kekurangan, analisis sebab kekurangan dan menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5.1. Siklus II
Tahap siklus kedua ini urutannya sama dengan urutan siklus pertama, akan tetapi umumnya tindakan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari siklus pertama yang tentu saja ditunjukkan untuk memperbaiki berbagai hambatan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Tahapan pada Siklus II sama dengan Siklus I yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan (implementasi)
3. Evaluasi
4. Analisis dan refleksi
Siklus PTK secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema : 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas ( Suharsimi, 2007;16 ).
3.5. Populasi dan sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Mardalis (2007), populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa yang tersebar dalam dua kelas yaitu XI IPA1 berjumlah 28 siswa dan XI IPA2 berjumlah 27 siswa.
3.5.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Selanjutnya, menurut Arikunto (2009) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jadi yang dimaksud dengan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari seluruh siswa/kelas yang diteliti.
Menurut Arikunto (2009), Apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPA berjumlah 55 siswa. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Pada penentuan sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan melihat nilai hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Pelajaran 2010/2011 didapatkan persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA1 28,57%, dan untuk kelas XI IPA2 37,04%. Dengan demikian sebagai kelas kontrol adalah kelas XI IPA2 dan sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI IPA1, karena persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA2 lebih besar dari kelas XI IPA1 (37,04%>28,57%).
3.6. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode angket dan pemberian post tes (tes hasil belajar) yang telah diuji coba pada kelas yang lain. Data hasil tes kemudian dianalisis menggunakan statistik uji-t.
Untuk memperoleh data yang valid, reliabel dan dapat dipercaya sehingga akan memberikan hasil yang optimal, maka dalam penelitian ini ditetapkan teknis pengumpulan datanya sebagai berikut :
3.6.1. Angket
Angket merupakan teknit pengupulan data yang palinag efesien bila peneliti tau dengan pasti variable yang akan diukur dan tau apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,2009;199). Dalam penelitian ini penyusunanan angket berdasarkan pada skala Likert dengan standar skala adalah 1 sampai 5.
Setelah ditentukan respondennya maka dilanjutkan dengan membagikan angket. Angket dibagikan kepada responden dengan ketentuan lembar angket dan angket diisi kemudian angket ditarik kembali untuk dilakukan pembahasan.
3.6.2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006).
3.7. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006).
3.7.1. Lembar angket
Angket atau (Quisioner) adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang di distribusikan kepada responden baik secara langsung atau tdak langsung (melalui pos atau perantara). (Amirul, dkk.1998;99)
Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau sumber yang beraneka ragam. Selain itu angket juga secara umum meminta keterangan tentang fakta yang diketahui responden atau juga mengenai pendapat atau sikap. (Nasution. S. 2008;128).
Angket dalam penelitian ini yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa sebagai pengaruh dari model pembelajaran artikulasi. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, item-item disusun dalam bentuk pernyataan dengan alternatif, jawaban :Jika memilih e diberi skor 1, b diberi skor 2, c diberi skor 3, b diberi skor 4, dan a diberi skor 5.
3.7.2. Soal Tes
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari 20 item soal yang semuanya adalah pilihan ganda (multiple chois). Soal tes dalam penelitian ini diambil dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa perangkat tes hasil belajar (THB).
3.7.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran biasanya lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan di dalam kelas dimana rencana ini berisi gambaran global dari materi yang akan disampaikan.
3.8. Teknik analisis data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif sebagai berikut :
3.8.1. Analisis data angket motivasi dan pengetahuan siswa
Data angket motivasi dapat dianalisis secara kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tiap-tiap soal memilki item yaitu a, b, c, d, e masing-masing item mempunyai nilai berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1 denagn menentukan skor penilaian sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh penulis.
b. Berdasarkan skor tertentu dapat dijumlahkan skor total motivasi siswa.
c. Berdasarkan jumlah skor total tersebut dapat ditentukan motivasi siswa apakah termasuk kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang.
d. Penetuan motivasi siswa sesuai interval yang telah dibuat, yaitu interval 92-100 termasuk kategori sangat baik, 72-91 termasuk kategori baik, 49-71 termasuk kategori cukup, 25-48 termasuk kategori kurang, 0-24 termasuk kategori sangat kurang.
e. Penentuan tingkat motivasi siswa sesuai dengan interval yang ditentukan.
Rumus analisis angket
Pedoman kriteria penilaian skala 1-5 motivasi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.
Pada sekala Likert data interval dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skor setiap jawaban responden (Sugiyono, 2009;137)
Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut :
jumlah skor yang di peroleh responden
skor ideal (kriterium) seluruh item
Konversi kategori angket motivasi
Selanjutnya kualifikasi motivasi siswa ditentukan berdasarkan pedoman konversi seperti pada tabel 3.1 (Suprijono, 2009) :
Tabel 3.1. Pedoman Konversi Penilaian Skala 1-5 Motivasi Siswa
No Konversi Nilai Kategori Mnat
1
2
3
4
5 92 � 100
72 � 91
49 � 71
25 � 48
0 � 24 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
3.8.2. Analisis hasil belajar
Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut dianalisis dengan mencari nilai rata-rata, ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Kemudian dianalisis secara kuantitatif.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Ketuntasan individu
Hasil belajar siswa ditentukan berdasarkan acuan patokan, skor yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual terhadap indikator yang telah ditetapkan. Ketuntasan individu ditentukan dengan rumus :
N =
Keterangan :
N = Nilai
X = Skor yang dicapai siswa
Z = Skor maksimal
Setiap siswa dalam proses belajar dikatakan tuntas terhadap materi pelajaran yang telah diberikan apabila memperoleh nilai 60.
2. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan persaman sebagai berikut (Sudjana, 2003) :
KK=
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60
Z = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Sesuai dengan teknik penilaian, siswa dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi yang telah diajarkan jika mencapai 85% siswa tuntas secara individu.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan yang cepat di luar bidang pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika cara pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam menghadapi tantangan tersebut pemerintah melakukan berbagai macam cara yaitu antara lain dengan memberikan pelatihan terhadap guru-guru, pengembangan kurikulum dan penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga pemerintah melakukan standarisasi terhadap ujian nasional.
Oleh karena itu guru dan siswa diharapkan mampu mencapai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi terwujudnya
tujuan dari pendididkan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ilmu biologi adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang semua mahluk hidup di muka bumi. Biologi secara universal mengkaji aspek penting tentang kehidupan dari semua mahluk hidup di alam semesta ini. Pada abad ke- 19 perkembangan ilmu biologi semakin meluas setelah adanya penemuan-penemuan baru oleh para ilmuan. Dari hasil penemuan itu disimpulkan bahwa semua organisme memiliki karakteristik pokok. Karakteristik pokok yang melekat pada setiap kelompok organisme tidaklah sama. Maka, muncullah istilah-istilah botani, zoologi, dan mikrobiologi yang merupakan cabang dari biologi yang mengkaji secara khusus tentang karakteristik pokok dari setiap kelompok organisme. Seirama dengan perkembangan peradaban manusia, biologi kini berkembang mengarah ke aspek yang mengkaji tentang kemungkinan berevolusinya mahluk hidup pada masa yang akan datang dan kemungkinan adanya mahluk hidup di plaanet-planet lain selain bumi (Bekti R, Sawaldi, 2007).
Terkadang siswa banyak mengalami kesulitan untuk mempelajari dan memahami materi yang ada dalam pelajaran biologi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar materi diajarkan dengan metode yang masih bersifat tradisional dan selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah. Untuk itu perlu diterapkan metode mengajar yang sesuai, agar siswa mudah memahami materi tersebut. Metode mengajar adalah stategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah dan Aswan, 2006).
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Namun pencapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya model pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang mungkin dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang masih banyak dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Biologi SMA Negeri 1 Empang adalah 60. Berikut adalah hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang :
Tabel 1.1 Data ketuntasan belajar Biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011
No Kelas Nilai
Rata-rata Jumlah siswa Total siswa Persentase ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 XI IPA 1 50,96 8 20 28 28,57 %
2 XI IPA 2 51,48 10 17 27 37,04 %
(Sumber : Ulangan harian kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang)
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Rendahnya prestasi belajar biologi pada siswa yang mengalami masalah secara komperhensif dalam pembalajaran biologi yaitu faktor internal siswa misalnya kesiapan belajar siswa, kemampuan kognitif maupun faktor eksternal seperti kondisi sosial, sarana dan prasarana serta gaya/pendekatan dalam mengajar.
Setelah melakukan wawancara dengan guru bidang studi biologi SMA Negeri 1 Empang, salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar dan motivasi siswa khususnya pelajaran biologi adalah sebagian metode yang digunakan masih bersifat tradisional. Selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat guru dapat menyelesaikan bahan pelajaran, kenyataan ini diperkuat oleh alasan guru yaitu mengejar target kurikulum. Dan dengan metode yang masih didominasi dengan metode cerama membuat siswa merasa jenuh dan kaku didalam proses belajar biologi yang secara langsung hal ini dapat mengurangi motivasi siswa pada mata pelajaran biologi.
Hal yang demikian merupakan faktor yang menjadikan biologi termasuk pelajaran yang sulit dan akhirnya kurang diminati. Oleh sebab itu, peneliti mencoba dengan pendekatan kooperatif Examples Non Examples karena pendekatan ini lebih menfokuskan pada materi yang berkaitan dengan contoh-contoh.
Dari uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian tentang �Peningkatan Prestasi Belajar Biologi dan Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah �Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 20010/2011 ?�.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam menentukan metode pengajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4.2. Manfaat praktis
1.4.2.1. Memberi masukan bagi tenaga pendidik tentang upaya memperbaiki proses pembelajaran kearah perbaikan bagi siswa yang merasa kurang mampu menangkap lebih cepat materi yang diberikan guna meningkatkan prestasi belajar.
1.4.2.2. Menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan metode pengajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran.
1.5. Lingkup Penelitian
1.5.1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Empang Jalan Lintas Sumbawa-Bima Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa.
1.5.2. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA Tahun Ajaran 2010/2011.
1.5.3. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dalam meningkatkan prestasi belajar serta motivasi siswa.
1.6. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman penafsiran beberapa istilah pada judul penelitian ini perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1.6.1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhanm (Isjoni,2009). Selanjutnya menurut Lie (2002), Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ini merupakan alur poroses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, tetapi siswa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
1.6.2. Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati,2007). Selanjutnya menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
1.6.3. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
1.6.4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. (Hamzah, 2006;23)
Selanjutnya Sardiman (2010;75), menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin dari arah belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Kooperatif
2.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang memilki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni,2009). Selanjutnya Slavin dalam isjoni (2009), pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono,2009).
Menurut Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah Positive interdependence (saling ketergantungan positif), Personal responsibility (tanggung jawab perorangan), Face to face promotive interaction (tatap muka), Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan Group processing (pemrosesan kelompok).
2.1.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Setiap anggota memiliki peran
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat di perlukan
Sedangkan menurut Suprijono (2009), model pembelajaran kooperatif akan dapat menunumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
2.1.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar coopertive learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni,2009).
2.1.4. Keterampilan Kooperatif
Laundgren (dalam Isjoni, 2009), membagi keterampilan kooperatif sebagai berikut:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal.
Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati pekerjaan individu.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan katidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mandengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, dan mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
2.1.5. Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
Pendekatan pembelajaran kooperatif dilaksanakan oleh guru dengan teknik-teknik antara lain sebagai berikut :
a. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division (STAD)).
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi kunci jawaban soal dan meminta memeriksa hasil kerja. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
b. Teknik Susun Gabung (Jigsaw).
Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
c. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation).
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua siswa di kelas.
d. Teknik Cari Pasangan.
Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu, tiap kartu berisi 1 bagian materi pelajaran, kemudian mereka harus mencari siswa-siswa pemegang kartu yang isinya berkaitan dengan isi kartunya. Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu berkelompok dan mendiskusikan keseluruhan materi.
e. Teknik Tukar Pasangan.
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan hasil kerja dari kelompok semula.
f. Examples Non Examples
Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, membagi kelompok siswa, menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP, memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar, melalui diskusi kelompok 2�3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, Kesimpulan.
2.1.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Suprijono, (2009) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Prilaku guru
Fase 1 : Present goals and set.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2 : Present information.
Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning teams.
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim dan belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and study.
Membantu kerja team dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials.
Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajara atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provode recongnition.
Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui dan presentasi individu maupun kelompok
2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
2.2.1. Pengertian Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007 ). Sedangkan menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh yang berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Examples Non Examples
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tipe Examples Non Examples (Kusuma, 2008) adalah :
a. Kelebihan Examples Non Examples
1. Membuat siswa lebih aktif dan berpikir kritis dalam menganalisa gambar dari contoh-contoh materi pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar mengajar.
2. Materi dapat disajikan dalam bentuk yang lebih praktis berupa contoh-contoh yang berupa bagan, gambar, maupun skema.
3. Siswa dapat mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar dan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Kekurangan Examples Non Examples
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk bagan, gambar, maupun skema.
2. Hanya materi pembelajaran yang bersifat eksperimen saja yang dapat diaplikasikan pada tipe Examples Non Examples.
3. Membutuhkan waktu yang lama untuk proses kegiatan belajar mengajar.
2.2.3. Langkah-langkah Examples Non Examples
Menurut Suprijono (2009), adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples adalah sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru membagi kelompok siswa
c. Guru menempel gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
d. Guru memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
e. Melalui diskusi kelompok 2 � 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
f. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
g. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
h. Kesimpulan.
2.3. Prestasi Belajar
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni �prestasi� dan �belajar�. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Slameto (2009), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor-faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa, meliputi :
1. Faktor Jasmani
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya, ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau menurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyusaikan ke dalam situasi yang baru dengan cakap yang efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif , mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada sesuatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siwa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e) Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dpat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan
kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Kelelahan dapat dihilangkan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara berikut:
a) Tidur
b) Istirahat
c) Mengusahan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
d) Menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran darah
e) Rekreasi dan ibadah yang teratur
f) Olahraga secara teratur
g) Mengimbangi makanan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalkan makanan yang memenuhi empat sehat lima sempurna.
h) Jika kelehan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya, dokter, psikiater, konselor, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri siswa, meliputi :
1. Faktor Keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidkan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh, dan sebagainya.
c) Suasana rumah
Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan ganggu dengan tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah.
f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak dalam belajar.
2. Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefekfif mungkin.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses itu juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
d) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain.
e) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
f) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa masuk sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
g) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.
h) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
i) Metode belajar
Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes.dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
j) Tugas rumah
Waktu belajar terutama di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
b) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.
c) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ.
2.4. Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2.5. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar siswa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi hasil dari proses belajar. Prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran 2010/2011 masih jauh yang diharapkan dan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dengan memilih pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan tersebut harus dapat membangkitkan semangat belajar dan motivasi siswa selain itu juga harus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang di mana konsep dasar dari model pembelajaran ini adalah menyusun materi pembelajaran dalam bentuk contoh-contoh berupa skema, gambar maupun bagan sehingga nantinya dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa.
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Berdasarkan kerangka berpikir tersubut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah �Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research), Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto,dkk. 2007;3)
Penelitian tindakan kelas ini akan berjalan dengan menggunakan siklus pembelajaran dan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan yaitu, 1 kali pertemuan pemberian materi pelajaran dan satu kali pertemuan diakhir siklus peneliti akan melakukan evaluasi sebagai akhir dari siklus pertama.
Pada siklus kedua juga akan mendapat perlakuan yang sama dengan siklus pertama, dengan melihat segala kekurangan yang terjadi pada siklus pertama akan diperbaiki pada proses pembelajaran pada siklus ke dua.
3.2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai prestasi belajar siswa pada materi pelajaran dengan menggunakan soal tes. Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan oleh peneliti dalam bentuk kalimat, kata atau gambar. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai motivasi melalui angket.
3.3. Tempat dan waktu penelitian
3.1.1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Empang.
3.1.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (II) Tahun Ajaran 2010/2011.
3.4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan penelitian tindakan kelas, pada penelitian tindakan kelas ini rancangan penelitiannya terdiri atas dua siklus dengan ciri-ciri sebagai berikut:
3.4.1 Tahapan siklus pertama
a) Tahap Perencanaan
Tahap yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1. Peneliti mensosialisasikan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples kepada guru di sekolah.
2. Membuat rencana program pengajaran (RPP).
3. Menyusun format-format instrument penelitian, angket (Quesioner) serta tes hasil belajar siswa.
b) Tahap aksi atau Tindakan
1. Peneliti memperkenalkan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dan menjelaskan alur-alur kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Melaksanakan semua hal yang telah direncanakan pada tahap perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam skenario pembelajaran.
c) Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan menafsirkan hasil proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.
d) Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar siswa disimpulkan secara analisis, sehingga dari hasil tersebut peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data hasil tes tulis maupun tes angket yaitu identifikasi kekurangan, analisis sebab kekurangan dan menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5.1. Siklus II
Tahap siklus kedua ini urutannya sama dengan urutan siklus pertama, akan tetapi umumnya tindakan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari siklus pertama yang tentu saja ditunjukkan untuk memperbaiki berbagai hambatan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Tahapan pada Siklus II sama dengan Siklus I yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan (implementasi)
3. Evaluasi
4. Analisis dan refleksi
Siklus PTK secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema : 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas ( Suharsimi, 2007;16 ).
3.5. Populasi dan sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Mardalis (2007), populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa yang tersebar dalam dua kelas yaitu XI IPA1 berjumlah 28 siswa dan XI IPA2 berjumlah 27 siswa.
3.5.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Selanjutnya, menurut Arikunto (2009) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jadi yang dimaksud dengan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari seluruh siswa/kelas yang diteliti.
Menurut Arikunto (2009), Apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPA berjumlah 55 siswa. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Pada penentuan sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan melihat nilai hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Pelajaran 2010/2011 didapatkan persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA1 28,57%, dan untuk kelas XI IPA2 37,04%. Dengan demikian sebagai kelas kontrol adalah kelas XI IPA2 dan sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI IPA1, karena persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA2 lebih besar dari kelas XI IPA1 (37,04%>28,57%).
3.6. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode angket dan pemberian post tes (tes hasil belajar) yang telah diuji coba pada kelas yang lain. Data hasil tes kemudian dianalisis menggunakan statistik uji-t.
Untuk memperoleh data yang valid, reliabel dan dapat dipercaya sehingga akan memberikan hasil yang optimal, maka dalam penelitian ini ditetapkan teknis pengumpulan datanya sebagai berikut :
3.6.1. Angket
Angket merupakan teknit pengupulan data yang palinag efesien bila peneliti tau dengan pasti variable yang akan diukur dan tau apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,2009;199). Dalam penelitian ini penyusunanan angket berdasarkan pada skala Likert dengan standar skala adalah 1 sampai 5.
Setelah ditentukan respondennya maka dilanjutkan dengan membagikan angket. Angket dibagikan kepada responden dengan ketentuan lembar angket dan angket diisi kemudian angket ditarik kembali untuk dilakukan pembahasan.
3.6.2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006).
3.7. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006).
3.7.1. Lembar angket
Angket atau (Quisioner) adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang di distribusikan kepada responden baik secara langsung atau tdak langsung (melalui pos atau perantara). (Amirul, dkk.1998;99)
Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau sumber yang beraneka ragam. Selain itu angket juga secara umum meminta keterangan tentang fakta yang diketahui responden atau juga mengenai pendapat atau sikap. (Nasution. S. 2008;128).
Angket dalam penelitian ini yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa sebagai pengaruh dari model pembelajaran artikulasi. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, item-item disusun dalam bentuk pernyataan dengan alternatif, jawaban :Jika memilih e diberi skor 1, b diberi skor 2, c diberi skor 3, b diberi skor 4, dan a diberi skor 5.
3.7.2. Soal Tes
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari 20 item soal yang semuanya adalah pilihan ganda (multiple chois). Soal tes dalam penelitian ini diambil dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa perangkat tes hasil belajar (THB).
3.7.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran biasanya lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan di dalam kelas dimana rencana ini berisi gambaran global dari materi yang akan disampaikan.
3.8. Teknik analisis data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif sebagai berikut :
3.8.1. Analisis data angket motivasi dan pengetahuan siswa
Data angket motivasi dapat dianalisis secara kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tiap-tiap soal memilki item yaitu a, b, c, d, e masing-masing item mempunyai nilai berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1 denagn menentukan skor penilaian sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh penulis.
b. Berdasarkan skor tertentu dapat dijumlahkan skor total motivasi siswa.
c. Berdasarkan jumlah skor total tersebut dapat ditentukan motivasi siswa apakah termasuk kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang.
d. Penetuan motivasi siswa sesuai interval yang telah dibuat, yaitu interval 92-100 termasuk kategori sangat baik, 72-91 termasuk kategori baik, 49-71 termasuk kategori cukup, 25-48 termasuk kategori kurang, 0-24 termasuk kategori sangat kurang.
e. Penentuan tingkat motivasi siswa sesuai dengan interval yang ditentukan.
Rumus analisis angket
Pedoman kriteria penilaian skala 1-5 motivasi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.
Pada sekala Likert data interval dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skor setiap jawaban responden (Sugiyono, 2009;137)
Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut :
jumlah skor yang di peroleh responden
skor ideal (kriterium) seluruh item
Konversi kategori angket motivasi
Selanjutnya kualifikasi motivasi siswa ditentukan berdasarkan pedoman konversi seperti pada tabel 3.1 (Suprijono, 2009) :
Tabel 3.1. Pedoman Konversi Penilaian Skala 1-5 Motivasi Siswa
No Konversi Nilai Kategori Mnat
1
2
3
4
5 92 � 100
72 � 91
49 � 71
25 � 48
0 � 24 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
3.8.2. Analisis hasil belajar
Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut dianalisis dengan mencari nilai rata-rata, ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Kemudian dianalisis secara kuantitatif.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Ketuntasan individu
Hasil belajar siswa ditentukan berdasarkan acuan patokan, skor yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual terhadap indikator yang telah ditetapkan. Ketuntasan individu ditentukan dengan rumus :
N =
Keterangan :
N = Nilai
X = Skor yang dicapai siswa
Z = Skor maksimal
Setiap siswa dalam proses belajar dikatakan tuntas terhadap materi pelajaran yang telah diberikan apabila memperoleh nilai 60.
2. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan persaman sebagai berikut (Sudjana, 2003) :
KK=
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60
Z = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Sesuai dengan teknik penilaian, siswa dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi yang telah diajarkan jika mencapai 85% siswa tuntas secara individu.
Sabtu, 21 Mei 2011
teori cara menyusui
BAB II dari "KTI keperawatan tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritis
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Secara teori pengetahuan merupakan tahap pertama perubahan perilaku atau penerimaan seseorang atau adopsi prilaku baru. Perubahan atau adopsi prilaku adalah suatu proses yang kompleks.
Menurut Notoadmodjo , pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, jadi tahu merupakan tingkatan paling dasar.
2) Memahami (comperhension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
4) Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam komponen-komponen, tetapi dalam suatu struktur organisasi, dsan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemepuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau obyek.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
1) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Wahid (2006):
a. Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan kurang menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan. Tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
c. Umur
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menmbah pengetahuannya.
2) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Mutarak ( 2006 ) :
a. Faktor yang ada pada individu itu sendiri dari :
1) Kematangan atau pertumbuhan
2) Kecerdasan atau intelektual
3) Latihan dan ulangan
4) Sifat-sifat pribadi seseorang
5) motivasi
b. faktor yang ada di luar individu atau faktor sosial terdiri dari :
1) Keadaan keluarga
2) Pendidikan dan cara mengajar
3) Alat-alat pelajaran
4) Moivasi sosial
5) Lingkungan dan kesempatan
2. Konsep Tindakan
1. Pengertian
Menurut (Notoatmodjo, 2007) Praktik (practice) kesehatan dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Setelah seseorang mengerai stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui proses selanjutnya diarahkan dan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang menguntungkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor dukungan (support) dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua.
2. Tingkatan Praktik
Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, meliputi:
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ibu sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
3. Pengukuran Praktik
Pengukuran praktik dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
3. Menyusui
A. Pengertian
Menyusui ialah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payudara Ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu (Sujiantini, 2009).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu menyusui adalah wanita yang telah melahirkan dan memberikan ASI kepada bayinya untuk diminum yang berasal dari payudaranya.
B. Manfaat menyusui
Menurut Jane Moody, dkk (2006), manfaat menyusui sebagai berikut :
1. Membugarkan tubuh
Menyusui mambantu tubuh untuk pulih lebih cepat dari proses melahirkan. Hormon-hormon yang dilepaskan ketika bayi menghisap air susu akan semaki mengerutkan rahim setiap kali menyusu. Hormon-hormon yang sama juga membantu membugarkan kembali otot-otot ibu, selain itu dapat membantu menjadi relaks dan merasa tenang begitu susu mulai mengalir.
2. Memberi kenikmatan dan manfaat yang besar
Menyusui membuat ibu lebih dekat dengan bayi. Terasa hangat, nyaman, baik untuk ibu maupun bayi. Dengan menyusui, bayi tidak harus menunggu, tetapi akan selalu tersedia susu di payudara ibu dan bisa segera untuk di berikan kepada bayi.
3. Melindungi secara alami
Menyusui membantu melindungi ibu dalam beberapa hal. Kajian menunjukkan bahwa menyusui dapat mencegah kanker payudara sebelum menopause dan kanker indung telur. Menyusui secara ekslusif, artinya tidak memberi apapun kecuali air susu ibu, juga melindungi dari kehamilan terlalu dini.
4. Makanan yang ideal bagi bayi
Air susu ibu adalah makanan terbaik yang pernah dimiliki bayi karena mengandung semua gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi maksimal.
5. Terbaik untuk pertumbuhan bayi
Susu formula memang dapat meniru beberapa nutrisi dasar dalam air susu ibu, tetapi ada sifat tertentu dalam air susu ibu yang tidak dapat ditiru.
6. Penting bagi kesehatan
Air susu ibu mengandung antibodi maka tindakan menyusui sangat penting dalam menjaga kesehatan bayi. Yang terpenting, menyusui dapat melindungi bayi dari bakteri yang berbahaya, yang menyebabkan diare. Menyusui juga melindungi terhadap masalah pernafasan dan infeksi dada, misalnya bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
7. Alergi
Memberi ASI membantu melindungi bayi dari alergi, seperti eksim dan asma.
C. Langkah-Langkah Menyusui Yang Baik dan Benar
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan disekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2. Bayi di letakkan menghadap perut ibu/ payudara.
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi di pegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu didepan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
a. Menyentuh pipi dengan puting susu.
b. Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepal bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.
6. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya, cara melepas isapan bayi:
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
b. Dagu bayi ditekan ke bawah.
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
8. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
D. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produk ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat:
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu menempel pada payudara ibu
e. Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi
f. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
i. Kepala tidak menengadah.
E. Masalah-Masalah Dalam Menyusui
Menurut Jane Moody, dkk, (2006), masalah dalam menyusui adalah sebagai berikut:
a. Bayi yang menagis
Bagi yang baru menjadi orangtua, sangat berat rasanya harus mendengar suara bayi menangis dan berbagai usaha untuk membuatnya tenang, hal tersebut belum tentu dapat menimbulkan kedamaian bagi bayi. Periode ketika bayi menangis tanpa bisa ditenangkan berlangsung lama dan menyebabkan stres untuk semua orang yang terlibat.
b. Kolik
Kadang-kadang dikatakan bahwa tangisan bayi disebabkan oleh kolik atau sakit perut. Masih belum ada kesepakatan tentang penyebab jenis tangisan seperti ini, yang sering kali digambarkan sebagai menangis menjerit-jerit. Tangisan ini memiliki kualitas dan suara yang kedengarannya berbeda bagi orangtua, yaitu seakan-akan bayi sedang sangat tertekan.
c. Menolak payudara
Salah satu yang paling menyusahkan ibu yang menyusui apabila bayi menolak menyusu dari payudaranya. Penyebab bayi menolak payudara adalah sebagai berikut:
1. Posisi bayi
2. Lidah terikat ke dasar mulut
3. Bingung dengan payudara
4. Mulut bayi terserang jamur
5. Pengaliran ASI yang kuat
6. Infeksi telinga pada bayi
7. Perubahan rasa ASI
8. Perubahan bau pada payudara
9. Menstruasi yang dapat mengakibatkan ASI menjadi sedikit dan terjadi perubahan rasa pada ASI
10. Tumbuh gigi pada bayi
11. Usia sulit, dimana pada usia empat sampai enam bulan bayi sangat mudah teralihkan perhatiannya dari payudara dan menolak menyusu.
d. Bayi yang menggigit
Ketika gigi bayi mulai tumbuh, biasanya ibu yang baru menyusui merasa khawatir bayinya akan menggigit saat menyusui. Pada kenyataannya, sebagian besar bayi mulai tumbuh gigi dan terus menyusu dengan nyaman melewati tahap ini. Bayi harus mendorong lidahnya keluar melewati gigi bawah saat menghisap.
e. Menyusui kembali
Air susu ibu adalah sumber daya yang lentur sehingga bisa saja berubah fikiran dan mulai menyusui kembali meskipun sudah mulai memberikan susu botol atau berhenti menyusu.
F. Faktor-faktor Yang Mendukung Keberhasilan Menyusui
Menurut Jane Mode, dkk (2006), sepuluh langkah untuk berhasil menyusui, yakni:
a. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara rutin kapada sesama staf perawatan kesehatan.
b. Memberi semua staf perawatan kesehatan latihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini.
c. Memberi tahu manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada semua wanita hamil.
d. Membantu para wanita untuk memulai menyusui sekitar setengah jam setelah melahirkan.
e. Menunjukkan cara menyusui dan cara mempertahankan pasokan ASI kepada para wanita bahkan pada situasi dimana mereka dipisahkan dari bayinya.
f. Tidak memberikan makanan dan minuman pada bayi yang baru lahir selain ASI.
g. Mempraktekkan kebijakan ibu dan bayi bersama-sama dalam satu ruangan selama 24 jam sehari.
h. Mendorong para wanita untuk menyusui sesuai kehendak bayi.
i. Tidak memberikan puting tiruan atau dot kepada bayi yang disusui.
j. Mendukung dibentuknya kelompok pendukung menyusui dan merujuk para wanita ke kelompok ini saat mereka dipulangkan dari Rumah Sakit atau Klinik.
Sedangkan menurut Nanis Sacharina Marzuki, (2007), menyebutkan kiat sukses menyusui (sebelum dan sesudah melahirkan), yakni:
1. Kiat sukses sebelum melahirkan
a. Bicarakan dengan suami karena dukungannya sangat penting.
b. Bicarakan dengan dokter kandungan.
c. Pilih Rumah Sakit yang mendukung pemberian ASI.
d. Siapkan pakaian ibu yang memudahkan aktifitas menyusui.
e. Sebaiknya rawat gabung sejang di Rumah Sakit.
2. Kiat sukses sesudah melahirkan
a. Pengisapan/sentuhan pada jam pertama sangat penting.
b. Walau masih menggunakan infuse ibu masih tetap bisa menyusui.
c. Sejak di Rumah Sakit bayi disusui sesering mungkin (setiap bayi menangis)
d. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi, dan/ atau konsultasi laktasi untuk persiapan bila menghadapi kesulitan.
4. Primigravida
a. Pengertian
Wanita yang hamil untuk pertama kalinya (Denisa Tiran, 2005). Wanita yang pertama kalinya : Gravida 1 (Diva Danis, 2005)
b. Perubahan prilaku pada ibu hamil
Setiap ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan prilaku pada si ibu, dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri harus benar-benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi pada si ibu baik perbahan fisik dan prilaku, agar suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat pasangan tidak harmonis. Perubahan perilaku pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Cendrung Malas
Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bikan timbul begitu saja, melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. Jika tidak ada sal;ahnya bila suami menggantikan peranan istri untuk bebrapa waktu.
2. Lebih Sensitif
Biasanya, wanita yang hamikl juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit tersinggung lalui marah. Apapun prilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangkan, hadapi dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya akan hilang. Bila suami membalas kembali dengan kemarahan. Akan mengakibatkan istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi janinnya.
3. Minta perhatian lebih
Prilaku lain yang kerap mengganggu dalah istri tiba-tiba lebih manja dan ingin selalu diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih ushakan untuk menanyakan keadaannya, saat itu perhatian yang diberiak suami walau sedikit dapar memicu tumbuhnya rasa aman yang bail untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan pegfal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.
4. Gampang cemburu
Tak jarang sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang teklat sedikit saja istri akan menanyakan hal-hal yang macam-macam. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan dengan bijaksana.
5. Akibat hormon progesteron
Perubahan prilaku pada ibu merupakan hal wajar karena produksi hormon progesteron sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang mengalami siklus haid. (Erlina, 2008).
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoadmodjo, 2003).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritis
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Secara teori pengetahuan merupakan tahap pertama perubahan perilaku atau penerimaan seseorang atau adopsi prilaku baru. Perubahan atau adopsi prilaku adalah suatu proses yang kompleks.
Menurut Notoadmodjo , pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, jadi tahu merupakan tingkatan paling dasar.
2) Memahami (comperhension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
4) Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam komponen-komponen, tetapi dalam suatu struktur organisasi, dsan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemepuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau obyek.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
1) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Wahid (2006):
a. Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan kurang menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan. Tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
c. Umur
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menmbah pengetahuannya.
2) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Mutarak ( 2006 ) :
a. Faktor yang ada pada individu itu sendiri dari :
1) Kematangan atau pertumbuhan
2) Kecerdasan atau intelektual
3) Latihan dan ulangan
4) Sifat-sifat pribadi seseorang
5) motivasi
b. faktor yang ada di luar individu atau faktor sosial terdiri dari :
1) Keadaan keluarga
2) Pendidikan dan cara mengajar
3) Alat-alat pelajaran
4) Moivasi sosial
5) Lingkungan dan kesempatan
2. Konsep Tindakan
1. Pengertian
Menurut (Notoatmodjo, 2007) Praktik (practice) kesehatan dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Setelah seseorang mengerai stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui proses selanjutnya diarahkan dan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang menguntungkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor dukungan (support) dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua.
2. Tingkatan Praktik
Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, meliputi:
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ibu sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
3. Pengukuran Praktik
Pengukuran praktik dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
3. Menyusui
A. Pengertian
Menyusui ialah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payudara Ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu (Sujiantini, 2009).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu menyusui adalah wanita yang telah melahirkan dan memberikan ASI kepada bayinya untuk diminum yang berasal dari payudaranya.
B. Manfaat menyusui
Menurut Jane Moody, dkk (2006), manfaat menyusui sebagai berikut :
1. Membugarkan tubuh
Menyusui mambantu tubuh untuk pulih lebih cepat dari proses melahirkan. Hormon-hormon yang dilepaskan ketika bayi menghisap air susu akan semaki mengerutkan rahim setiap kali menyusu. Hormon-hormon yang sama juga membantu membugarkan kembali otot-otot ibu, selain itu dapat membantu menjadi relaks dan merasa tenang begitu susu mulai mengalir.
2. Memberi kenikmatan dan manfaat yang besar
Menyusui membuat ibu lebih dekat dengan bayi. Terasa hangat, nyaman, baik untuk ibu maupun bayi. Dengan menyusui, bayi tidak harus menunggu, tetapi akan selalu tersedia susu di payudara ibu dan bisa segera untuk di berikan kepada bayi.
3. Melindungi secara alami
Menyusui membantu melindungi ibu dalam beberapa hal. Kajian menunjukkan bahwa menyusui dapat mencegah kanker payudara sebelum menopause dan kanker indung telur. Menyusui secara ekslusif, artinya tidak memberi apapun kecuali air susu ibu, juga melindungi dari kehamilan terlalu dini.
4. Makanan yang ideal bagi bayi
Air susu ibu adalah makanan terbaik yang pernah dimiliki bayi karena mengandung semua gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi maksimal.
5. Terbaik untuk pertumbuhan bayi
Susu formula memang dapat meniru beberapa nutrisi dasar dalam air susu ibu, tetapi ada sifat tertentu dalam air susu ibu yang tidak dapat ditiru.
6. Penting bagi kesehatan
Air susu ibu mengandung antibodi maka tindakan menyusui sangat penting dalam menjaga kesehatan bayi. Yang terpenting, menyusui dapat melindungi bayi dari bakteri yang berbahaya, yang menyebabkan diare. Menyusui juga melindungi terhadap masalah pernafasan dan infeksi dada, misalnya bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
7. Alergi
Memberi ASI membantu melindungi bayi dari alergi, seperti eksim dan asma.
C. Langkah-Langkah Menyusui Yang Baik dan Benar
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan disekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2. Bayi di letakkan menghadap perut ibu/ payudara.
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi di pegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu didepan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
a. Menyentuh pipi dengan puting susu.
b. Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepal bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.
6. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya, cara melepas isapan bayi:
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
b. Dagu bayi ditekan ke bawah.
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
8. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
D. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produk ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat:
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu menempel pada payudara ibu
e. Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi
f. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
i. Kepala tidak menengadah.
E. Masalah-Masalah Dalam Menyusui
Menurut Jane Moody, dkk, (2006), masalah dalam menyusui adalah sebagai berikut:
a. Bayi yang menagis
Bagi yang baru menjadi orangtua, sangat berat rasanya harus mendengar suara bayi menangis dan berbagai usaha untuk membuatnya tenang, hal tersebut belum tentu dapat menimbulkan kedamaian bagi bayi. Periode ketika bayi menangis tanpa bisa ditenangkan berlangsung lama dan menyebabkan stres untuk semua orang yang terlibat.
b. Kolik
Kadang-kadang dikatakan bahwa tangisan bayi disebabkan oleh kolik atau sakit perut. Masih belum ada kesepakatan tentang penyebab jenis tangisan seperti ini, yang sering kali digambarkan sebagai menangis menjerit-jerit. Tangisan ini memiliki kualitas dan suara yang kedengarannya berbeda bagi orangtua, yaitu seakan-akan bayi sedang sangat tertekan.
c. Menolak payudara
Salah satu yang paling menyusahkan ibu yang menyusui apabila bayi menolak menyusu dari payudaranya. Penyebab bayi menolak payudara adalah sebagai berikut:
1. Posisi bayi
2. Lidah terikat ke dasar mulut
3. Bingung dengan payudara
4. Mulut bayi terserang jamur
5. Pengaliran ASI yang kuat
6. Infeksi telinga pada bayi
7. Perubahan rasa ASI
8. Perubahan bau pada payudara
9. Menstruasi yang dapat mengakibatkan ASI menjadi sedikit dan terjadi perubahan rasa pada ASI
10. Tumbuh gigi pada bayi
11. Usia sulit, dimana pada usia empat sampai enam bulan bayi sangat mudah teralihkan perhatiannya dari payudara dan menolak menyusu.
d. Bayi yang menggigit
Ketika gigi bayi mulai tumbuh, biasanya ibu yang baru menyusui merasa khawatir bayinya akan menggigit saat menyusui. Pada kenyataannya, sebagian besar bayi mulai tumbuh gigi dan terus menyusu dengan nyaman melewati tahap ini. Bayi harus mendorong lidahnya keluar melewati gigi bawah saat menghisap.
e. Menyusui kembali
Air susu ibu adalah sumber daya yang lentur sehingga bisa saja berubah fikiran dan mulai menyusui kembali meskipun sudah mulai memberikan susu botol atau berhenti menyusu.
F. Faktor-faktor Yang Mendukung Keberhasilan Menyusui
Menurut Jane Mode, dkk (2006), sepuluh langkah untuk berhasil menyusui, yakni:
a. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara rutin kapada sesama staf perawatan kesehatan.
b. Memberi semua staf perawatan kesehatan latihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini.
c. Memberi tahu manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada semua wanita hamil.
d. Membantu para wanita untuk memulai menyusui sekitar setengah jam setelah melahirkan.
e. Menunjukkan cara menyusui dan cara mempertahankan pasokan ASI kepada para wanita bahkan pada situasi dimana mereka dipisahkan dari bayinya.
f. Tidak memberikan makanan dan minuman pada bayi yang baru lahir selain ASI.
g. Mempraktekkan kebijakan ibu dan bayi bersama-sama dalam satu ruangan selama 24 jam sehari.
h. Mendorong para wanita untuk menyusui sesuai kehendak bayi.
i. Tidak memberikan puting tiruan atau dot kepada bayi yang disusui.
j. Mendukung dibentuknya kelompok pendukung menyusui dan merujuk para wanita ke kelompok ini saat mereka dipulangkan dari Rumah Sakit atau Klinik.
Sedangkan menurut Nanis Sacharina Marzuki, (2007), menyebutkan kiat sukses menyusui (sebelum dan sesudah melahirkan), yakni:
1. Kiat sukses sebelum melahirkan
a. Bicarakan dengan suami karena dukungannya sangat penting.
b. Bicarakan dengan dokter kandungan.
c. Pilih Rumah Sakit yang mendukung pemberian ASI.
d. Siapkan pakaian ibu yang memudahkan aktifitas menyusui.
e. Sebaiknya rawat gabung sejang di Rumah Sakit.
2. Kiat sukses sesudah melahirkan
a. Pengisapan/sentuhan pada jam pertama sangat penting.
b. Walau masih menggunakan infuse ibu masih tetap bisa menyusui.
c. Sejak di Rumah Sakit bayi disusui sesering mungkin (setiap bayi menangis)
d. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi, dan/ atau konsultasi laktasi untuk persiapan bila menghadapi kesulitan.
4. Primigravida
a. Pengertian
Wanita yang hamil untuk pertama kalinya (Denisa Tiran, 2005). Wanita yang pertama kalinya : Gravida 1 (Diva Danis, 2005)
b. Perubahan prilaku pada ibu hamil
Setiap ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan prilaku pada si ibu, dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri harus benar-benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi pada si ibu baik perbahan fisik dan prilaku, agar suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat pasangan tidak harmonis. Perubahan perilaku pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Cendrung Malas
Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bikan timbul begitu saja, melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. Jika tidak ada sal;ahnya bila suami menggantikan peranan istri untuk bebrapa waktu.
2. Lebih Sensitif
Biasanya, wanita yang hamikl juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit tersinggung lalui marah. Apapun prilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangkan, hadapi dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya akan hilang. Bila suami membalas kembali dengan kemarahan. Akan mengakibatkan istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi janinnya.
3. Minta perhatian lebih
Prilaku lain yang kerap mengganggu dalah istri tiba-tiba lebih manja dan ingin selalu diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih ushakan untuk menanyakan keadaannya, saat itu perhatian yang diberiak suami walau sedikit dapar memicu tumbuhnya rasa aman yang bail untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan pegfal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.
4. Gampang cemburu
Tak jarang sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang teklat sedikit saja istri akan menanyakan hal-hal yang macam-macam. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan dengan bijaksana.
5. Akibat hormon progesteron
Perubahan prilaku pada ibu merupakan hal wajar karena produksi hormon progesteron sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang mengalami siklus haid. (Erlina, 2008).
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoadmodjo, 2003).
Jumat, 20 Mei 2011
7 Mitos Seputar Menstruasi
MITOS seringkali dipercaya, berkembang dalam masyarakat dengan penyampaian informasi yang kurang tepat, kurang lengkap, bahkan terlalu berlebihan. Hal ini menimbulkan sikap antipati, defensif bahkan diskriminasi pada situasi tertentu.
Sesudah mitos mengenai seksualitas, ternyata mitos mengenai menstruasi juga beredar dalam masyarakat dan turun temurun diberitahukan. Beberapa di antaranya:
1. Menstruasi membuat tubuh menjadi lemah.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa darah menstruasi yang keluar banyaknya kira-kira hanya 150 ml atau sekitar empat sampai enam sendok saja. Jadi tidak benar kalau tubuh akan menjadi lemas hanya karena Anda sedang menstruasi.
2. Sedang menstruasi berarti sedang sakit.
Justru sebaliknya, menstruasi adalah proses alami yang dialami oleh setiap perempuan produktif. Menstruasi berarti perempuan tersebut sehat dan sistem reproduksinya bekerja dengan normal sebagaimana mestinya.
3. Ingin menstruasi lancar, sering-seringlah minum soft drink.
Banyak yang percaya selain memperlancar keluarnya darah, minum soft drink juga dapat mengurangi rasa sakit perut. Sebenarnya belum ada penelitian khusus mengenai hal ini. Sakit tidaknya perut saat menstruasi atau lancar tidaknya darah menstruasi yang keluar semua itu dipengaruhi oleh hormon serta faktor psikis seseorang.
4. Memakai pembalut saat menstruasi bisa menyebabkan kemandulan.
Secara medis justru merupakan metode selama masa menstruasi agar tetap bersih dan tidak lembap. Pada dasarnya semua pembalut itu sehat, tetapi sebagian perempuan ada yang juga mengalami alergi dan iritasi. Hal ini dikarenakan sensitivitas organ kelamin setiap perempuan berbeda. Oleh karena itu disarankan agar saat menstruasi mengganti pembalut sesering mungkin (idealnya setiap 4 jam), terutama ketika sedang banyak-banyaknya keluar darah menstruasi dan setelah buah air kecil atau besar.
5. Saat menstruasi dilarang berenang.
Selama memakai pembalut dan tidak merasa risih, berenang saat menstruasi boleh-boleh saja dilakukan. Dan ini sama sekali tidak berpengaruh pada kesehatan. Sebagai saran, jika perut merasa kram, barulah hentikan aktivitas berenang.
6. Menstruasi yang normal itu lamanya pasti seminggu.
Tentu saja pendapat ini salah. Setiap perempuan pasti memiliki masa menstruasi yang berbeda dan tidak selalu harus tujuh hari. Perempuan yang memiliki masa menstruasi tiga, empat atau lima hari masih dianggap normal
7. Jangan minum es saat menstruasi.
Sesungguhnya air dingin todak memiliki apapun saat menstruasi. Terutama efek menghambat aliran darah, selama tidak merasakan sakit ataupun perut kembung, minum air es sah-sah saja. (sumber: buku Kesproholic, Tim Mitra Inti)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Sesudah mitos mengenai seksualitas, ternyata mitos mengenai menstruasi juga beredar dalam masyarakat dan turun temurun diberitahukan. Beberapa di antaranya:
1. Menstruasi membuat tubuh menjadi lemah.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa darah menstruasi yang keluar banyaknya kira-kira hanya 150 ml atau sekitar empat sampai enam sendok saja. Jadi tidak benar kalau tubuh akan menjadi lemas hanya karena Anda sedang menstruasi.
2. Sedang menstruasi berarti sedang sakit.
Justru sebaliknya, menstruasi adalah proses alami yang dialami oleh setiap perempuan produktif. Menstruasi berarti perempuan tersebut sehat dan sistem reproduksinya bekerja dengan normal sebagaimana mestinya.
3. Ingin menstruasi lancar, sering-seringlah minum soft drink.
Banyak yang percaya selain memperlancar keluarnya darah, minum soft drink juga dapat mengurangi rasa sakit perut. Sebenarnya belum ada penelitian khusus mengenai hal ini. Sakit tidaknya perut saat menstruasi atau lancar tidaknya darah menstruasi yang keluar semua itu dipengaruhi oleh hormon serta faktor psikis seseorang.
4. Memakai pembalut saat menstruasi bisa menyebabkan kemandulan.
Secara medis justru merupakan metode selama masa menstruasi agar tetap bersih dan tidak lembap. Pada dasarnya semua pembalut itu sehat, tetapi sebagian perempuan ada yang juga mengalami alergi dan iritasi. Hal ini dikarenakan sensitivitas organ kelamin setiap perempuan berbeda. Oleh karena itu disarankan agar saat menstruasi mengganti pembalut sesering mungkin (idealnya setiap 4 jam), terutama ketika sedang banyak-banyaknya keluar darah menstruasi dan setelah buah air kecil atau besar.
5. Saat menstruasi dilarang berenang.
Selama memakai pembalut dan tidak merasa risih, berenang saat menstruasi boleh-boleh saja dilakukan. Dan ini sama sekali tidak berpengaruh pada kesehatan. Sebagai saran, jika perut merasa kram, barulah hentikan aktivitas berenang.
6. Menstruasi yang normal itu lamanya pasti seminggu.
Tentu saja pendapat ini salah. Setiap perempuan pasti memiliki masa menstruasi yang berbeda dan tidak selalu harus tujuh hari. Perempuan yang memiliki masa menstruasi tiga, empat atau lima hari masih dianggap normal
7. Jangan minum es saat menstruasi.
Sesungguhnya air dingin todak memiliki apapun saat menstruasi. Terutama efek menghambat aliran darah, selama tidak merasakan sakit ataupun perut kembung, minum air es sah-sah saja. (sumber: buku Kesproholic, Tim Mitra Inti)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
4 Besar Penyebab Kematian Ibu Bersalin
SEMUA ibu hamil tentu ingin persalinannya lancar dan normal. Sayangnya, kadang-kadang ada yang mengalami komplikasi.
"Komplikasi ini dialami oleh sekitar 20 persen ibu hamil," sergah dr Indah Fauziah SpOG dari RS MH. Thamrin Internasional. Parahnya, hanya kurang dari 10 persen yang tertangani.
Kendalanya adalah tiga terlambat, yaitu terlambat mengenali bahaya, terlambat mengambil keputusan merujuk, dan terlambat memperoleh pelayanan yang optimal di fasilitas rujukan.
Tertinggi: Perdarahan
"Sayangnya sampai saat ini masih banyak calon ibu yang tidak mengetahui apa saja komplikasi persalinan itu dan bagaimana cara mencegahnya," sesalnya. Padahal, sebenarnya komplikasi persalinan pada ibu hamil, sejak dulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, eklampsia (hipertensi), persalinan yang lama, dan infeksi.
Perdarahan bertanggung jawab atas sekitar 28 persen kematian ibu. Eklampsia (kejang akibat hipertensi) merupakan penyebab nomor dua, yaitu sebanyak 13 persen kematian ibu. "Sesungguhnya kematian karena eklampsia dapat dicegah dengan asuhan antenatal yang baik," ungkapnya.
Lebih lanjut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan, penyebab kematian ibu lainnya adalah infeksi, yang menjadi kontributor 10 persen kematian ibu. Sebetulnya infeksi dapat dicegah dengan melakukan pertolongan persalinan bersih dan perawatan nifas yang baik. Sedangkan persalinan lama berkontribusi sekitar 9 persen atas kematian ibu di Indonesia.
Besar kecilnya risiko terkena komplikasi dipengaruhi oleh usia, jumlah kehamilan yang sudah dialami (paritas), dan jarak waktu persalinan. Risiko ini dipengaruhi pula oleh kesehatan si ibu, status gizi, dan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Perdarahan Pascapersalinan
Setelah persalinan pun seringkali ibu akan mengalami pendarahan. Menurut dokter kelahiran Jakarta, 2 April 1977 ini, penyebab tersering perdarahan pascapersalinan adalah atonia. Atonia adalah kegagalan rahim untuk berkontraksi segera setelah bayi dilahirkan. Pada kehamilan cukup bulan, kecepatan aliran darah yang masuk ke rahim adalah 450cc/menit. Sehingga bila perdarahan ini tidak cepat ditangani, dapat mengakibatkan kematian ibu dalam 10-15 menit persalinan akibat kehabisan darah.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan atonia rahim, antara lain peregangan rahim berlebihan. "Misalnya pada kehamilan kembar dan kehamilan dengan ketuban yang sangat banyak, kelahiran lebih dari lima kali, persalinan yang sangat cepat, dan kekurangan kalsium. Ingat kalsium sangat penting untuk kontraksi. Sisa plasenta dan gumpalan darah yang tertinggal dalam rahim, serta obat-obatan, seperti magnesium sulfat. Dan biasanya jika terjadi atonia, ibu akan diberikan obat-obatan untuk menimbulkan kontraksi. Seperti oksitosin, prostaglandin, atau ergonovine. Bila ini tidak berhasil maka akan dilakukan pengikatan pembuluh darah yang menuju ke rahim. Dan terakhir dapat dilakukan pengangkatan rahim bila cara-cara tadi tidak mampu menghentikan perdarahan," paparnya panjang lebar.
Penyebab perdarahan pascapersalinan lainnya adalah retensio plasenta (plasenta tertahan) yang derajatnya bervariasi dari mulai kegagalan plasenta untuk lahir spontan sampai dengan plasenta akreta (menembus otot rahim). Bila terdapat sisa bagian plasenta, maka penolong persalinan akan melakukan eksplorasi ke dalam rahim untuk mengeluarkan sisa plasenta tersebut, atau melakukan kuret. Risiko terjadinya plasenta akreta meningkat pada ibu dengan riwayat operasi cesar sebelumnya.
"Bila terjadi plasenta akreta, untuk menghentikan perdarahan akan dilakukan pengangkatan rahim," terangnya.
Menurut dr Indah, perdarahan pascapersalinan juga dapat disebabkan oleh robekan jalan lahir (vagina, serviks) yang dapat terjadi pada persalinan pervaginam yang berlangsung sangat cepat atau persalinan dengan bantuan alat (vakum atau forceps). Robekan bahkan bisa terjadi pada rahim, risiko lebih tinggi pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, bayi besar, dan persalinan dengan induksi yang tidak terpantau. Pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, pengawasan antenatal dan persalinan harus dilakukan oleh dokter kandungan.
Kejang Eklampsia
Kejang bisa terjadi terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.
"Sayangnya sampai saat ini belum diketahui penyebab hipertensi pada kehamilan. Namun risikonya meningkat pada ibu berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun, ibu dengan riwayat penyakit ginjal, diabetes, SLE, gizi buruk, dan sosial-ekonomi yang rendah. Semakin dini usia kehamilan saat hipertensi muncul, semakin besar risiko yang dihadapi ibu," kata pehobi traveling ini.
Pada ibu dengan hipertensi, pengawasan antenatal harus dilakukan oleh dokter. Ibu akan diberikan obat penurun tekanan darah dan pencegah kejang (magnesium sulfat) saat menjelang persalinan. Bila tekanan darah terkontrol, maka persalinan dapat dilakukan normal. Namun bila pada saat bayi akan lahir, tekanan darah menjadi tidak terkontrol, persalinan akan dipercepat dengan alat (forceps atau vakum).
"Untuk tindakan operasi cesar akan dipertimbangkan bila bayi harus segera dilahirkan untuk menyelamatkan nyawa ibu atau bayi, atau bila ada penyulit untuk lahir melalui vagina," imbuhnya.
Infeksi Pascapersalinan
Dr Indah menghimbau agar ibu hamil mewaspadai infeksi yang terjadi pada organ reproduksi setelah persalinan. Biasanya terjadi 3-4 hari setelah persalinan.
Kuman yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Gardnerella vaginalis, Streptokokkus grup B, Escherichia coli, Bacteroides, dan Mycoplasma. Gejala yang timbul adalah demam, nyeri di perut bawah dan kemaluan serta lokhia (darah nifas) yang berbau, yang dapat disertai mual dan muntah.
"Faktor risiko terjadinya infeksi adalah, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam terlalu sering saat persalinan, operasi cesar pada ibu dengan persalinan lama ataupun terhambat, robekan pada jalan lahir (serviks atau vagina), anemia atau kurang gizi," paparnya panjang lebar.
Untuk mencengah terjadinya infeksi, sebaiknya ibu hamil melakukan pembatasan pemeriksaan dalam, dan lakukan dengan sarung tangan yang steril. Pada ibu dengan risiko tinggi infeksi yang akan menjalani operasi cesar, berikan antibiotika 1 kali sebelum dan 1 kali setelah operasi.
"Jika terjadi infeksi pasca persalinan, dokter akan memberikan cairan infus, antibiotika dan obat-obatan untuk merangsang kontraksi rahim. Bila infeksi sangat berat, perawatan akan dilakukan di unit perawatan intensif," imbuh dr Indah.
"Komplikasi ini dialami oleh sekitar 20 persen ibu hamil," sergah dr Indah Fauziah SpOG dari RS MH. Thamrin Internasional. Parahnya, hanya kurang dari 10 persen yang tertangani.
Kendalanya adalah tiga terlambat, yaitu terlambat mengenali bahaya, terlambat mengambil keputusan merujuk, dan terlambat memperoleh pelayanan yang optimal di fasilitas rujukan.
Tertinggi: Perdarahan
"Sayangnya sampai saat ini masih banyak calon ibu yang tidak mengetahui apa saja komplikasi persalinan itu dan bagaimana cara mencegahnya," sesalnya. Padahal, sebenarnya komplikasi persalinan pada ibu hamil, sejak dulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, eklampsia (hipertensi), persalinan yang lama, dan infeksi.
Perdarahan bertanggung jawab atas sekitar 28 persen kematian ibu. Eklampsia (kejang akibat hipertensi) merupakan penyebab nomor dua, yaitu sebanyak 13 persen kematian ibu. "Sesungguhnya kematian karena eklampsia dapat dicegah dengan asuhan antenatal yang baik," ungkapnya.
Lebih lanjut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan, penyebab kematian ibu lainnya adalah infeksi, yang menjadi kontributor 10 persen kematian ibu. Sebetulnya infeksi dapat dicegah dengan melakukan pertolongan persalinan bersih dan perawatan nifas yang baik. Sedangkan persalinan lama berkontribusi sekitar 9 persen atas kematian ibu di Indonesia.
Besar kecilnya risiko terkena komplikasi dipengaruhi oleh usia, jumlah kehamilan yang sudah dialami (paritas), dan jarak waktu persalinan. Risiko ini dipengaruhi pula oleh kesehatan si ibu, status gizi, dan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Perdarahan Pascapersalinan
Setelah persalinan pun seringkali ibu akan mengalami pendarahan. Menurut dokter kelahiran Jakarta, 2 April 1977 ini, penyebab tersering perdarahan pascapersalinan adalah atonia. Atonia adalah kegagalan rahim untuk berkontraksi segera setelah bayi dilahirkan. Pada kehamilan cukup bulan, kecepatan aliran darah yang masuk ke rahim adalah 450cc/menit. Sehingga bila perdarahan ini tidak cepat ditangani, dapat mengakibatkan kematian ibu dalam 10-15 menit persalinan akibat kehabisan darah.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan atonia rahim, antara lain peregangan rahim berlebihan. "Misalnya pada kehamilan kembar dan kehamilan dengan ketuban yang sangat banyak, kelahiran lebih dari lima kali, persalinan yang sangat cepat, dan kekurangan kalsium. Ingat kalsium sangat penting untuk kontraksi. Sisa plasenta dan gumpalan darah yang tertinggal dalam rahim, serta obat-obatan, seperti magnesium sulfat. Dan biasanya jika terjadi atonia, ibu akan diberikan obat-obatan untuk menimbulkan kontraksi. Seperti oksitosin, prostaglandin, atau ergonovine. Bila ini tidak berhasil maka akan dilakukan pengikatan pembuluh darah yang menuju ke rahim. Dan terakhir dapat dilakukan pengangkatan rahim bila cara-cara tadi tidak mampu menghentikan perdarahan," paparnya panjang lebar.
Penyebab perdarahan pascapersalinan lainnya adalah retensio plasenta (plasenta tertahan) yang derajatnya bervariasi dari mulai kegagalan plasenta untuk lahir spontan sampai dengan plasenta akreta (menembus otot rahim). Bila terdapat sisa bagian plasenta, maka penolong persalinan akan melakukan eksplorasi ke dalam rahim untuk mengeluarkan sisa plasenta tersebut, atau melakukan kuret. Risiko terjadinya plasenta akreta meningkat pada ibu dengan riwayat operasi cesar sebelumnya.
"Bila terjadi plasenta akreta, untuk menghentikan perdarahan akan dilakukan pengangkatan rahim," terangnya.
Menurut dr Indah, perdarahan pascapersalinan juga dapat disebabkan oleh robekan jalan lahir (vagina, serviks) yang dapat terjadi pada persalinan pervaginam yang berlangsung sangat cepat atau persalinan dengan bantuan alat (vakum atau forceps). Robekan bahkan bisa terjadi pada rahim, risiko lebih tinggi pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, bayi besar, dan persalinan dengan induksi yang tidak terpantau. Pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, pengawasan antenatal dan persalinan harus dilakukan oleh dokter kandungan.
Kejang Eklampsia
Kejang bisa terjadi terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.
"Sayangnya sampai saat ini belum diketahui penyebab hipertensi pada kehamilan. Namun risikonya meningkat pada ibu berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun, ibu dengan riwayat penyakit ginjal, diabetes, SLE, gizi buruk, dan sosial-ekonomi yang rendah. Semakin dini usia kehamilan saat hipertensi muncul, semakin besar risiko yang dihadapi ibu," kata pehobi traveling ini.
Pada ibu dengan hipertensi, pengawasan antenatal harus dilakukan oleh dokter. Ibu akan diberikan obat penurun tekanan darah dan pencegah kejang (magnesium sulfat) saat menjelang persalinan. Bila tekanan darah terkontrol, maka persalinan dapat dilakukan normal. Namun bila pada saat bayi akan lahir, tekanan darah menjadi tidak terkontrol, persalinan akan dipercepat dengan alat (forceps atau vakum).
"Untuk tindakan operasi cesar akan dipertimbangkan bila bayi harus segera dilahirkan untuk menyelamatkan nyawa ibu atau bayi, atau bila ada penyulit untuk lahir melalui vagina," imbuhnya.
Infeksi Pascapersalinan
Dr Indah menghimbau agar ibu hamil mewaspadai infeksi yang terjadi pada organ reproduksi setelah persalinan. Biasanya terjadi 3-4 hari setelah persalinan.
Kuman yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Gardnerella vaginalis, Streptokokkus grup B, Escherichia coli, Bacteroides, dan Mycoplasma. Gejala yang timbul adalah demam, nyeri di perut bawah dan kemaluan serta lokhia (darah nifas) yang berbau, yang dapat disertai mual dan muntah.
"Faktor risiko terjadinya infeksi adalah, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam terlalu sering saat persalinan, operasi cesar pada ibu dengan persalinan lama ataupun terhambat, robekan pada jalan lahir (serviks atau vagina), anemia atau kurang gizi," paparnya panjang lebar.
Untuk mencengah terjadinya infeksi, sebaiknya ibu hamil melakukan pembatasan pemeriksaan dalam, dan lakukan dengan sarung tangan yang steril. Pada ibu dengan risiko tinggi infeksi yang akan menjalani operasi cesar, berikan antibiotika 1 kali sebelum dan 1 kali setelah operasi.
"Jika terjadi infeksi pasca persalinan, dokter akan memberikan cairan infus, antibiotika dan obat-obatan untuk merangsang kontraksi rahim. Bila infeksi sangat berat, perawatan akan dilakukan di unit perawatan intensif," imbuh dr Indah.
Awas, Kontraksi Palsu! (Tanda-tanda Kontrasi Palsu)
UMUMNYA, pada trimester ketiga, otot-otot pada dinding rahim ibu hamil mulai berlatih kontraksi. Inilah yang disebut kontraksi palsu (braxton hicks). Terkadang, kontraksi ini terasa begitu kencang, sehingga sang ibu menduga akan mengalami proses persalinan.
Perbedaan antara kontraksi palsu dengan kontraksi sebenarnya adalah:
Kontraksi Palsu
1. Kontraksi berlangsung sementara, terjadi dengan jarak waktu tak teratur dan lama, serta tak bertambah kuat dan cepat.
2. Nyeri pada perut bagian bawah
3. Jika diberi obat penghilang rasa sakit, sakitnya akan hilang
4. Kontraksi akan hilang bila Anda berbaring atau duduk bersandar sambil menyelonjorkan kaki.
Kontraksi Sebenarnya
1. Frekuensi dan intensitas kontraksinya, makin lama makin kuat. Durasinya makin lama, makin panjang, dan intervalnya makin lama makin pendek dan disertai dengan rasa nyeri.
2. Rasa nyeri ini menjalar dari pinggang bagian belakang ke perut, dan terasa mulas seperti orang sakit perut
3. Jika diberi obat penghilang rasa sakit, sakitnya tidak akan hilang
4. Kontraksi tidak akan hilang, walaupun Anda mengubah sikap tubuh Anda.
Perbedaan antara kontraksi palsu dengan kontraksi sebenarnya adalah:
Kontraksi Palsu
1. Kontraksi berlangsung sementara, terjadi dengan jarak waktu tak teratur dan lama, serta tak bertambah kuat dan cepat.
2. Nyeri pada perut bagian bawah
3. Jika diberi obat penghilang rasa sakit, sakitnya akan hilang
4. Kontraksi akan hilang bila Anda berbaring atau duduk bersandar sambil menyelonjorkan kaki.
Kontraksi Sebenarnya
1. Frekuensi dan intensitas kontraksinya, makin lama makin kuat. Durasinya makin lama, makin panjang, dan intervalnya makin lama makin pendek dan disertai dengan rasa nyeri.
2. Rasa nyeri ini menjalar dari pinggang bagian belakang ke perut, dan terasa mulas seperti orang sakit perut
3. Jika diberi obat penghilang rasa sakit, sakitnya tidak akan hilang
4. Kontraksi tidak akan hilang, walaupun Anda mengubah sikap tubuh Anda.
Singkirkan Stroke dengan Hidroterapi
SELAIN secara medis, banyak orang berusaha menyembuhkan penyakit yang diderita dengan berbagai pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif diyakini bisa menjawab pertanyaan yang tak bisa dijawab secara medis. Dan tersebar cukup banyak jenis pengobatan alternatif. Salah satunya adalah terapi air atau hidroterapi. Jenis pengobatan alternatif ini mampu menyembuhkan penyakit, salah satunya stroke.
Sekarang ini tersebar begitu banyak pengobatan alternatif yang menawarkan solusi penyembuhan penyakit. Salah satu dari sekian banyak terapi itu adalah terapi air atau hidroterapi. Lania Laosa, salah seorang terapis, memilih air sebagai medium penyembuhan penyakit. Terapis yang masih muda ini menjelaskan pengobatan alternatif yang sudah lama didalaminya itu.
Menurut Lania, kurang lebih dari 70 persen tubuh manusia terdiri atas air. Masalahnya, banyak orang yang lupa hal ini. Bahwa air, yang molekulnya kecil itu, begitu penting. Karena molekulnya yang kecil, daya tembusnya bagus sehingga daya serapnya juga bagus. Dengan demikian, keharmonisan tubuh pun terjamin. "Logikanya, kita harus memperbaiki air dalam tubuh kita. Air itu sendiri sebenarnya sangat aneh. Dalam arti kalau api disiram dengan air, maka akan padam. Tapi ketika hujan turun membasahi pohon yang diikuti kilat, akan terjadi kebakaran. Satu lagi contoh ketika kita mandi di kamar mandi selama 1 jam. Kita tidak akan merasakan sakit. Tapi begitu kita terkena air hujan selama 1 jam, kita langsung sakit," jelasnya.
Meskipun pengobatan alternatif jenis ini baru belakangan berkembang di Indonesia, sudah ada beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan medium ini, antara lain asam urat, darah tinggi, dan stroke. "Sebetulnya ini dari tahun 1990. Cuma, saat itu lebih banyak di Jedah, setiap bulan dijemput. Kemudian di Malaysia dipakai untuk mengobati orang yang terkena narkoba, HIV. Sementara itu, di Indonesia sendiri baru mulai pada tahun 1995. Tapi itu pun saya tidak secara langsung, melainkan ada beberapa dokter yang mengambil air saya ini dan kemudian diberikan kepada pasiennya," lanjutnya.
Hidroterapi
Lania Laosa memang sengaja menciptakan suatu alat yang kualitasnya bisa membuat air yang memiliki molekul yang kecil dan punya sifat itu bisa dibutuhkan oleh tubuh. Sifat pertama air adalah daya melarutkan yang tinggi dan daya rekam. Setelah semua itu berhasil, yang pertama kali disimpan adalah air kehidupan, yaitu ultraviolet. Mengapa? Semua yang hijau itu, lanjut Lania, akan menyerap ultraviolet dan membuang gelombang yang lain. Karena itulah, air itu disimpan dalam botol yang berwarna hijau. Supaya matahari ini menyerap ultraviolet dan memperkaya air ini.
Selain disimpan di dalam botol yang berwarna hijau, sebagian dari air kehidupan itu disimpan di dalam gelombang infrared. Maksudnya, air itu disimpan di dalam botol yang berwarna hijau ini adalah untuk mendetoks racun-racun dalam tubuh kita, kemudian dia memperbaiki sistem sensorik kita. Sedangkan botol yang berwarna merah itu berfungsi ke organ kita, seperti jaringan otot," jelas Lania.
Kedua botol itu memiliki persamaan. Sama-sama memiliki muatan negatif, yang berarti sebagai lautan elektron yang sangat penting. Fungsi elektron yang pertama adalah menyuplai sel-sel yang kurang mendapatkan elektron atau mengganti elektron yang sudah lemah. Fungsi lain dari elektron adalah mengarahkan air karena sifatnya yang negatif. Kalau ada sesuatu dalam tubuh kita yang kurang bagus, kelebihan, kekurangan atau mengalami kerusakan, pada bagian itu kandungan positifnya tinggi. "Air saya ini elektronnya negatif. Jadi, begitu kita minum, nggak lama kemudian di lambung langsung jalan dipanggil oleh bagian tubuh kita yang rusak," terangnya.
Selain itu, Lania juga menyediakan air pengganti untuk air minum sehari-hari bagi si pasien yang sudah sembuh. Alasannya, tidak tertutup kemungkinan si pasien akan sakit lagi. Air itu disimpan dalam galon yang berbeda warna. "Galon yang saya miliki juga ada tiga warna yang berbeda. Pertama itu warna hijau yang berfungsi untuk mendetoks toksin. Kemudian ada galon warna merah untuk orang yang suka makan daging atau takut gemuk. Itu dinamakan detoks lemak. Yang terakhir adalah galon violet atau ungu yang berhubungan dengan otak kecil. Anak kecil yang minum air ini akan mudah berkonsentrasi," ungkapnya.
Dalam praktiknya, Lania tidak pernah memberikan target tertentu kepada si pasien. Yang dilihat adalah penyakit yang dideritanya. Penyembuhannya pun berbeda. Yang memakan waktu cukup lama adalah penyembuhan stroke. "Penyembuhan penyakit stroke ini paling cepat itu 3 bulan. Tapi kalau yang lama bisa sampai 8 bulan," sambungnya.
Teknik Terapi
Metode penyembuhannya tidak berdasarkan sugesti, tapi keyakinan untuk sembuh. Caranya pun cukup mudah. Pertama, terapis mengetahui terlebih dahulu penyebab penyakit pasien. Setelah itu baru diobati. "Untuk pengobatannya itu saya hanya perlu melihat sebab bukan akibat. Setelah ketahuan baru kita obati. Biasanya kita telusuri lewat sel yang kehilangan elektronnya," terangnya.
Setiap orang yang menjalani pengobatan ini akan merasakan efek samping. Efek yang diterima pasien biasanya terjadi setelah 3-4 hari setelah meminum air kehidupan ini. Gejalanya pun bermacam-macam. Dalam seketika, misalnya, orang bisa merasakan kantuk dan tidak bisa melawan. Bahkan ada pula yang merasa pusing. Semua itu, kata Lania, tergantung pada alat sensorik yang ada di kepalanya. "Kalau orang terlalu banyak jalan, kakinya akan bengkak. Tapi biasanya 4-5 hari sudah biasa kembali," imbuhnya.
Sekarang ini tersebar begitu banyak pengobatan alternatif yang menawarkan solusi penyembuhan penyakit. Salah satu dari sekian banyak terapi itu adalah terapi air atau hidroterapi. Lania Laosa, salah seorang terapis, memilih air sebagai medium penyembuhan penyakit. Terapis yang masih muda ini menjelaskan pengobatan alternatif yang sudah lama didalaminya itu.
Menurut Lania, kurang lebih dari 70 persen tubuh manusia terdiri atas air. Masalahnya, banyak orang yang lupa hal ini. Bahwa air, yang molekulnya kecil itu, begitu penting. Karena molekulnya yang kecil, daya tembusnya bagus sehingga daya serapnya juga bagus. Dengan demikian, keharmonisan tubuh pun terjamin. "Logikanya, kita harus memperbaiki air dalam tubuh kita. Air itu sendiri sebenarnya sangat aneh. Dalam arti kalau api disiram dengan air, maka akan padam. Tapi ketika hujan turun membasahi pohon yang diikuti kilat, akan terjadi kebakaran. Satu lagi contoh ketika kita mandi di kamar mandi selama 1 jam. Kita tidak akan merasakan sakit. Tapi begitu kita terkena air hujan selama 1 jam, kita langsung sakit," jelasnya.
Meskipun pengobatan alternatif jenis ini baru belakangan berkembang di Indonesia, sudah ada beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan medium ini, antara lain asam urat, darah tinggi, dan stroke. "Sebetulnya ini dari tahun 1990. Cuma, saat itu lebih banyak di Jedah, setiap bulan dijemput. Kemudian di Malaysia dipakai untuk mengobati orang yang terkena narkoba, HIV. Sementara itu, di Indonesia sendiri baru mulai pada tahun 1995. Tapi itu pun saya tidak secara langsung, melainkan ada beberapa dokter yang mengambil air saya ini dan kemudian diberikan kepada pasiennya," lanjutnya.
Hidroterapi
Lania Laosa memang sengaja menciptakan suatu alat yang kualitasnya bisa membuat air yang memiliki molekul yang kecil dan punya sifat itu bisa dibutuhkan oleh tubuh. Sifat pertama air adalah daya melarutkan yang tinggi dan daya rekam. Setelah semua itu berhasil, yang pertama kali disimpan adalah air kehidupan, yaitu ultraviolet. Mengapa? Semua yang hijau itu, lanjut Lania, akan menyerap ultraviolet dan membuang gelombang yang lain. Karena itulah, air itu disimpan dalam botol yang berwarna hijau. Supaya matahari ini menyerap ultraviolet dan memperkaya air ini.
Selain disimpan di dalam botol yang berwarna hijau, sebagian dari air kehidupan itu disimpan di dalam gelombang infrared. Maksudnya, air itu disimpan di dalam botol yang berwarna hijau ini adalah untuk mendetoks racun-racun dalam tubuh kita, kemudian dia memperbaiki sistem sensorik kita. Sedangkan botol yang berwarna merah itu berfungsi ke organ kita, seperti jaringan otot," jelas Lania.
Kedua botol itu memiliki persamaan. Sama-sama memiliki muatan negatif, yang berarti sebagai lautan elektron yang sangat penting. Fungsi elektron yang pertama adalah menyuplai sel-sel yang kurang mendapatkan elektron atau mengganti elektron yang sudah lemah. Fungsi lain dari elektron adalah mengarahkan air karena sifatnya yang negatif. Kalau ada sesuatu dalam tubuh kita yang kurang bagus, kelebihan, kekurangan atau mengalami kerusakan, pada bagian itu kandungan positifnya tinggi. "Air saya ini elektronnya negatif. Jadi, begitu kita minum, nggak lama kemudian di lambung langsung jalan dipanggil oleh bagian tubuh kita yang rusak," terangnya.
Selain itu, Lania juga menyediakan air pengganti untuk air minum sehari-hari bagi si pasien yang sudah sembuh. Alasannya, tidak tertutup kemungkinan si pasien akan sakit lagi. Air itu disimpan dalam galon yang berbeda warna. "Galon yang saya miliki juga ada tiga warna yang berbeda. Pertama itu warna hijau yang berfungsi untuk mendetoks toksin. Kemudian ada galon warna merah untuk orang yang suka makan daging atau takut gemuk. Itu dinamakan detoks lemak. Yang terakhir adalah galon violet atau ungu yang berhubungan dengan otak kecil. Anak kecil yang minum air ini akan mudah berkonsentrasi," ungkapnya.
Dalam praktiknya, Lania tidak pernah memberikan target tertentu kepada si pasien. Yang dilihat adalah penyakit yang dideritanya. Penyembuhannya pun berbeda. Yang memakan waktu cukup lama adalah penyembuhan stroke. "Penyembuhan penyakit stroke ini paling cepat itu 3 bulan. Tapi kalau yang lama bisa sampai 8 bulan," sambungnya.
Teknik Terapi
Metode penyembuhannya tidak berdasarkan sugesti, tapi keyakinan untuk sembuh. Caranya pun cukup mudah. Pertama, terapis mengetahui terlebih dahulu penyebab penyakit pasien. Setelah itu baru diobati. "Untuk pengobatannya itu saya hanya perlu melihat sebab bukan akibat. Setelah ketahuan baru kita obati. Biasanya kita telusuri lewat sel yang kehilangan elektronnya," terangnya.
Setiap orang yang menjalani pengobatan ini akan merasakan efek samping. Efek yang diterima pasien biasanya terjadi setelah 3-4 hari setelah meminum air kehidupan ini. Gejalanya pun bermacam-macam. Dalam seketika, misalnya, orang bisa merasakan kantuk dan tidak bisa melawan. Bahkan ada pula yang merasa pusing. Semua itu, kata Lania, tergantung pada alat sensorik yang ada di kepalanya. "Kalau orang terlalu banyak jalan, kakinya akan bengkak. Tapi biasanya 4-5 hari sudah biasa kembali," imbuhnya.
Ibu Hamil Perokok Pasif Berisiko Lahirkan Bayi Berberat Badan Rendah
CUACA terik ibu kota tak menghentikan langkah karyawan-karyawan untuk keluar kantor sejenak menik mati istirahat siang. Sambil menunggu antrean pesanan makanan datang, tampak seorang ibu hamil mengibas-ibas tangan di depan wajahnya. Ia berusaha menepis gumpalan asap rokok di sekitarnya. Ironis memang melihat pemandangan yang lumrah terjadi di masyarakat. Bagimana sebenarnya bahaya ibu hamil sebagai perokok pasif?
Hasil penelitian terbaru dari Journal of the American College of Cardiology edisi Mei 2008, mengungkapkan bahwa berada 30 menit lamanya dalam ruangan penuh asap rokok dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang cukup berat. Sehingga akan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Dampak Negatif
Hal senada diungkapkan dr Sofani Munzila SpOG dari YPR Hospital Menteng, Jakarta Pusat. "Bahaya perokok pasif tak ubahnya dengan perokok aktif. Pengaruh yang paling sering terjadi yaitu janin terlahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur, keguguran, terganggunya suplai oksigen dari ibu ke janin, gangguan pada pembuluh darah," paparnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan kemungkinan efek jangka panjang yang dapat terjadi, "Kondisi suplai oksigen yang kurang baik serta berat badan yang rendah, otomatis dapat memengaruhi kemantangan perkembangan organ (maturitas). Dan jika penyaluran oksigen ke otak terhambat, kemungkinan menyebabkan terjadinya gangguan pada kecerdasan si anak kelak," terangnya.
Wanita lulusan Universitas Indonesia ini bahkan mengakui bahwa perokok pasif justru dua kali dirugikan daripada si perokok itu sendiri. "Karena ibu hamil menghisap asap utama dan asap sampingan. Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu di hembuskan kembali. Sedangkan asap sampingan yakni asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar," urainya.
Asap Rokok Beracun
Lalu, apa saja kandungan asap rokok? Ternyata, asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia beracun, 43 di antaranya bersifat karsinogen (penyebab kanker). Zat-zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok di antaranya nikotin, tar, karbon monoksida (CO) dan sebagainya. Nikotin dapat merusak jantung dan sirkulasi darah. Selain itu, nikotin juga membuat pemakainya kecanduan. Tar mengandung bahan kimia beracun yang bisa merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Sedangkan karbon monoksida dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
Perbanyak Konsumsi Vitamin C dan E
Sofani menegaskan kandungan asap rokok merupakan polutan yang bisa berakibat efek teratogenik (mencetuskan kelainan atau abnormalitas pada janin). Oleh karenanya, jika memang ibu hamil sering terpapar asap rokok, maka dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obatan antioksidan. "Dokter kandungan akan mempertimbangkan seberapa perlu ia diberikan obat antioksidan. Jadi, harus dipertimbangkan dan tentu berbeda tiap kasus," ulasnya.
Ia menambahkan, "Biasanya dokter akan memberikan vitamin C dan E. Sebab antioksidan yang paling baik terdapat dalam keduanya. Jadi ibu hamil disarankan untuk banyak mengonsumsi buah dan sayuran."
Hasil penelitian terbaru dari Journal of the American College of Cardiology edisi Mei 2008, mengungkapkan bahwa berada 30 menit lamanya dalam ruangan penuh asap rokok dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang cukup berat. Sehingga akan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Dampak Negatif
Hal senada diungkapkan dr Sofani Munzila SpOG dari YPR Hospital Menteng, Jakarta Pusat. "Bahaya perokok pasif tak ubahnya dengan perokok aktif. Pengaruh yang paling sering terjadi yaitu janin terlahir dengan berat badan rendah, kelahiran prematur, keguguran, terganggunya suplai oksigen dari ibu ke janin, gangguan pada pembuluh darah," paparnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan kemungkinan efek jangka panjang yang dapat terjadi, "Kondisi suplai oksigen yang kurang baik serta berat badan yang rendah, otomatis dapat memengaruhi kemantangan perkembangan organ (maturitas). Dan jika penyaluran oksigen ke otak terhambat, kemungkinan menyebabkan terjadinya gangguan pada kecerdasan si anak kelak," terangnya.
Wanita lulusan Universitas Indonesia ini bahkan mengakui bahwa perokok pasif justru dua kali dirugikan daripada si perokok itu sendiri. "Karena ibu hamil menghisap asap utama dan asap sampingan. Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu di hembuskan kembali. Sedangkan asap sampingan yakni asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar," urainya.
Asap Rokok Beracun
Lalu, apa saja kandungan asap rokok? Ternyata, asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan kimia beracun, 43 di antaranya bersifat karsinogen (penyebab kanker). Zat-zat berbahaya yang terkandung dalam asap rokok di antaranya nikotin, tar, karbon monoksida (CO) dan sebagainya. Nikotin dapat merusak jantung dan sirkulasi darah. Selain itu, nikotin juga membuat pemakainya kecanduan. Tar mengandung bahan kimia beracun yang bisa merusak sel paru-paru dan menyebabkan kanker. Sedangkan karbon monoksida dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
Perbanyak Konsumsi Vitamin C dan E
Sofani menegaskan kandungan asap rokok merupakan polutan yang bisa berakibat efek teratogenik (mencetuskan kelainan atau abnormalitas pada janin). Oleh karenanya, jika memang ibu hamil sering terpapar asap rokok, maka dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obatan antioksidan. "Dokter kandungan akan mempertimbangkan seberapa perlu ia diberikan obat antioksidan. Jadi, harus dipertimbangkan dan tentu berbeda tiap kasus," ulasnya.
Ia menambahkan, "Biasanya dokter akan memberikan vitamin C dan E. Sebab antioksidan yang paling baik terdapat dalam keduanya. Jadi ibu hamil disarankan untuk banyak mengonsumsi buah dan sayuran."
Kiat Hindari Tumor Payudara
FIBROADENOMA mammae atau tumor jinak rentan menyerang wanita usia muda. Tanda-tanda adanya tumor jinak di payudara cukup mudah diidentifikasi seperti benjolan pada payudara, warna kulit yang berubah, bentuk dan letak payudara yang tidak normal, serta kelainan pada puting. Agar tumor itu tidak berkembang, ada beberapa jenis pengobatan yang bisa dipilih, antara lain kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, dan terapi biologik.
Payudara adalah satu bagian tubuh yang sangat dibanggakan wanita. Jika bagian ini terserang penyakit, perempuan bisa panik dan kondisi psikologisnya terganggu. Menurut dr Arman Muchtar SpB Onk, Ahli Bedah Tumor dan Dokter Spesialis di Rumah Sakit Thamrin, benjolan atau tumor pada payudara tak semuanya ganas (kanker). Umumnya tumor pada payudara adalah tumor jinak akibat infeksi atau kelainan pertumbuhan. Sel tumor jinak bertumbuh lambat dan tidak menyebar ke bagian lain.
Fibrodenoma mammae (FAM) pada umumnya menyerang wanita di bawah usia 30 tahun. FAM atau dikenal dengan tumor payudara ini membuat kaum wanita selalu cemas. Kadang mereka beranggapan bahwa tumor sama dengan kanker. Sekadar diketahui, kecil kemungkinan fibroadenoma berkebang menjadi kanker ganas.
Pertumbuhan FAM umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Hanya ukuran dan tempat pertumbuhannya saja yang dapat menyebabkan nyeri. Diungkapkan dr Arman, kalau ada kelainan di seputar payudara, hendaknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tumor sebagai sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Sedangkan, Fibroadenoma mammae terjadi akibat adanya kelebihan estrogen. Ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormon estrogen meningkat.
Namun menurut dr Arman, penyebab terjadinya Fibroadenoma mammae ini belum bisa dipastikan. Bisa saja karena pola makan yang kurang sehat, bisa juga karena menikah muda. Tidak memberi ASI pada anak juga menjadi penyebab utama tumbuhnya tumor.
Wanita lebih rentan terkena FAM dibandingkan laki-laki yang memiliki keseimbangan hormon estrogen. Hormon estrogen pada wanita tidak seimbang sehingga mengakibatkan terjadinya menopause. Selain itu, ada pula bahan-bahan kimia yang diduga memicu timbulnya jenis tumor ini. Senyawa kimia seperti aflatixin B1, ethionine, saccarin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr asap rokok, dan oral kontrasepsi. Faktor fisik juga disinyalir menyebabkan timbulnya tumor. Penyebab terakhir adalah kelemahan genetis sel-sel tubuh sehingga memudahkan munculnya tumor.
Pengobatannya adalah dengan mengangkat tumor yang ada di payudara. "Biasanya tumor jinak jumlahnya lebih dari satu dan bisa disembuhkan dengan cara mengangkatnya secara langsung," ungkapnya.
Setelah pembedahan, kebanyakan wanita menerima pengobatan tambahan untuk mengurangi peluang tumbuhnya sel-sel tumor yang baru. Jenis pengobatan yang mengangkat tumor cukup variatif, antara lain kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, dan terapi biologik. Karena itu, penting adanya diskusi tentang jenis pengobatan dan jenis tumor dengan dokter spesialis.
"Ini akan menenangkan pikiran pasien dan membantunya melawan tumor dan kanker payudara," katanya.
Selain pengobatan medis, ada juga pengobatan alternatif. Namun, bagi dr Arman, cara itu belum bisa dikatakan sebagai pengobatan karena tidak akan diketahui secara pasti penyakit yang diderita si pasien.
"Kalau di China, mungkin hal seperti itu bisa dilakukan. Tapi di Indonesia rasanya belum," ungkapnya.
Payudara adalah satu bagian tubuh yang sangat dibanggakan wanita. Jika bagian ini terserang penyakit, perempuan bisa panik dan kondisi psikologisnya terganggu. Menurut dr Arman Muchtar SpB Onk, Ahli Bedah Tumor dan Dokter Spesialis di Rumah Sakit Thamrin, benjolan atau tumor pada payudara tak semuanya ganas (kanker). Umumnya tumor pada payudara adalah tumor jinak akibat infeksi atau kelainan pertumbuhan. Sel tumor jinak bertumbuh lambat dan tidak menyebar ke bagian lain.
Fibrodenoma mammae (FAM) pada umumnya menyerang wanita di bawah usia 30 tahun. FAM atau dikenal dengan tumor payudara ini membuat kaum wanita selalu cemas. Kadang mereka beranggapan bahwa tumor sama dengan kanker. Sekadar diketahui, kecil kemungkinan fibroadenoma berkebang menjadi kanker ganas.
Pertumbuhan FAM umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Hanya ukuran dan tempat pertumbuhannya saja yang dapat menyebabkan nyeri. Diungkapkan dr Arman, kalau ada kelainan di seputar payudara, hendaknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Setiap kelainan di payudara baik benjolan, kelainan kulit, kelainan yang tak normal di payudara harus segera diperiksakan. Kalau usianya masih muda dan bisa digerakkan ke kanan dan kekiri kemudian permukaannya licin, berarti jinak. Tapi kalau usianya tua dengan benjolan keras dan batasannya tidak tegas serta permukaan kasar, kemungkinan besar itu tumor ganas. Tanda yang memperjelas bahwa itu adalah tumor ganas adalah bentuk ukuran dan berat dari salah satu payudara berubah, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting susu," paparnya panjang.
Tumor sebagai sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Sedangkan, Fibroadenoma mammae terjadi akibat adanya kelebihan estrogen. Ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormon estrogen meningkat.
Namun menurut dr Arman, penyebab terjadinya Fibroadenoma mammae ini belum bisa dipastikan. Bisa saja karena pola makan yang kurang sehat, bisa juga karena menikah muda. Tidak memberi ASI pada anak juga menjadi penyebab utama tumbuhnya tumor.
Wanita lebih rentan terkena FAM dibandingkan laki-laki yang memiliki keseimbangan hormon estrogen. Hormon estrogen pada wanita tidak seimbang sehingga mengakibatkan terjadinya menopause. Selain itu, ada pula bahan-bahan kimia yang diduga memicu timbulnya jenis tumor ini. Senyawa kimia seperti aflatixin B1, ethionine, saccarin, asbestos, nikel, chrom, arsen, arang, tarr asap rokok, dan oral kontrasepsi. Faktor fisik juga disinyalir menyebabkan timbulnya tumor. Penyebab terakhir adalah kelemahan genetis sel-sel tubuh sehingga memudahkan munculnya tumor.
Pengobatannya adalah dengan mengangkat tumor yang ada di payudara. "Biasanya tumor jinak jumlahnya lebih dari satu dan bisa disembuhkan dengan cara mengangkatnya secara langsung," ungkapnya.
Setelah pembedahan, kebanyakan wanita menerima pengobatan tambahan untuk mengurangi peluang tumbuhnya sel-sel tumor yang baru. Jenis pengobatan yang mengangkat tumor cukup variatif, antara lain kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, dan terapi biologik. Karena itu, penting adanya diskusi tentang jenis pengobatan dan jenis tumor dengan dokter spesialis.
"Ini akan menenangkan pikiran pasien dan membantunya melawan tumor dan kanker payudara," katanya.
Selain pengobatan medis, ada juga pengobatan alternatif. Namun, bagi dr Arman, cara itu belum bisa dikatakan sebagai pengobatan karena tidak akan diketahui secara pasti penyakit yang diderita si pasien.
"Kalau di China, mungkin hal seperti itu bisa dilakukan. Tapi di Indonesia rasanya belum," ungkapnya.
Waspadai Pengapuran pada Sendi
PERNAHKAH Anda sengaja menekan jari-jari atau pinggang saat merasa pegal hingga menimbulkan suara gemeretuk? Hati-hati. Hal itu bisa menyebabkan terjadinya pengapuran pada sendi yaitu osteoarhritis.
Pengapuran sendi pasti akan dirasakan setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini. Menurut Dr Sapto Adji, osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada sendi. "Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada sendi bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi," ucapnya. Untuk penyakit osteoarhritis, penyembuhan bisa dilakukan dengan operasi.
Menurut Dr Adji, operasi yang dilakukan bisa melalui operasi arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. "Selain operasi, terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan lain, juga dengan dukungan psikososial, atau bahkan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan olahraga yang tepat," ujar Dr Adji.
Spesialis orthopedic Dr Lukman Shebubakar mengatakan, dengan memakai sendi yang sesuai dengan umur akan menghindari penyakit osteoarhritis. "Untuk orang yang mengalami obesitas atau kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang obesitas cenderung terkena penyakit ini," terangnya.
Berbeda dengan osteoporosis yang berarti pengapuran pada tulang, maka osteoarhritis adalah pengapuran pada sendi. Di dalam tubuh manusia terdiri atas 206 tulang dan 230 sendi. Lebih jelasnya, osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.
Pengapuran sendi pasti akan dirasakan setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini. Menurut Dr Sapto Adji, osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.
"Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya lutut, pinggul, punggung atau tulang belakang, tangan, dan kaki," sebut Dr Adji. Gejala yang ditimbulkan dari osteoarhritis datang secara bertahap. Biasanya diawali dari satu sendi, adanya nyeri sendi, kesulitan naik dan turun tangga, sulit berdiri setelah lama duduk atau jongkok.
Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada sendi. "Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada sendi bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi," ucapnya. Untuk penyakit osteoarhritis, penyembuhan bisa dilakukan dengan operasi.
Menurut Dr Adji, operasi yang dilakukan bisa melalui operasi arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. "Selain operasi, terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan lain, juga dengan dukungan psikososial, atau bahkan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan olahraga yang tepat," ujar Dr Adji.
Spesialis orthopedic Dr Lukman Shebubakar mengatakan, dengan memakai sendi yang sesuai dengan umur akan menghindari penyakit osteoarhritis. "Untuk orang yang mengalami obesitas atau kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang obesitas cenderung terkena penyakit ini," terangnya.
Langganan:
Postingan (Atom)