BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan yang cepat di luar bidang pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika cara pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam menghadapi tantangan tersebut pemerintah melakukan berbagai macam cara yaitu antara lain dengan memberikan pelatihan terhadap guru-guru, pengembangan kurikulum dan penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga pemerintah melakukan standarisasi terhadap ujian nasional.
Oleh karena itu guru dan siswa diharapkan mampu mencapai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi terwujudnya
tujuan dari pendididkan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ilmu biologi adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang semua mahluk hidup di muka bumi. Biologi secara universal mengkaji aspek penting tentang kehidupan dari semua mahluk hidup di alam semesta ini. Pada abad ke- 19 perkembangan ilmu biologi semakin meluas setelah adanya penemuan-penemuan baru oleh para ilmuan. Dari hasil penemuan itu disimpulkan bahwa semua organisme memiliki karakteristik pokok. Karakteristik pokok yang melekat pada setiap kelompok organisme tidaklah sama. Maka, muncullah istilah-istilah botani, zoologi, dan mikrobiologi yang merupakan cabang dari biologi yang mengkaji secara khusus tentang karakteristik pokok dari setiap kelompok organisme. Seirama dengan perkembangan peradaban manusia, biologi kini berkembang mengarah ke aspek yang mengkaji tentang kemungkinan berevolusinya mahluk hidup pada masa yang akan datang dan kemungkinan adanya mahluk hidup di plaanet-planet lain selain bumi (Bekti R, Sawaldi, 2007).
Terkadang siswa banyak mengalami kesulitan untuk mempelajari dan memahami materi yang ada dalam pelajaran biologi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar materi diajarkan dengan metode yang masih bersifat tradisional dan selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah. Untuk itu perlu diterapkan metode mengajar yang sesuai, agar siswa mudah memahami materi tersebut. Metode mengajar adalah stategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah dan Aswan, 2006).
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Namun pencapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya model pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang mungkin dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang masih banyak dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Biologi SMA Negeri 1 Empang adalah 60. Berikut adalah hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang :
Tabel 1.1 Data ketuntasan belajar Biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011
No Kelas Nilai
Rata-rata Jumlah siswa Total siswa Persentase ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 XI IPA 1 50,96 8 20 28 28,57 %
2 XI IPA 2 51,48 10 17 27 37,04 %
(Sumber : Ulangan harian kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang)
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Rendahnya prestasi belajar biologi pada siswa yang mengalami masalah secara komperhensif dalam pembalajaran biologi yaitu faktor internal siswa misalnya kesiapan belajar siswa, kemampuan kognitif maupun faktor eksternal seperti kondisi sosial, sarana dan prasarana serta gaya/pendekatan dalam mengajar.
Setelah melakukan wawancara dengan guru bidang studi biologi SMA Negeri 1 Empang, salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar dan motivasi siswa khususnya pelajaran biologi adalah sebagian metode yang digunakan masih bersifat tradisional. Selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat guru dapat menyelesaikan bahan pelajaran, kenyataan ini diperkuat oleh alasan guru yaitu mengejar target kurikulum. Dan dengan metode yang masih didominasi dengan metode cerama membuat siswa merasa jenuh dan kaku didalam proses belajar biologi yang secara langsung hal ini dapat mengurangi motivasi siswa pada mata pelajaran biologi.
Hal yang demikian merupakan faktor yang menjadikan biologi termasuk pelajaran yang sulit dan akhirnya kurang diminati. Oleh sebab itu, peneliti mencoba dengan pendekatan kooperatif Examples Non Examples karena pendekatan ini lebih menfokuskan pada materi yang berkaitan dengan contoh-contoh.
Dari uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian tentang �Peningkatan Prestasi Belajar Biologi dan Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah �Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 20010/2011 ?�.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam menentukan metode pengajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4.2. Manfaat praktis
1.4.2.1. Memberi masukan bagi tenaga pendidik tentang upaya memperbaiki proses pembelajaran kearah perbaikan bagi siswa yang merasa kurang mampu menangkap lebih cepat materi yang diberikan guna meningkatkan prestasi belajar.
1.4.2.2. Menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan metode pengajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran.
1.5. Lingkup Penelitian
1.5.1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Empang Jalan Lintas Sumbawa-Bima Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa.
1.5.2. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA Tahun Ajaran 2010/2011.
1.5.3. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dalam meningkatkan prestasi belajar serta motivasi siswa.
1.6. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman penafsiran beberapa istilah pada judul penelitian ini perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1.6.1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhanm (Isjoni,2009). Selanjutnya menurut Lie (2002), Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ini merupakan alur poroses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, tetapi siswa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
1.6.2. Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati,2007). Selanjutnya menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
1.6.3. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
1.6.4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. (Hamzah, 2006;23)
Selanjutnya Sardiman (2010;75), menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin dari arah belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Kooperatif
2.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang memilki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni,2009). Selanjutnya Slavin dalam isjoni (2009), pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono,2009).
Menurut Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah Positive interdependence (saling ketergantungan positif), Personal responsibility (tanggung jawab perorangan), Face to face promotive interaction (tatap muka), Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan Group processing (pemrosesan kelompok).
2.1.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Setiap anggota memiliki peran
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat di perlukan
Sedangkan menurut Suprijono (2009), model pembelajaran kooperatif akan dapat menunumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
2.1.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar coopertive learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni,2009).
2.1.4. Keterampilan Kooperatif
Laundgren (dalam Isjoni, 2009), membagi keterampilan kooperatif sebagai berikut:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal.
Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati pekerjaan individu.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan katidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mandengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, dan mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
2.1.5. Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
Pendekatan pembelajaran kooperatif dilaksanakan oleh guru dengan teknik-teknik antara lain sebagai berikut :
a. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division (STAD)).
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi kunci jawaban soal dan meminta memeriksa hasil kerja. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
b. Teknik Susun Gabung (Jigsaw).
Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
c. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation).
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua siswa di kelas.
d. Teknik Cari Pasangan.
Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu, tiap kartu berisi 1 bagian materi pelajaran, kemudian mereka harus mencari siswa-siswa pemegang kartu yang isinya berkaitan dengan isi kartunya. Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu berkelompok dan mendiskusikan keseluruhan materi.
e. Teknik Tukar Pasangan.
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan hasil kerja dari kelompok semula.
f. Examples Non Examples
Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, membagi kelompok siswa, menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP, memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar, melalui diskusi kelompok 2�3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, Kesimpulan.
2.1.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Suprijono, (2009) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Prilaku guru
Fase 1 : Present goals and set.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2 : Present information.
Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning teams.
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim dan belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and study.
Membantu kerja team dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials.
Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajara atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provode recongnition.
Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui dan presentasi individu maupun kelompok
2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
2.2.1. Pengertian Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007 ). Sedangkan menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh yang berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Examples Non Examples
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tipe Examples Non Examples (Kusuma, 2008) adalah :
a. Kelebihan Examples Non Examples
1. Membuat siswa lebih aktif dan berpikir kritis dalam menganalisa gambar dari contoh-contoh materi pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar mengajar.
2. Materi dapat disajikan dalam bentuk yang lebih praktis berupa contoh-contoh yang berupa bagan, gambar, maupun skema.
3. Siswa dapat mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar dan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Kekurangan Examples Non Examples
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk bagan, gambar, maupun skema.
2. Hanya materi pembelajaran yang bersifat eksperimen saja yang dapat diaplikasikan pada tipe Examples Non Examples.
3. Membutuhkan waktu yang lama untuk proses kegiatan belajar mengajar.
2.2.3. Langkah-langkah Examples Non Examples
Menurut Suprijono (2009), adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples adalah sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru membagi kelompok siswa
c. Guru menempel gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
d. Guru memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
e. Melalui diskusi kelompok 2 � 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
f. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
g. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
h. Kesimpulan.
2.3. Prestasi Belajar
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni �prestasi� dan �belajar�. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Slameto (2009), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor-faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa, meliputi :
1. Faktor Jasmani
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya, ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau menurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyusaikan ke dalam situasi yang baru dengan cakap yang efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif , mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada sesuatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siwa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e) Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dpat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan
kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Kelelahan dapat dihilangkan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara berikut:
a) Tidur
b) Istirahat
c) Mengusahan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
d) Menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran darah
e) Rekreasi dan ibadah yang teratur
f) Olahraga secara teratur
g) Mengimbangi makanan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalkan makanan yang memenuhi empat sehat lima sempurna.
h) Jika kelehan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya, dokter, psikiater, konselor, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri siswa, meliputi :
1. Faktor Keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidkan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh, dan sebagainya.
c) Suasana rumah
Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan ganggu dengan tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah.
f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak dalam belajar.
2. Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefekfif mungkin.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses itu juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
d) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain.
e) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
f) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa masuk sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
g) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.
h) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
i) Metode belajar
Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes.dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
j) Tugas rumah
Waktu belajar terutama di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
b) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.
c) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ.
2.4. Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2.5. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar siswa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi hasil dari proses belajar. Prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran 2010/2011 masih jauh yang diharapkan dan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dengan memilih pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan tersebut harus dapat membangkitkan semangat belajar dan motivasi siswa selain itu juga harus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang di mana konsep dasar dari model pembelajaran ini adalah menyusun materi pembelajaran dalam bentuk contoh-contoh berupa skema, gambar maupun bagan sehingga nantinya dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa.
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Berdasarkan kerangka berpikir tersubut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah �Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research), Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto,dkk. 2007;3)
Penelitian tindakan kelas ini akan berjalan dengan menggunakan siklus pembelajaran dan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan yaitu, 1 kali pertemuan pemberian materi pelajaran dan satu kali pertemuan diakhir siklus peneliti akan melakukan evaluasi sebagai akhir dari siklus pertama.
Pada siklus kedua juga akan mendapat perlakuan yang sama dengan siklus pertama, dengan melihat segala kekurangan yang terjadi pada siklus pertama akan diperbaiki pada proses pembelajaran pada siklus ke dua.
3.2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai prestasi belajar siswa pada materi pelajaran dengan menggunakan soal tes. Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan oleh peneliti dalam bentuk kalimat, kata atau gambar. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai motivasi melalui angket.
3.3. Tempat dan waktu penelitian
3.1.1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Empang.
3.1.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (II) Tahun Ajaran 2010/2011.
3.4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan penelitian tindakan kelas, pada penelitian tindakan kelas ini rancangan penelitiannya terdiri atas dua siklus dengan ciri-ciri sebagai berikut:
3.4.1 Tahapan siklus pertama
a) Tahap Perencanaan
Tahap yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1. Peneliti mensosialisasikan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples kepada guru di sekolah.
2. Membuat rencana program pengajaran (RPP).
3. Menyusun format-format instrument penelitian, angket (Quesioner) serta tes hasil belajar siswa.
b) Tahap aksi atau Tindakan
1. Peneliti memperkenalkan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dan menjelaskan alur-alur kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Melaksanakan semua hal yang telah direncanakan pada tahap perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam skenario pembelajaran.
c) Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan menafsirkan hasil proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.
d) Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar siswa disimpulkan secara analisis, sehingga dari hasil tersebut peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data hasil tes tulis maupun tes angket yaitu identifikasi kekurangan, analisis sebab kekurangan dan menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5.1. Siklus II
Tahap siklus kedua ini urutannya sama dengan urutan siklus pertama, akan tetapi umumnya tindakan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari siklus pertama yang tentu saja ditunjukkan untuk memperbaiki berbagai hambatan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Tahapan pada Siklus II sama dengan Siklus I yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan (implementasi)
3. Evaluasi
4. Analisis dan refleksi
Siklus PTK secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema : 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas ( Suharsimi, 2007;16 ).
3.5. Populasi dan sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Mardalis (2007), populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa yang tersebar dalam dua kelas yaitu XI IPA1 berjumlah 28 siswa dan XI IPA2 berjumlah 27 siswa.
3.5.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Selanjutnya, menurut Arikunto (2009) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jadi yang dimaksud dengan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari seluruh siswa/kelas yang diteliti.
Menurut Arikunto (2009), Apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPA berjumlah 55 siswa. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Pada penentuan sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan melihat nilai hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Pelajaran 2010/2011 didapatkan persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA1 28,57%, dan untuk kelas XI IPA2 37,04%. Dengan demikian sebagai kelas kontrol adalah kelas XI IPA2 dan sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI IPA1, karena persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA2 lebih besar dari kelas XI IPA1 (37,04%>28,57%).
3.6. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode angket dan pemberian post tes (tes hasil belajar) yang telah diuji coba pada kelas yang lain. Data hasil tes kemudian dianalisis menggunakan statistik uji-t.
Untuk memperoleh data yang valid, reliabel dan dapat dipercaya sehingga akan memberikan hasil yang optimal, maka dalam penelitian ini ditetapkan teknis pengumpulan datanya sebagai berikut :
3.6.1. Angket
Angket merupakan teknit pengupulan data yang palinag efesien bila peneliti tau dengan pasti variable yang akan diukur dan tau apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,2009;199). Dalam penelitian ini penyusunanan angket berdasarkan pada skala Likert dengan standar skala adalah 1 sampai 5.
Setelah ditentukan respondennya maka dilanjutkan dengan membagikan angket. Angket dibagikan kepada responden dengan ketentuan lembar angket dan angket diisi kemudian angket ditarik kembali untuk dilakukan pembahasan.
3.6.2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006).
3.7. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006).
3.7.1. Lembar angket
Angket atau (Quisioner) adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang di distribusikan kepada responden baik secara langsung atau tdak langsung (melalui pos atau perantara). (Amirul, dkk.1998;99)
Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau sumber yang beraneka ragam. Selain itu angket juga secara umum meminta keterangan tentang fakta yang diketahui responden atau juga mengenai pendapat atau sikap. (Nasution. S. 2008;128).
Angket dalam penelitian ini yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa sebagai pengaruh dari model pembelajaran artikulasi. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, item-item disusun dalam bentuk pernyataan dengan alternatif, jawaban :Jika memilih e diberi skor 1, b diberi skor 2, c diberi skor 3, b diberi skor 4, dan a diberi skor 5.
3.7.2. Soal Tes
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari 20 item soal yang semuanya adalah pilihan ganda (multiple chois). Soal tes dalam penelitian ini diambil dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa perangkat tes hasil belajar (THB).
3.7.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran biasanya lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan di dalam kelas dimana rencana ini berisi gambaran global dari materi yang akan disampaikan.
3.8. Teknik analisis data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif sebagai berikut :
3.8.1. Analisis data angket motivasi dan pengetahuan siswa
Data angket motivasi dapat dianalisis secara kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tiap-tiap soal memilki item yaitu a, b, c, d, e masing-masing item mempunyai nilai berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1 denagn menentukan skor penilaian sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh penulis.
b. Berdasarkan skor tertentu dapat dijumlahkan skor total motivasi siswa.
c. Berdasarkan jumlah skor total tersebut dapat ditentukan motivasi siswa apakah termasuk kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang.
d. Penetuan motivasi siswa sesuai interval yang telah dibuat, yaitu interval 92-100 termasuk kategori sangat baik, 72-91 termasuk kategori baik, 49-71 termasuk kategori cukup, 25-48 termasuk kategori kurang, 0-24 termasuk kategori sangat kurang.
e. Penentuan tingkat motivasi siswa sesuai dengan interval yang ditentukan.
Rumus analisis angket
Pedoman kriteria penilaian skala 1-5 motivasi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.
Pada sekala Likert data interval dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skor setiap jawaban responden (Sugiyono, 2009;137)
Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut :
jumlah skor yang di peroleh responden
skor ideal (kriterium) seluruh item
Konversi kategori angket motivasi
Selanjutnya kualifikasi motivasi siswa ditentukan berdasarkan pedoman konversi seperti pada tabel 3.1 (Suprijono, 2009) :
Tabel 3.1. Pedoman Konversi Penilaian Skala 1-5 Motivasi Siswa
No Konversi Nilai Kategori Mnat
1
2
3
4
5 92 � 100
72 � 91
49 � 71
25 � 48
0 � 24 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
3.8.2. Analisis hasil belajar
Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut dianalisis dengan mencari nilai rata-rata, ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Kemudian dianalisis secara kuantitatif.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Ketuntasan individu
Hasil belajar siswa ditentukan berdasarkan acuan patokan, skor yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual terhadap indikator yang telah ditetapkan. Ketuntasan individu ditentukan dengan rumus :
N =
Keterangan :
N = Nilai
X = Skor yang dicapai siswa
Z = Skor maksimal
Setiap siswa dalam proses belajar dikatakan tuntas terhadap materi pelajaran yang telah diberikan apabila memperoleh nilai 60.
2. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan persaman sebagai berikut (Sudjana, 2003) :
KK=
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60
Z = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Sesuai dengan teknik penilaian, siswa dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi yang telah diajarkan jika mencapai 85% siswa tuntas secara individu.
Kamis, 26 Mei 2011
Peningkatan Prestasi Belajar Biologi dan Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar