Blogger templates

Tampilkan postingan dengan label Tulang dan Persendian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tulang dan Persendian. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 Mei 2012

Kegemukan Disebabkan oleh Gangguan Hormon

KATA gemuk identik dengan banyak makan. Benarkah? Dari berbagai riset, kegemukan diketahui karena gangguan hormon. Gangguan tersebut bisa karena berlebih ataupun kurang. Karena itu, diet tanpa petunjuk dokter sangat berbahaya bagi kesehatan. Ketahui terlebih dahulu mengapa dan apa sebabnya ada gemuk!

Saat ini, banyak program diet yang menawarkan langsing dengan cepat dalam waktu singkat. Hati-hati dalam memilih program diet. Yang perlu untuk diketahui sebelum melakukan program diet adalah mengapa kita menjadi gemuk. Tubuh diatur oleh sistem metabolisme dan dipengaruhi oleh kadar hormon di dalam tubuih. Adanya ketidakseimbangan ataupun kekurangan hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat mengakibatkan kegemukan (obesitas). Tidak cukup hanya dengan melakukan diet, latihan dan lain sebagainya. Memang, tubuh akan menjadi langsing. Namun perlu juga pemeriksaan laboratorium yang akurat dalam menjalankan program diet, jelas dr Yunita Hendy yang praktik di Jalan Limau 1 No. 40 Jakarta Selatan dan Cibubur.

Gemuk adalah hal biasa yang terjadi pada laki-laki atau wanita usia 30, 40, atau lebih. Ternyata gemuk disebabkan oleh kadar hormon yang kurang atau minimal. Jika pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah kadar hormon kurang atau minimal (sesuai umur), tidak akan pernah didapat berat badan ideal. Apalagi menjurus arah langsing sempurna, sambungnya.



Kalaupun dilakukan, kemungkinan penurunan berat badan akan terlihat pada awal diet atau latihan. Tapi biasanya tidak bertahan lama. Berat badan dapat naik kembali (yoyo syndrome) atau malah tidak turun sama sekali. Banyak pasien yang ditemui di ruang praktik yang mengonsumsi obat kurus yang dijual di pasaran tanpa petunjuk dokter. Padahal, beresiko dan dapat merusak tubuh, gangguan dehidrasi, kulit berkerut, keriput, pusing, mual-mual, gangguan pencernaan dan bisa sakit, ungkapnya.

Menurutnya, hal yang perlu disikapi pada saat tubuh mengalami kegemukan (obesitas) adalah evaluasi diri, perhatikan pola makan dan pola kegiatan sehari-hari. Apakah malas bergerak, berolahraga, adakah turunan gemuk dari orangtua dan adakah gangguan hormonal.

Gangguan Hormon

Jika terbentur dengan gangguan hormonal, amati gejala lain pada tubuh seperti perut membuncit, mudah lelah, kurang bergairah, tidak bergairah sama sekali, rambut rontok, cepat pegal, linu, gangguan tidur, kulit kering, keriput dan aktivitas seks yang menurun. Jika tiga atau lebih gejala di atas dirasakan oleh tubuh, kemungkinan tubuh mengalami kekurangan hormon (testoteron, growth hormone), sambungnya.

Yang perlu dilakukan adalah mendatangkan dokter piawai dalam menangani antiaging, klinik holistic atau wellness. Yang jelas, dokter yang kompeten di bidang ini akan melakukan konsultasi dan pemeriksaan fisik. Kedua, untuk menegakkan diagnose, dokter akan melakukan cek laboratorium yang menggunakan sampel darah berkaitan dengan kadar hormon yang akan di periksa. Ketiga, setelah hasil laboratorium keluar, perencanaan dan pelaksanaan terapi akan dilakukan dan didiskusikan dengan dokter.

Pelaksanaan terapi dapat berupa obat oles hormon, spray hormone ataupun suntik hormon. Jika hasil laboratorium menyatakan pasien mengalami kekurangan jumlah hormon, dilakukan terapi selama 3 bulan pertama dengan hasil laboratorium yang di monitor oleh dokter. pasien yang akan menjalani terapi hormon harus diberi penanganan yang tepat dan terarah sehingga menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan.

Lantas, seberapa jauh terapi yang dijalankan? Bervariasi tergantung personal masing-masing. Setelah terapi akan terjadi perbaikan dari gejala-gejala yang dikeluhkan seperti kulit yang mengencang, halus dan kegiatan seksual menunjukkan hasil yang memuaskan dan optimal. Tubuh menjadi lebih fit dan awet muda. Dan jangan lupa, tetap menjalankan pola hidup sehat.

Menjadi tua pasti, cantik, pasti tidak ada yang menolak. Kembali ke tujuan dan treatment ini adalah for better quality of life. Kita harus menyikapi dengan bijaksana bahwa kita akan menua dengan sehat dan terlepas dari penyakit yang menghantui pada usia tua. Ingat, kegemukan dapat mengakibatkan jantung koroner, kolesterol, darah tinggi, osteoporosis dan penyakit-penyakit lainnya, terangnya.


Sumber: okezone.com

Kelainan Dasar Panggul Akibat Melahirkan

MENURUT penelitian, 15 hingga 30 persen ibu hamil yang melahirkan normal berisiko mengalami kelainan otot dasar panggul. Tapi hal ini bisa dihindari, kok! Bagaimana caranya?


Keluhan Pascamelahirkan

Kehamilan ataupun proses persalinan yang tidak aman dapat menempatkan BuMil pada kondisi disfungsi (kelemahan atau kerusakan) otot dasar panggul, salah satunya bisa menimbulkan prolaps organ panggul, sebut dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) dari Divisi Urokeginelogi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM.



Disfungsi dasar panggul termasuk yang sering dikeluhkan wanita pascamelahirkan. Sayangnya, masalah kesehatan panggul wanita kurang diperhatikan. Padahal bila tak segera ditangani, disfungsi dasar panggul ini dapat menurunkan kualitas hidup perempuan, misalnya, keluar urin atau kentut saat sedang melakukan hubungan suami isteri, terjadi inkontinensia urin (tiba-tiba buang air kecil tanpa disadari, contoh saat batuk), inkontinensia alvi (tidak bisa menahan kentut atau tidak bisa menahan feses/ buang air besar), konstipasi kronis (sembelit), hingga prolaps (penurunan) organ panggul atau sering disebut awam turun peranakan dimana otot panggul menjadi begitu lemah dalam menyangga organ seperti kandung kemih dan uterus yang menyebabkan organ tersebut turun.


Penyebab

Meski persalinan pertama berkontribusi terbesar dalam menyebabkan kelainan dasar panggul, namun demikian ada beberapa faktor penyebab lain, yakni: BuMil yang mengalami proses persalinan yang terlalu sering, cara persalinan yang salah, berat badan bayi yang berukuran terlampau besar yaitu lebih dari 3325 gram, primatua (kehamilan di atas usia 35 tahun), lamanya persalinan kala II lebih dari 1 jam, indeks masa tubuh abnormal, gaya hidup bumil seperti merokok dan minum-minuman alkohol, ataupun faktor ginekologi seperti riwayat histerektomi (pengangkatan rahim), atau penuaan dan menopouse yang berkaitan dengan hormonal.


Cara Pencegahan

Saat ini, pihak kedokteran sudah menggunakan sistem skoring terkini untuk memprediksi terjadinya kelainan otot dasar panggul. Metode skoring baru dikembangkan di Womens Health Center, RSCM Kencana. Bila skoring menunjukkan risiko kerusakan otot dasar panggul (levator ani) adalah rendah, maka pasien dapat diyakinkan untuk memilih persalinan normal tanpa ada rasa khawatir mengalami disfungsi dasar panggul, ungkap dr. Budi.

Selain lewat sistem skoring, lanjutnya, kelainan otot dasar panggul sebenarnya bisa dicegah oleh beberapa cara, antara lain:

- Tindakan episiotomi (pengguntingan perineum atau jalan lahir) - sebaiknya jangan dilakukan jika tidak ada indikasi! Kalau terpaksa dilakukan tindakan episiotomi, maka hindari terjadinya robekan levator ani hingga mencapai derajat 3 atau 4.

- Atur pernapasan saat bumil mengejan.

- Jika pembukaan sudah sempurna, sebaiknya BuMil jangan mengejan lebih dari 65 menit.

- Usahakan selama pemeriksaan kehamilan, berat badan janin dalam kandungan tidak melebihi angka 3.325 gram (3,325 kg).

- Bumil melakukan senam kegel/senam hamil, yang berguna untuk memperkuat otot-otot dasar panggul utamanya levator ani, sehingga bisa memperkuat otot-otot saluran kandung kemih yang bisa mencegah mengompol serta menguatkan otot-otot vagina.


Jangan Langsung Pilih Caesar

Disfungsi otot dasar panggul merupakan suatu epidemi tersembunyi yang besar permasalahannya masih belum banyak diketahui. Diduga 50 persen perempuan yang pernah melahirkan akan mengalami prolaps organ panggul.

Sayangnya, menurut penelitian, diperkirakan 2,5 persen dari seluruh persalinan pertama dilakukan dengan cara cesar yang dilakukan atas permintaan BuMil tanpa adanya indikasi medik. Salah satu alasannya, hanya karena rasa khawatir bumil akan terjadinya disfungsi dasar panggul setelah menjalani persalinan normal.

Padahal, persalinan sesar tanpa indikasi hanya mampu melindungi 1 dari 7 ibu yang akan mengalami disfungsi dasar panggul akibat persalinan normal. Sedangkan, risiko mortalitas dan morbiditas persalinan cesar meningkat lima kali dibanding proses persalinan normal. Belum lagi, risiko setelah melahirkan dan masa rawat inap yang lebih lama, tambah dr. Budi.



Latihan Otot Dasar Panggul

Sebenarnya, untuk menanggulangi masalah ini, hanya diperlukan peningkatan kesadaran BuMil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang baik. Dari segi medis, penting untuk mempertinggi akses layanan dan fasilitas kesehatan.

Dengan memberi edukasi kepada para perempuan agar melakukan latihan otot dasar panggul dan edukasi kepada dokter umum serta bidan mengenai robekan perineum III atau IV, maka risiko disfungsi dasar panggul ini dapat dihindari, terang dr. Budi.


Perlunya Manajemen Reproduksi

Ahli kandungan lainnya, dr. Aria Wibawa, SpOG(K) juga menekankan, bahwa dengan perencanaan atau manajemen reproduksi yang baik, maka pasutri (pasangan suami isteri) dapat merencanakan dan mempersiapkan agar proses tersebut berjalan lancar dan memperoleh hasil yang optimal.

Dikatakannya, teknik terkini memungkinkan bidang kedokteran mendeteksi dan memprediksi hasil luaran janin untuk melakukan optimalisasi kondisi ibu, pertumbuhan janin, koreksi dini dan terapi/ intervensi jika diperlukan, baik selama dalam proses kehamilan (intra uteri) maupun setelah proses melahirkan.

Ibarat membangun sebuah rumah atau gedung yang kompleks. Tentunya akan berbeda rumah yang dibangun tanpa perencanaan dengan yang direncanakan. Perempuan sangat mendominasi dan berperan dalam setiap proses, mulai dari rencana pembentukan (prakonsepsi), pembentukan (konsepsi), kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (early life) serta pengaturan kehamilan selanjutnya, tutupnya.


Sumber: Mom & Kiddie

Jumat, 20 Mei 2011

Waspadai Pengapuran pada Sendi

PERNAHKAH Anda sengaja menekan jari-jari atau pinggang saat merasa pegal hingga menimbulkan suara gemeretuk? Hati-hati. Hal itu bisa menyebabkan terjadinya pengapuran pada sendi yaitu osteoarhritis.

Berbeda dengan osteoporosis yang berarti pengapuran pada tulang, maka osteoarhritis adalah pengapuran pada sendi. Di dalam tubuh manusia terdiri atas 206 tulang dan 230 sendi. Lebih jelasnya, osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kemunduran pada tulang rawan sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.

Pengapuran sendi pasti akan dirasakan setiap orang, terutama oleh orang yang sudah berusia lebih dari 40 tahun. Akan tetapi, hal itu dapat terjadi lebih dini. Menurut Dr Sapto Adji, osteoarhritis bisa dialami orang dewasa yang pernah mengalami kecelakaan, infeksi pada sendi, atau bisa juga pada bayi yang mengalami kelainan bawaan.

"Osteoarhritis bisa terjadi hampir pada semua sendi. Biasanya terjadi pada sendi yang biasa menahan beban berat dan juga pada sendi yang sering digunakan, misalnya lutut, pinggul, punggung atau tulang belakang, tangan, dan kaki," sebut Dr Adji. Gejala yang ditimbulkan dari osteoarhritis datang secara bertahap. Biasanya diawali dari satu sendi, adanya nyeri sendi, kesulitan naik dan turun tangga, sulit berdiri setelah lama duduk atau jongkok.



Orang-orang yang rentan dan berisiko tinggi terkena penyakit itu adalah orang yang pekerjaannya menimbulkan penekanan berulang pada sendi. "Penyakit yang timbul jika terjadi pengapuran pada sendi bisa sampai mengakibatkan berubahnya bentuk sendi," ucapnya. Untuk penyakit osteoarhritis, penyembuhan bisa dilakukan dengan operasi.

Menurut Dr Adji, operasi yang dilakukan bisa melalui operasi arthroscopy, osteotomy, arthtoplasty, dan arthrodesis. "Selain operasi, terdapat cara penyembuhan lain yaitu dengan fisioterapi, atau program latihan lain, juga dengan dukungan psikososial, atau bahkan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara mengonsumsi vitamin glukosomin, atau dengan olahraga yang tepat," ujar Dr Adji.

Spesialis orthopedic Dr Lukman Shebubakar mengatakan, dengan memakai sendi yang sesuai dengan umur akan menghindari penyakit osteoarhritis. "Untuk orang yang mengalami obesitas atau kegemukan, maka makanan yang dikonsumsi harus dijaga karena orang yang obesitas cenderung terkena penyakit ini," terangnya.

Selasa, 17 Mei 2011

Trik untuk Leher Kaku dan Nyeri

Leher tidak hanya mendukung kepala, tapi juga membantu dalam melakukan gerakan. Tapi jika leher terasa kaku dan nyeri maka bisa menghambat aktivitas dan rasa tidak nyaman. Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Daerah leher merupakan gabungan dari kepala dan seluruh tubuh yang kaya akan otot, ligamen dan tendon yang bertanggung jawab untuk mendukung dan pergerakan leher. Kondisi-kondisi tertentu bisa membuat otot leher terasa kaku sehingga menimbulkan rasa sakit dan nyeri.

Terkadang orang yang mengalami kekakuan leher juga mengeluh sakit kepala, hal ini karena otot antara kepala, leher dan lengan saling terhubung. Sehingga otot leher yang kaku bisa memicu keluhan di bagian tubuh lain.

Beberapa hal diketahui bisa menjadi penyebab otot leher menjadi kaku sehingga muncul rasa sakit, nyeri dan tidaknyaman lainnya, seperti dikutip dari Buzzle dan Everydayhealth.com, Jumat (13/5/2011) yaitu:


  1. Postur tubuh yang buruk saat duduk atau salah posisi saat tidur bisa menyebabkan otot tegang menjadi kaku dan salah tempat yang memicu terjadinya sakit serta nyeri
  2. Terlalu sering menggunakan otot-otot ini dalam bergerak
  3. Stres dan depresi, jika seseorang berada di bawah tekanan maka otot akan menjadi tegang yang memicu terjadinya rasa sakit, nyeri dan ketidaknyamanan lainnya
  4. Cedera atau trauma akibat jatuh, kecelakaan atau kegiatan olahraga
  5. Kejang otot yang terjadi ketika saraf mengirimkan pesan ke otot-otot yang bisa menyebabkan terjadinya kontraksi. Kejang otot yang terjadinya bisa menyebabkan leher kaku dan sakit.
  6. Saraf terjepit, kondisi ini kemungkinan akibat radang sendi, penyempitan kanal tulang belakang atau hernia pada lempengan (disk) tulang. Saraf terjepit ini bisa menyebabkan leher kaku yang kadang dapat menyebar hingga ke lengan atau kaki.
  7. Membawa beban berat sebelah pada salah satu bahu, beban yang berat sebelah cenderung membuat kepala dan leher melawan beban ini ke arah yang berlawanan sehingga menimbulkan kontraksi berlebih sehingga memicu kaku dan nyeri.


Leher yang kaku dan nyeri tidak hanya menyakitkan tapi juga membuat kegiatan sehari-hari terasa sulit. Untuk itu ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasinya yaitu:

  1. Mengompres daerah leher yang sakit dan tegang dengan handuk hangat selama kurang lebih 20 menit.
  2. Melakukan pemijatan baik dengan menggunakan krim atau tidak untuk mengendurkan otot-otot yang tegang, lalu pastikan bahwa tekanan yang diberikan seragam sehingga rasa sakit yang ada mereda secara merata.
  3. Melakukan latihan atau peregangan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan ketegangan di otot. Arahkan dagu ke atas dengan leher membentang lalu tahan selama 5 detik, kembali ke posisi normal dan rileks sementara waktu, ulangi lagi sekitar 5 kali.
  4. Mengendalikan stres, karena nyeri tengkuk atau leher adalah gejala umum dari depresi. Caranya dengan mengatur waktu secara cermat, menentukan prioritas, selalu berpikiran positif dan menyempatkan diri untuk melakukan relaksasi.
  5. Jika cara-cara tersebut tidak juga berhasil, konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan yang banyak dijual untuk mengurangi ketegangan otot.




Minggu, 30 Januari 2011

Nyeri Leher Berkepanjangan

NYERI pada leher mungkin biasa terjadi, namun jika rasa sakitnya berkepanjangan sebaiknya periksakan ke dokter. Saat ini ada cara penyembuhan terbaru yakni teknik basket laminoplasty.

Setiap orang pasti pernah merasakan nyeri, tetapi dengan tingkat kesakitan yang berbeda dan dirasakan di tempat yang berbeda. Ketua Neurossurgeon Center dari Rumah Sakit Omni Alam Sutera Tangerang, Dr Alfred Sutrisno SpBS, menyebutkan bahwa nyeri banyak dirasakan oleh semua orang. Itu sebabnya nyeri banyak ditangani oleh para ahli seperti dokter umum, dokter penyakit dalam, dokter saraf, kyropratic, bedah tulang sampai bedah saraf.

Penanganannya sering melibatkan hampir semua disiplin ilmu kedokteran, tuturnya dalam acara Seminar Kedokteran Pengenalan dan Pengoperasian Basket Laminoplasty The New Standard for Cervical OPLL yang diadakan oleh Rumah Sakit Omni Alam Sutera, Tangerang, beberapa waktu lalu.

Alfred mengatakan, nyeri merupakan suatu manifestasi adanya kelainan di tubuh akibat adanya suatu penyakit maupun gangguan pada daerah nyeri atau adanya penjalaran dari daerah lain yang juga dikenal dengan rifer pain.

Nyeri merupakan alat alarm di tubuh kita untuk memberitahukan bahwa ada sesuatu yang tidak beres di tubuh kita, sebut Alfred.

Salah satu nyeri yang cukup sering dirasakan ialah nyeri pada bagian leher. Nyeri pada leher dapat menjalar sampai ke kepala dan kedua atau salah satu anggota gerak bagian atas atau lengan, dalam istilah kedokterannya disebut sebagai Cervical Syndrome.

Nyeri pada bagian tersebut terjadi karena beberapa penyebab, baik faktor fisik maupun psikis, atau adanya kelainan di daerah leher dan sekitarnya karena adanya tumor sampai gangguan degeneratif seperti bantalan yang pecah sampai penulangan atau ossificasi dari selaput pelindung tulang yang dikenal sebagai ossficasi posterior ligamentum longitudinal (OPLL) atau multilevel spondylosis cervicalis (MLSC).

Leher sering mengalami nyeri, di antaranya karena kurangnya agronomikan pada waktu bekerja, seperti posisi duduk yang salah atau kegemukan yang menyebabkan terjadinya struktur yang salah pada leher, tuturnya.

Adapun gejala yang dirasakan karena kelainan pada tulang leher, dapat mengakibatkan rasa kekakuan, baal, kesemutan, atau dengan nyeri yang menjalar, bahkan sampai adanya kelumpuhan anggota gerak maupun kesulitan untuk buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK).

Disebutkan Alfred, banyak cara untuk memperbaiki kelainan di daerah leher tersebut dari tindakan nonoperatif sampai operatif. Untuk tindakan operatif, tindakan ini sudah dikenal sejak 1950 yang disebut sebagai tindakan laminektomi, yaitu membebaskan saraf atau medulla spinalis dari jepitan atau penekanan oleh adanya kelainan OPLL maupun MLSC dengan cara membuang lamina-nya (lamina adalah tulang leher yang berada di bagian belakang).

Namun, tindakan ini banyak menimbulkan komplikasi pada kemudian hari. Itu karena dengan membuang lamina, maka bisa menyebabkan terbukanya spinal cord tanpa pelindung tulang di bagian belakang yang dapat menyebabkan terjadinya scar atau kelloid yang akan menekan spinal cord atau medulla spinalis, terganggunya stabilisasi dan memengaruhi alligment dari tulang leher tersebut.

Pada 1970 Jepang pertama kali mengembangkan teknik untuk membebaskan medulla spinalis tanpa membuang lamina.Teknik ini dikenal dengan nama laminoplasty. Teknik ini dilakukan dengan membuat engsel pada salah satu sisi lamina yang dikenal sebagai unilateral laminoplasty atau open door laminoplasty. Awalnya, teknik ini menggunakan tulang procesuss spinosus dari tulang cervical, dan difiksasi dengan menggunakan kawat stainless.

Kelemahan teknik ini adalah memakan waktu yang lama dan sering menimbulkan komplikasi dengan tertekannya medulla spinalis akibat tidak baik mengikat tulang sebagai ganjal dari lamina yang dibuka dan diangkat, tuturnya.

Itu sebabnya, teknik laminoplasty dikembangkan dan disempurnakan sehingga teknik basket laminoplasty menjadi sebuah teknik dengan suatu terobosan baru di bidang teknologi kedokteran untuk mengatasi permasalahan nyeri yang sering menyerang leher, kepala, dan anggota tubuh lainnya.

Alat baru yang dikembangkan oleh Junichi Mizuno ini di antaranya digunakan untuk melakukan tindakan operasi laminoplasty yang lebih sederhana, cepat, dan efisien.

Basket laminoplasty merupakan alat baru atau teknik baru untuk membebaskan medulla spinalis tanpa membuang lamina, ujarnya.

Alfred menyebutkan, penyempurnaan ini tentunya bertujuan mempermudah tindakan operasi unilateral laminoplasty, menghindari komplikasi akibat terlepasnya lamina, serta mempertahankan alligment leher. Pada teknik ini, lamina disangga oleh basket sehingga mengurangi risiko terjadinya lagi gangguan leher pada kemudian hari.

Teknik ini diperkenalkan pada 2009, dan baru hari ini digunakan di Indonesia, tepatnya di RS Omni Alam Sutera, katanya.

Alfred berpesan, tidak semua sakit leher harus menggunakan teknik terbaru ini, karena teknik ini hanya digunakan untuk penderita yang alami nyeri berkepanjangan. Dikatakan oleh ahli bedah saraf, Dr Agus Yunianto SpBS, bahwa kelainan OPPL di Jepang banyak terjadi. Itu sebabnya teknik ini dikembangkan di sana. Penderita ini lebih banyak menimpa pada kaum laki-laki dengan perbandingan 4:1 dengan wanita.

Nyeri memang tidak hanya mengganggu, tetapi juga bisa berakibat fatal apabila tidak segera ditangani, ucapnya.