Blogger templates

Tampilkan postingan dengan label Anemia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Anemia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Juni 2011

Gizi Penting Ibu Hamil

Kehamilan sebagai anugerah harus direncanakan dan dijalankan dengan baik. Apa yang dimakan si ibu akan menentukan perkembangan janin yang dikandungnya. Bagi Anda kaum ibu, sudahkah menjalankan kehamilan yang sehat?
Makanan merupakan salah satu aspek esensial menuju kehamilan yang sehat. Pasalnya, makanan yang dikonsumsi sebelum dan selama hamil akan berperan mempersiapkan tubuh dalam menunjang pertumbuhan janin. "Makanan yang baik merupakan awal bagi pertumbuhan janin yang sehat," ujar spesialis kebidanan dan kandungan dari FKUI/RSCM Jakarta,Dr dr Dwiana Ocviyanti SpOG(K), dalam seminar awam tentang kehamilan yang diselenggarakan Frisian Flag di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ibu hamil (bumil) menanggung hidup janin dalam perutnya, sehingga kebutuhan gizinya pun berbeda dengan wanita dewasa umumnya. Selain untuk tumbuh kembang janin, asupan gizi diperlukan untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri.

"Kegunaan lainnya adalah supaya luka-luka persalinan lekas sembuh dalam masa nifas (40 hari setelah melahirkan), dan sebagai cadangan untuk masa menyusui," papar nutrisionis dari PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia), Marzuki Iskandar STP MTP.

Perlunya penambahan zat gizi bagi bumil ini juga terkait dengan beragam perubahan yang terjadi manakala hamil. Antara lain tumbuhnya plasenta, rahim membesar, adanya cairan ketuban, meningkatnya volume darah, payudara membesar, serta penimbunan lemak.



Selama hamil, kebutuhan energi, protein, dan mineral pun meningkat. Untuk itu, bumil harus makan-makanan yang baik untuk berdua (dirinya dan janin). Asupan jumlah kalori ekstra diupayakan memenuhi 300 kalori per hari, dari makanan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air.

"Ukuran 300 kalori ini setara dengan dua gelas susu. Sebaiknya juga tidak terlalu banyak mengonsumsi kue atau cake, karena isinya hanya kalori, bukan zat gizi. Makanlah yang bervariasi, dengan nutrisi seimbang," saran Dwiana Ocviyanti atau yang akrab disapa Ovy.

Adapun beberapa nutrisi esensial selama masa kehamilan di antaranya zat besi, asam folat, kalsium, dan vitamin D. Zat besi penting untuk produksi sel darah merah sekaligus pencegahan anemia. Pilihan terbaik adalah pada daging merah tanpa lemak dan bayam.

Asam folat yang terkandung dalam sayuran berdaun hijau, buah dan sayuran berwarna kuning gelap, kacang merah, kacang polong, dan kacang tanah, dibutuhkan untuk produksi darah dan protein, enzim efektif, serta mencegah kecacatan janin.

Sementara kalsium dan vitamin D dibutuhkan untuk gigi dan tulang yang kuat, penyerapan kalsium, serta kontraksi otot rahim. Sumber terbaik kalsium dapat ditemui pada susu, keju, yoghurt, dan bayam. Adapun vitamin D bisa didapat dari paparan sinar matahari pagi sebelum jam 10 dan makanan dengan tambahan zat gizi. Jadi, alangkah baiknya bila bumil rajin beraktivitas ringan seperti jalan kaki di pagi hari sambil bermandikan hangatnya mentari pagi.

Santapan lainnya yang harus ada dalam daftar menu adalah buah dan sayur. Selain tinggi vitamin dan mineral, juga kaya serat dan asam folat. Sehingga, diharapkan bumil mengonsumsi sayur dan buah setidaknya lima porsi per hari.

Nah, tak kalah penting adalah asupan cairan. Gunanya untuk proses pembuangan dan mencegah sembelit. Jika bumil kurang minum juga dapat memicu keinginan untuk muntah. Untuk itu, dianjurkan minum air putih minimal delapan gelas per hari. "Hindari minuman instan yang banyak mengandung gula. Pilih jus dari buah segar saja. Kalaupun ingin minum softdrink atau kopi, batasi jangan lebih dari satu gelas per hari," saran Ovy.

Selain kopi, bumil sebaiknya juga menghindari konsumsi alkohol, susu yang belum dipasteurisasi, telur mentah, daging olahan, makanan tinggi lemak,dan gula. Daging dan aneka seafood yang masih mentah atau dimasak setengah matang juga kurang baik. Pasalnya, banyak seafood di pasar atau restoran yang diambil dari laut yang telah tercemar limbah.

"Sayuran dan buah juga bisa tercemar pestisida sehingga perlu dicuci bersih dengan air mengalir atau disertai cairan khusus pencuci buah dan sayur," imbuhnya.


Sumber: www.lifestyle.okezone.com

Jumat, 20 Mei 2011

4 Besar Penyebab Kematian Ibu Bersalin

SEMUA ibu hamil tentu ingin persalinannya lancar dan normal. Sayangnya, kadang-kadang ada yang mengalami komplikasi.

"Komplikasi ini dialami oleh sekitar 20 persen ibu hamil," sergah dr Indah Fauziah SpOG dari RS MH. Thamrin Internasional. Parahnya, hanya kurang dari 10 persen yang tertangani.

Kendalanya adalah tiga terlambat, yaitu terlambat mengenali bahaya, terlambat mengambil keputusan merujuk, dan terlambat memperoleh pelayanan yang optimal di fasilitas rujukan.



Tertinggi: Perdarahan

"Sayangnya sampai saat ini masih banyak calon ibu yang tidak mengetahui apa saja komplikasi persalinan itu dan bagaimana cara mencegahnya," sesalnya. Padahal, sebenarnya komplikasi persalinan pada ibu hamil, sejak dulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, eklampsia (hipertensi), persalinan yang lama, dan infeksi.

Perdarahan bertanggung jawab atas sekitar 28 persen kematian ibu. Eklampsia (kejang akibat hipertensi) merupakan penyebab nomor dua, yaitu sebanyak 13 persen kematian ibu. "Sesungguhnya kematian karena eklampsia dapat dicegah dengan asuhan antenatal yang baik," ungkapnya.

Lebih lanjut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan, penyebab kematian ibu lainnya adalah infeksi, yang menjadi kontributor 10 persen kematian ibu. Sebetulnya infeksi dapat dicegah dengan melakukan pertolongan persalinan bersih dan perawatan nifas yang baik. Sedangkan persalinan lama berkontribusi sekitar 9 persen atas kematian ibu di Indonesia.

Besar kecilnya risiko terkena komplikasi dipengaruhi oleh usia, jumlah kehamilan yang sudah dialami (paritas), dan jarak waktu persalinan. Risiko ini dipengaruhi pula oleh kesehatan si ibu, status gizi, dan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Perdarahan Pascapersalinan

Setelah persalinan pun seringkali ibu akan mengalami pendarahan. Menurut dokter kelahiran Jakarta, 2 April 1977 ini, penyebab tersering perdarahan pascapersalinan adalah atonia. Atonia adalah kegagalan rahim untuk berkontraksi segera setelah bayi dilahirkan. Pada kehamilan cukup bulan, kecepatan aliran darah yang masuk ke rahim adalah 450cc/menit. Sehingga bila perdarahan ini tidak cepat ditangani, dapat mengakibatkan kematian ibu dalam 10-15 menit persalinan akibat kehabisan darah.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan atonia rahim, antara lain peregangan rahim berlebihan. "Misalnya pada kehamilan kembar dan kehamilan dengan ketuban yang sangat banyak, kelahiran lebih dari lima kali, persalinan yang sangat cepat, dan kekurangan kalsium. Ingat kalsium sangat penting untuk kontraksi. Sisa plasenta dan gumpalan darah yang tertinggal dalam rahim, serta obat-obatan, seperti magnesium sulfat. Dan biasanya jika terjadi atonia, ibu akan diberikan obat-obatan untuk menimbulkan kontraksi. Seperti oksitosin, prostaglandin, atau ergonovine. Bila ini tidak berhasil maka akan dilakukan pengikatan pembuluh darah yang menuju ke rahim. Dan terakhir dapat dilakukan pengangkatan rahim bila cara-cara tadi tidak mampu menghentikan perdarahan," paparnya panjang lebar.

Penyebab perdarahan pascapersalinan lainnya adalah retensio plasenta (plasenta tertahan) yang derajatnya bervariasi dari mulai kegagalan plasenta untuk lahir spontan sampai dengan plasenta akreta (menembus otot rahim). Bila terdapat sisa bagian plasenta, maka penolong persalinan akan melakukan eksplorasi ke dalam rahim untuk mengeluarkan sisa plasenta tersebut, atau melakukan kuret. Risiko terjadinya plasenta akreta meningkat pada ibu dengan riwayat operasi cesar sebelumnya.

"Bila terjadi plasenta akreta, untuk menghentikan perdarahan akan dilakukan pengangkatan rahim," terangnya.

Menurut dr Indah, perdarahan pascapersalinan juga dapat disebabkan oleh robekan jalan lahir (vagina, serviks) yang dapat terjadi pada persalinan pervaginam yang berlangsung sangat cepat atau persalinan dengan bantuan alat (vakum atau forceps). Robekan bahkan bisa terjadi pada rahim, risiko lebih tinggi pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, bayi besar, dan persalinan dengan induksi yang tidak terpantau. Pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, pengawasan antenatal dan persalinan harus dilakukan oleh dokter kandungan.

Kejang Eklampsia

Kejang bisa terjadi terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.

"Sayangnya sampai saat ini belum diketahui penyebab hipertensi pada kehamilan. Namun risikonya meningkat pada ibu berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun, ibu dengan riwayat penyakit ginjal, diabetes, SLE, gizi buruk, dan sosial-ekonomi yang rendah. Semakin dini usia kehamilan saat hipertensi muncul, semakin besar risiko yang dihadapi ibu," kata pehobi traveling ini.

Pada ibu dengan hipertensi, pengawasan antenatal harus dilakukan oleh dokter. Ibu akan diberikan obat penurun tekanan darah dan pencegah kejang (magnesium sulfat) saat menjelang persalinan. Bila tekanan darah terkontrol, maka persalinan dapat dilakukan normal. Namun bila pada saat bayi akan lahir, tekanan darah menjadi tidak terkontrol, persalinan akan dipercepat dengan alat (forceps atau vakum).

"Untuk tindakan operasi cesar akan dipertimbangkan bila bayi harus segera dilahirkan untuk menyelamatkan nyawa ibu atau bayi, atau bila ada penyulit untuk lahir melalui vagina," imbuhnya.

Infeksi Pascapersalinan

Dr Indah menghimbau agar ibu hamil mewaspadai infeksi yang terjadi pada organ reproduksi setelah persalinan. Biasanya terjadi 3-4 hari setelah persalinan.

Kuman yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Gardnerella vaginalis, Streptokokkus grup B, Escherichia coli, Bacteroides, dan Mycoplasma. Gejala yang timbul adalah demam, nyeri di perut bawah dan kemaluan serta lokhia (darah nifas) yang berbau, yang dapat disertai mual dan muntah.

"Faktor risiko terjadinya infeksi adalah, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam terlalu sering saat persalinan, operasi cesar pada ibu dengan persalinan lama ataupun terhambat, robekan pada jalan lahir (serviks atau vagina), anemia atau kurang gizi," paparnya panjang lebar.

Untuk mencengah terjadinya infeksi, sebaiknya ibu hamil melakukan pembatasan pemeriksaan dalam, dan lakukan dengan sarung tangan yang steril. Pada ibu dengan risiko tinggi infeksi yang akan menjalani operasi cesar, berikan antibiotika 1 kali sebelum dan 1 kali setelah operasi.

"Jika terjadi infeksi pasca persalinan, dokter akan memberikan cairan infus, antibiotika dan obat-obatan untuk merangsang kontraksi rahim. Bila infeksi sangat berat, perawatan akan dilakukan di unit perawatan intensif," imbuh dr Indah.

Rabu, 09 Februari 2011

Tanya Jawab Tentang Anak

SEMAKIN besar, ada saja ulah anak yang bikin Moms kagum sekaligus kalang kabut. Tak jarang Moms berucap, Wow, anakku hebat!, kali lain Aduh, wajar nggak sih ini? atau Kenapa begini... terus harus bagaimana dong?.

Nah, segala pertanyaan soal tumbuh kembang si 1 2 tahun yang Moms lemparkan ke redaksi, telah dijawab secara khusus oleh dr. Mas Wishnuwardhana Widjanarko, SpA, M.Si. Med, Dokter Spesialis Anak dari RS Hermina Grand Wisata dan Global Awal Bros Hospital, Bekasi. Yuk, temukan jawabannya!



T : Dok, hingga kini anak saya (24 bulan) belum bisa berhenti mengisap jempolnya. Ritual itu dilakukannya pada saat tidur. Biasanya, dia berganti jempol, entah itu jempol kanan atau kiri. Untuk menghilangkan kebiasaan itu, saya mengolesi jempolnya dengan tanaman pahit. Tapi, dia malah ngamuk dan susah tidur. Dok, bagaimana mengatasinya?

J : Ibu, coba alihkan perhatian si anak. Misalnya, sebelum tidur, ajaklah dia bermain atau mendongeng.Tapi, kalau cara itu belum ampuh juga, coba periksakan si kecil ke DSA, apakah dia memiliki kelainan syaraf. Atau Ibu dapat berkonsultasi kepada psikolog anak untuk mengetahui benarkah pola asuh Ibu.




T : Dok, anak saya (24 bulan), setiap kali dilatih berjalan, kakinya langsung dilipat. Saya sudah berusaha ke dokter, pengobatan alternatif, namun belum berhasil juga. Lalu, apalagi yang harus saya lakukan?; Benarkah mitos yang mengatakan setelah makan ikan laut tidak boleh langsung minum susu. Katanya, harus ada rentang waktu sekitar 4 jam; Mengapa anak saya setiap akan tidur harus minum susu, meski dia sudah makan?

J : Sebaiknya, terlebih dulu periksakan kondisi anak ke DSA untuk melihat hasil pemeriksaan syarafnya, adakah kelainan atau kelumpuhan. Tentang mitos setelah makan ikan laut tidak boleh langsung minum susu itu adalah tidak benar. Berikutnya, soal kebiasaan minum susu setiap kali hendak tidur walau sudah kenyang. Sebenarnya, hal itu karena Ibu memang membiasakan si kecil mengasup susu sehingga anak sudah terbiasa dengan pola seperti itu.



T : Dok, apakah keterlambatan berjalan itu memang ada hubungannya dengan imunisasi? Benarkah anak hanya melengkapi imunisasi dasar saja atau harus dengan imunisasi lanjutan?

J : Sesungguhnya, keterlambatan berjalan itu tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Sebab, ada beberapa hal yang berpotensi mengakibatkan hal itu terjadi, seperti otot lemah atau lumpuh; penyakit syaraf yang menyerang syaraf berjalannya; gizi kurang atau buruk; atau stimulasi lingkungan sekitar - kurang dilatih berjalan. Sebaiknya, imunisasi dasar diikuti pula dengan imunisasi lanjutan. Pasalnya, kadar kekebalan tubuh anak mulai menurun, sehingga dia perlu mendapat imunisasi lanjutan agar kekebalan tubuhnya normal terhadap kuman.



T : Dok, saya bingung nih. Anak saya usianya 16 bulan, tapi beratnya masih 8 kg. Apakah itu normal? Bagaimana saya tahu berat normal sesuai usianya? Dan bagaimana pula meningkatkan nafsu makan anak?

J : Sayangnya, saya kurang tahu pasti berapa bobot badan bayi Ibu pada bulan sekarang dan sebelumnya. Nah, berat badan ini sebetulnya bisa diplotkan pada kurva pertumbuhan. Bila garisnya masih sejajar dengan kurva pertumbuhan, bisa dikatakan BB-nya tergolong normal growth. Namun, bila BB naik, tapi tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan atau tetap atau turun dibanding BB sebelumnya, maka BB bayi tidak normal dan harus dicari. Untuk meningkatkan nafsu makan, Ibu bisa memberikan suplemen nafsu makan, juga vitamin dan mineral.



T : Kalau saya perhatikan rambut anak saya (15 bulan) tipis banget. Padahal, saya sudah dua kali menggundulinya, saat usianya 1 bulan dan 12 bulan. Dan tiap habis keramas, saya rajin mengolesi dan memijat kepala dengan hair lotion kemiri. Tapi, tetap saja rambutnya tipis. Bagaimana ya Dok agar rambut anak saya bisa lebat?

J : Umumnya tebal-tipisnya rambut ada kaitannya dengan faktor keturunan dan gizi anak. Jika memang ada faktor keturunan orangtua memiliki rambut tipis, maka anak pun akan mengalami hal serupa. Begitu pula dengan gizi anak. Bila gizinya kurang atau buruk, maka rambut-nya pun cenderung lebih tipis. Nah, tetap perhatikan asupan gizi anak yang mengandung empat sehat lima sempurna.



T : Dok, anak saya (18 bulan) dengan berat badan10 kg. Dulu, dia terlahir pada usia kehamilan 7 bulan dengan BB: 1,1 kg. Selama 2 bulan, dia dirawat di inkubator. Dan selama di RS, dia transfusi sebanyak 3 kali karena anemia, tapi paru-paru normal. Pertanyaannya adalah benarkah tumbuh kembang anak prematur itu berbeda dengan anak usianya yang lahir normal? Apakah benar anak prematur itu gampang alergi sebab anak saya termasuk sensitif terhadap makanan - dilarang DSA-nya makan telur, seafood, juga susu berlemak tinggi; Lalu, bila anak sudah mendapat imunisasi varilix, apakah dia perlu diimunisasi MMR?

J : Memang, pertumbuhan anak prematur dengan anak lahir dengan cukup bulan dan BB cukup adalah berbeda. Kondisi anak prematur, organ-organnya belum matang ketimbang bayi cukup bulan, seperti otak, paru, saluran pencernaan, sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, dia lebih mudah terkena alergi. Mengenai alerginya, coba lakukan tes alergi dari makanannya, sehingga Ibu bisa merencanakan makanan anak yang dihindari atau yang tidak bisa diasup anak. Tentang vaksin MMR - Measles (campak), Mumps (gondongan), Rubella - itu bisa diberikan kepada anak, meski sebelumnya dia mendapat imuniasai varilix (berisi varicella atau cacar air). Sebaiknya, pemberian vaksin varilix dan MMR diberikan jarak dua minggu.