Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari peneliti-peneliti yang dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain :
b. Faktor genetik
c. Virus
d. Auto antibody
e. Malnutrisi
Sejauh mana peran genetik pada skizofrenia? dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut :
a. Studi terhadap keluarga menyebutkan pada orang tua 5,6%,
saudara kandung 10,1% anak-anak 12,8%, dan penduduk secara keseluruhan 0,9%.
b. Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik 59,20% sedangkan kembar fraternal 15,2%.
Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan pada otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak di kemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan gizi, infeksi, trauma, toksin, dan kelainan hormonal.
Penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut epigenetik faktor. Kesimpulannya adalah bahwa skizofrenia muncul bila terjadi interaksi antara abnormal gen dengan :
a. Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin.
b. Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan.
c. Komplikasi kandungan.
d. Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
Selanjutnya dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka resikonya lebih besar untuk menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetiknya sebelumnya.
Tinggi rendahnya harga diri seseorang tergantung sejauhmana pencapaian tujuan (ideal diri ) apabila semua yang ditetapkan gagal untuk dicapai maka individu akan cenderung memiliki harga diri rendah. Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang di beri pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Faktor predisposisi lain terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
Menurut Peplau dan Sullvan harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak di hargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik, secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus di operasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termasuk dirawat di rumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkatkan saat dirawat.
Baik faktor predisposisi maupun presipitasi di atas bila memengaruhi seseorang dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, maka di anggap akan memengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri), yang menyebabkan klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul risiko perilaku kekerasan.
0 komentar:
Posting Komentar