BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kels II SMP Negeri 3 Mataram tahun pelajaran 2005/2006 terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi, terutama adalah rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai yang mereka peroleh pada saat mereka masih duduk di kelas I
Prestasi belajar siswa yang rendah tersebut lebih disebabkan karena terdapat permasalahan pembelajaran matematika dan sulitnya guru menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dalam proses pembelajaran. Padahal guru sudah menerapkan metode mengajar dari sistem yang klasikal yaitu guru sebagai pusat informasi, juga metode kelompok yaitu guru sebagai fasilitator dan pengarah yang bertujuan agara siswa bersama-sama lebih terpacu dalam meningkatkan prestasi belajar. Tetapi, metode yang pernah diterapkan ternyata kurang optimal, dilihat dari proses pembelajaran yang tidak kondusif
dan suasana proses pembelajaran
tidak berjalan baik yaitu melihat sering ributnya peserta didik, baik ribut bertanya kepada rekan kelas mereka tentang pelajaran maupun mengerjakan hal lain di luar pelajaran. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh kurang simpatinya siswa kepada gurunya. Hal ini dapat diamati di lapangan, yaitu banyaknya siswa yang ragu bertanya kepada gurunya dan jarangnya siswa mengeluarkan ide atau pendapat pada saat pelajaran berlangsung ataupun di luar jam pelajaran, sehingga guru sulit juga menangkap kemampuan verbal mereka yang tidak nampak. Hal ini didukung oleh kurang adilnya guru dalam menempatkan siswanya dalam proses pembelajaran, yaitu menganggap bahwa kemampuan rata-rata siswa adalah sama, sehingga ada siswa yang lambat dalam belajar merasa tertinggal dan yang cepat (pandai) terpaksa tertahan kemajuannya.
Melihat fenomena seperti yang diuraikan di atas, maka pemilihan pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran harus dipertimbangkan dengan baik oleh guru, yaitu dengan melihat keberagaman (heterogen) nya kelas, terutama dari segi prestasi peserta didik dan mempertimbangkan permasalahan yang muncul. Artinya bahwa guru dituntut agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang mampu memotivasi siswa untuk memahami pelajaran matematika agar lebih mudah dipelajari. Sehingga keragaman tidak dijadikan sebagai penyebab lemahnya prestasi siswa, tetapi bagaimana keragaman itu dijadikan motivasi bersama agar prestasi siswa dapat meningkat secara merata.
Keberagaman siswa dalam hal ini dilihat pada prestasi siswa, juga diperhatikan dari sulitnya guru menangkap kemampuan verbal siswa seperti yang telah disebutkan di atas. Karena kesempatan yang telah diberikan untuk mengemukakan pendapat untuk berdiskusi atau bertanya kepada guru tidak dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Bahkan cenderung ribut bertanya kepada temannya. Karena di dalam kesehariannya siswa akan lebih mudah untuk menerima �bantuan� pengajaran dari teman-teman nya daripada dari gurunya. Hal ini disebabkan karena biasanya seorang teman tidak memiliki rasa enggan ataupun rendah diri untuk bertanya dan meminta bantuan kepada teman yang lain.
Melihat kenyataan tersebut di atas, untuk mengoptimalkan pembelajaran dari segi proses maupun waktu pelaksanaan pembelajaran dan agar siswa mampu mengungkapkan kesulitan-kesulitannya untuk memaksimalkan kemampuan individu mereka, dengan melihat kenyataan bahwa mereka banyak bertanya kepada teman sekelasnya dibandingkan dengan guru, maka perlu respon guru untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu dengan mengoptimalkan potensi siswa yang berprestasi sebagai basis pembelajaran. Karena walaupun rata-rata nilai yang diperoleh relatif rendah, namun ada beberapa orang siswa yang nilainya lebih dari rata-rata nilai kelas, hal ini menunjukan bahwa siswa-siswa yang berprestasi tersebut dapat dijadikan tutor untuk membantu rekannya dalam memahami materi yang diajarkan.
Sehubungan dengan itu, peneliti ingin mengkaji model pembelajaran kooperatif yang berbasis tutor sebaya, karena dalam setingan kooperatif siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman yang lain dari pada belajar dengan guru. Menurut Slavin dalam Nurhadi (2000:16), teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan pengalaman belajar individual atau kompetitf.
Untuk penelitian ini, yang akan menjadi sampelnya adalah kelas II-4 pada tahun pelajaran 2006 / 2007, merupakan tingkatan kelas bagi kelas I-4 untuk yang naik ke kelas II, karena di SMP Negeri 3 sendiri tidak ada sistem roling kelas seperti yang terjadi di sekolah yang lain. Dengan melihat rendahnya nilai rata-rata matematika yang diperoleh oleh mereka pada tahun ajaran sebelumnya yang terlihat pada tabel 1.
Untuk diketahui, kurikulum terbaru 2006 ini di kelas II semester satu dibagi menjadi dua garis besar materi yang di ajarkan yaitu 1) Aljabar, terdiri dari Faktorisasi Suku Aljabar, Fungsi, Persamaan garis lurus, dan Sistem persamaan Linear dua variabel, dan 2) Geometri dan pengukuran yaitu Dalil Phytagoras. Dari peneliti sendiri mengambil pokok bahasan Sistem Persamaan Linear dua Variabel sebagai pokok bahasan yang akan diteliti, dilihat dari karakteristik materi. Sistem persamaan linear variabel terdiri dari tiga sub pokok bahasan, yaitu : Persamaan Linear dua Variabel ,Sistem Persamaan Linear dengan dua Variabel , dan Menyelesaikan Soal Cerita yang Berkaitan dengan Sistem Persamaan Linear dua variabel.
Seperti yang dipaparkan sebelumnya bahwa di dalam kegiatan pembelajaran di kelas ada beberapa orang siswa yang cepat memahami materi pembelajaran, sehingga pembelajaran pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel tidak terlalu sulit dipelajari dan masih berkaitan dengan materi pelajaran sebelumnya yaitu pokok bahasan bentuk aljabar, persamaan garis lurus dan sistem persamaan linear satu variabel, yang menjadi pokok bahasan prasyarat atau pendukung materi pelajaran Sistem persamaan linear dua variabel. Berdasarkan hal tersebut maka rekan kelas yang memiliki kemampuan pemahaman cepat dapat memberikan bimbingan bagi rekan kelas yang lain yang lambat dalam memahami pelajaran, sehingga peran guru dapat dibagi kepada siswa yang dijadikan tutor bagi rekan kelas mereka. Apabila ada di antara tutor yang menemukan kesulitan dalam menyampaikan materi terkait dengan pemodelan matematika dari pernyataan soal cerita, maka di sinilah peran guru sebagai pembimbing.
Sehingga dari penjelasan di atas maka pembelajaran dengan tutor sebaya dapat diterapkan pada pokok bahasan Sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mengefektifkan pembelajaran dan mempermudah guru dalam memantau maupun mengevaluasi perkembangan prestasi akademik siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu diadakan penelitian untuk melihat bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis tutor sebaya khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran matematika pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas II-4 semester I di SMP Negeri 3 Mataram dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Adapun masalah-masalah yang ada dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 3 Mataram, antara lain :
1. Pembelajaran yang cenderung klasikal dan monoton yang menyebabkan kebosanan dan antipatinya siswa terhadap pelajaran yang diajarkan.
2. Siswa malu dan ragu bertanya kepada gurunya apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
3. Kurangnya interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Keadaan inilah yang menyebabkan adanya tuntutan kepada guru untuk mengantisipasi hal tersebut, yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang kreatif, maksudnya walaupun model tersebut sudah sering digunakan maka dicobalah dengan pendekatan yang lebih inovatif, yaitu model pembelajaran yang akan memaksimalkan kondisi belajar demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan, dengan memanfaatkan tutor sebaya sebagai basis pembelajarannya untuk membimbing rekan-rekan sekelasnya. Sehingga diharapkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, khususnya pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel kelas II-4 semester I SMP Negeri 3 Mataram.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi rumusan permasalahannya adalah �Bagaimana meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas II-4 semester I SMP Negeri 3 Mataram dengan penerapan pembelajaran kooperatif berbasis tutor sebaya�.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, melalui perapan model pembelajaran kooperatif berbasis tutor sebaya.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Pengembangan Ilmu
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran excact, dan dalam pembelajarannyapun perlu metode-metode dalam menciptakan pemahan. Untuk itulah penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam mengembangkan strategi pembelajaran matematika.
2. Penerapan dan kemanfaatan
a. Bagi Guru, Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi guru, untuk mengajar sebagai model pembelajaran alternatif. Dan dapat memanfaatkan model pembelajaran ini sebagai pengalaman manajemen kelas untuk mengenal karakteristik dan keragaman peserta didik
b. Bagi siswa, mengembangkan sikap kebersamaan, dan menerapkan kerjasama postitif , saling memberikan motivasi, dan kepemimpinan.
c. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik dalam perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu dalam proses pembelajaran.
d. Bagi peneliti, diupayakan sebagai titik awal perbandingan untuk penelitian berikutnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar