Blogger templates

Minggu, 30 Januari 2011

Persiapan & Cara Mencukur Rambut Bayi

TIDAK ada kekhususan mengenai waktu yang tepat. Waktu ini lebih banyak dipengaruhi oleh masing-masing kepercayaan, agama, adat maupun kebiasaan masyarakat yang dianut. Pahami persiapan dan cara tepat mencukur rambut si kecil.

Alat dan Bahan

Sebaiknya gunakan alat cukur manual mengingat kulit dan batok kepala bayi masih rentan, juga rambut masih tipis. Selain itu kita bisa mengontrol gerakan, kekuatan dan kedalaman pisau cukur serta menuntut kita untuk lebih cermat dan teliti dalam mengerjakannya, sehingga meminimalkan risiko terjadi luka pada kulit kepala bayi. Pisau cukur harus baru.

Alkohol 70 persen atau cairan antiseptik. Sterilkan alat dan pisau cukur dengan menggunakan alkohol 70 persen atau cairan antiseptik sebelum digunakan.
Antibiotik topikal untuk dioleskan setelah pencukuran selesai.

Persiapan Bagi si Pencukur

Orang yang akan mencukur hendaknya sudah berpengalaman dalam mencukur rambut bayi dan anak-anak. Umumnya pria lebih berpengalaman dalam hal mencukur dibandingkan wanita.

Sebelum mencukur rambut, cucilah tangan dengan sabun maupun antiseptik. Idealnya pencukur rambut menggunakan sarung tangan yang steril.

Persiapan Bayi Sebelum Dicukur

1. Pencukuran sebaiknya dilakukan saat rambut dalam keadaan bersih. Jadi, sebelumnya rambut bayi harus dibersihkan lebih dulu (keramas).

2. Usahakan bayi dalam keadaan tidur untuk mempermudah pencukuran.

Cara Mencukur Rambut Bayi


  • Posisikan kepala bayi dengan leher tersangga senyaman mungkin untuk dilakukan pencukuran.
  • Cukurlah rambut bayi searah dengan arah pertumbuhan rambutnya. Hal ini akan meminimalkan rasa sakit yang mungkin timbul saat pencukuran.
  • Lakukan pencukuran dengan lembut dan hati-hati. Jangan sampai melukai kulit kepala.
  • Setelah selesai, basuh dan bersihkan sisa-sisa rambut di kepala bayi menggunakan air hangat. Kemudian oleskan antibiotik topikal untuk menghindari risiko terjadinya infeksi pascapencukuran.


Penting! Akibat Alat Kurang Tepat

Bila tidak hati-hati, beberapa masalah dapat timbul seputar pencukuran rambut bayi lantaran penggunaan alat yang kurang tepat, yakni:

1. Luka dan parut bekas luka. Luka dapat terjadi selama proses pencukuran. Penggunaan alat cukur yang terlalu dalam atau kurang tajam sering kali menimbulkan luka pada kulit kepala bayi. Luka lecet, biasanya akan sembuh dengan sempurna dan rambut dapat kembali tumbuh.

Namun luka yang dalam juga dapat mengenai folikel rambut. Setelah sembuh dapat menimbulkan parut dan pada tempat tersebut biasanya tidak bisa ditumbuhi rambut.

2. Folikulitis. Merupakan infeksi bakteri yang ditandai dengan timbulnya lenting-lenting kecil berisi nanah di seputar folikel rambut. Infeksi ini dapat disebabkan sterilisasi alat kurang baik, maupun persiapan orang yang mencukur dan persiapan bayi yang kurang tepat. Selain itu folikulitis juga bisa terjadi bila rambut yang tumbuh tidak bisa keluar ke permukaan kulit namun justru tumbuh di bawah kulit (ingrown hair).

3. Infeksi jamur. Biasanya timbul akibat penggunaan pisau cukur yang sudah terkontaminasi elemen jamur sebelumnya. Pisau cukur yang digunakan secara bergantian berisiko untuk memindahkan sumber infeksi dari satu orang ke orang lain.



Cara Alami Atasi Hidung Tersumbat pada Bayi

SAAT si kecil diserang flu, Anda pasti merasa sedih lantaran hidungnya sering tersumbat. Dalam kondisi seperti itu, alat penyedot ingus dapat membantu mengatasinya. Sebab biasanya Anda akan sulit menyedot ingusnya secara alamiah.

Namun sebagian orang mengatakan alat tersebut tidak aman untuk bayi, benarkah? Lantas adakah cara aman lainnya untuk membantu bayi bernapas dengan lancar kembali?

Diungkapkan dr Hindra Irawan Satari, SpA (K) dari Rumah Sakit Gandaria, penggunaan alat penyedot ingus (nasal aspirator) khusus untuk bayi yang berbentuk pipet plastik lembut dengan ujung karet penyedot sesungguhnya diperbolehkan.

Namun sebelum menggunakan nasal aspirator, ada baiknya Moms terlebih dulu mengencerkan ingus bayi agar mudah saat penyedotan berlangsung. Caranya bisa menggunakan larutan obat tetes NaCl fisiologis 0,9 persen (20 ml).

Fungsinya adalah untuk melembabkan selaput dalam saluran pernapasan bayi dan melancarkan sumbatan hidung serta mengencerkan ingus agar mudah dikeluarkan.

Cara pemberiannya adalah dengan memasukkan sedikit bagian ujung pipet lalu teteskan lembut ke dalam hidung bayi. Anda juga bisa membuat sendiri larutan NaCl dengan melarutkan 1/4 sendok teh garam ke dalam 1/2 gelas air hangat. Gunakan pipet untuk meneteskannya, setelah ingus encer, barulah penyedotan menggunakan nasal respirator.

Jaga Higienitas

Hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga higienitas dan ketepatan penggunaan nasal respirator agar hasilnya maksimal. Pertama, bersihkan terlebih dulu bagian yang akan dimasukkan ke dalam hidung bayi dengan cara disterilisasi (dengan alat steril botol) atau kapas yang diolesi alkohol 70 persen. Tenangkan bayi sebelum penyedotan dilakukan agar Moms dapat memasukkan alat tersebut dengan tepat.

Lalu masukkan alat ke dalam hidung bayi, tetapi jangan terlalu dalam. Saat memasukkan alat, ujung karet yang berfungsi untuk menyedot harus dalam keadaan ditekan, lalu lepas perlahan saat sudah di dalam hidung. Lakukan dengan lembut, agar hidung bayi tidak teriritasi ataupun terluka.

Cara Alami Atasi Hidung Tersumbat

Pijat lembut hidung dan sekitarnya dengan bahan lembut sambil membersihkan ingus. Pijatan lembut merilekskan pernapasan bayi, ini membantu lendir keluar dengan mudah. Bersihkan hidung dari bekas lendir yang mengering menggunakan cotton bud basah. Hidung yang bersih membantu bayi bernapas dengan lancar. Hati-hati saat membersihkan, jangan masukkan cotton bud terlalu dalam.

Mengoleskan balsem pelega pernapasan khusus bayi, di bagian dada, leher dan punggung, sambil memijat lembut. Selain memberi rasa hangat, uap balsem juga akan melegakan hidung tersumbat.

Cara lainnya adalah dengan membuat semacam nebulizer sederhana. Caranya adalah dengan meneteskan minyak kayu putih ke dalam mangkuk berisi air panas lalu letakkan di salah satu sudut ruangan, khususnya di area kamar yang merupakan wilayah pertukaran udara. Selain berfungsi membersihkan udara yang terkontaminasi virus influenza, uap hangat minyak kayu putih juga akan membantu bayi bernapas dengan lega.


Sabtu, 29 Januari 2011

Mengenal istilah Kuret

KURET identik dengan keguguran. Tapi ternyata, kuret bisa dilakukan untuk non keguguran juga loh! Mau tahu hal apa saja yang harus dikuret dan bagaimana tata laksananya?

Dikuret Jika...

Kuret atau kuretase merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim dengan fungsi diagnostik atau terapetik. Jaringan bisa berupa janin yang mengalami abortus, endometriosis, atau sisa plasenta yang tertinggal seusai persalinan. Kuret perlu dilakukan supaya rahim bersih dari jaringan yang tidak semestinya berada bahkan tumbuh di dalamnya. Jika tidak dibersihkan, akan memunculkan gangguan seperti nyeri dan perdarahan.

Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim. Ini bertujuan untuk mengambil sedikit jaringan lapis lendir rahim, sehingga dapat diketahui penyebab dari perdarahan abnormal yang terjadi. Misalnya:
- Pendarahan pervaginam yang tidak teratur
- Pendarahan hebat
- Kecurigaan akan kanker endometriosis atau kanker rahim
- Infeksi rahim
- Pemeriksaan kesuburan/ infertilitas

Kuret sebagai terapi, bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi pada keguguran kehamilan dengan cara mengeluarkan hasil kehamilan yang telah gagal berkembang; menghentikan perdarahan akibat mioma dan polip dengan cara mengambil mioma dan polip dari dalam rongga rahim; menghentikan perdarahan akibat gangguan hormon dengan cara mengeluarkan lapisan dalam rahim. Misalnya:
- Kasus keguguran
- Tertinggalnya sisa jaringan plasenta (ari-ari), atau sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proses persalinan
- Hamil anggur
- Menghilangkan polip rahim

Prosedur Kuret:
Prosedurnya sama antara kuret karena keguguran maupun non keguguran.

1. Persiapan sebelum kuret

Puasa. Saat akan menjalani kuret, biasanya Moms harus mempersiapkan diri. Misal, berpuasa 8 jam sebelumnya agar perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.

Cek adanya perdarahan. Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan ditunda sampai masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien.

Persiapan psikologis. Seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sehingga, kesiapan Moms sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila Moms sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Usahakan menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada.

Minta penjelasan dokter selengkap-lengkapnya, mulai apa itu kuret, alasan kenapa harus dikuret, persiapan yang harus dilakukan, hingga masalah atau risiko yang mungkin timbul.

2. Saat Kuret

Sebelum dilakukan kuret, biasanya pasien akan diberikan obat anestesi (bius). Ketika melakukan kuret, ada 2 pilihan alat bantu. Pertama, sendok kuret dan kanula/selang. Sendok kuret biasanya dipilih oleh dokter untuk mengeluarkan janin yang usianya lebih dari 8 minggu karena pembersihannya bisa lebih maksimal. Sedangkan sendok kanula lebih dipilih untuk mengeluarkan janin yang berusia di bawah 8 minggu, sisa plasenta, atau kasus endometrium.

3. Perawatan pascakuret

Perawatan usai kuretase umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Moms harus menjaga bekas operasi dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur.

Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segera periksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhan.

Dampak Kuret

  • Perdarahan. Ini dikhawatirkan terjadi jika jaringan tidak diambil dengan bersih. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu.

  • Cerukan di dinding rahim. Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di dinding rahim. Karena dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.
  • Infeksi. Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan seperti darah.
  • Perlekatan bagian dalam rahim.
  • Masih terdapat jaringan tersisa.


Masih Bisa Hamil Kembali

Bila ada yang bilang usai kuret tak bisa hamil lagi itu keliru. Penyebab sulit hamil, mungkin ada masalah dengan organ reproduksi atau masalah kesuburan. Setelah menjalani kuret, Moms tetap bisa hamil dan memiliki anak lagi. Asal kondisi organ reproduksinya baik, ditambah dengan masa subur yang tidak bermasalah.

Namun, seusai kuret Moms dianjurkan untuk mengistirahatkan rahim sampai benar-benar sehat dan siap hamil. Khususnya bila kuret dilakukan pada saat kondisi hamil tua karena kondisi uterus sudah membesar sehingga perlu istirahat. Namun bila kuret dilakukan pada saat kehamilan masih muda (batasannya hingga 20 minggu) kehamilan bisa dilakukan lebih cepat jika Moms sudah merasa siap.


5 Langkah Cegah Pneumonia

AH, si kecil hanya batuk-pilek biasa kok. Walau terlihat sepele, rupanya batuk-pilek bisa sebagai alarm bila si kecil terserang infeksi saluran pernapasan. Begitu pula dengan pneumonia yang tergolong dalam ISPA Bawah.

Dr. I. Boediman, Sp.A (K) mendefinisikan pneumonia sebagai radang akut pada jaringan paru (alveoli) akibat infeksi kuman yang menyebabkan gangguan pernapasan.

Penyebab utama pneumonia terdiri dari Streptococcus Pneumoniae (50 persen) dan Haemophillus influenza type B (Hib), dan sisanya, adalah virus dan penyebab lainnya. Dan bila pneumonia tidak ditangani segera akan menyebabkan kematian.

Napas Cepat dan Sulit Bernapas

Biasanya, gejala awalnya adalah selesma (common cold), seperti demam, batuk dan pilek. Dapat pula disertai nyeri kepala dan hilang nafsu makan, ujar Dr. Boediman, Sp.A (K), Staf Divisi Respirologi RSPUN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Lalu, sambungnya, pada tahap lanjutannya, akan timbul gejala lainnya, yakni:

Napas Cepat

Umumnya bergantung pada usia anak:
1. Kurang dari 2 bulan : = 60 kali/menit
2. 2-12 bulan : = 50 kali/menit
3. 12-5 tahun : = 40 kali/menit

Kesulitan Bernapas

Saat sulit bernapas, anak akan bernapas cepat, hidungnya kembang kempis, dan pada kasus pneumonia berat, bayi akan terlihat adanya tarikan dinding dada. Lalu, pada kasus yang sangat berat, akan terjadi penurunan suhu tubuh, kejang, penurunan kesadaran, sesak napas yang keras dan kasar, tidak dapat makan, dan anak terlihat membiru.

Pengobatan

Untuk memastikan apakah si kecil menderita radang paru akibat bakteri atau virus, lakukanlah tes darah dan foto dengan sinar X.

Setelah itu, bila diketahui radang paru yang diderita anak Anda adalah bakteri, dokter akan segera memberikan obat antibiotik. Terapi obat ini berlanjut selama 7-10 hari.

Jika radang paru disebabkan virus, anak tidak minum antibiotik karena virus tidak bisa dimatikan dengan antibiotik.

5 Langkah Cegah Pneumonia!

Mencegah lebih baik daripada mengobati menjadi senjata ampuh memerangi kematian akibat pneumonia. Karena itu, dr. Darmawan B.S., Sp.A (K), Ketua Respirologi Unit Kerja Koodinasi (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagi tip berikut ini!

1. ASI Eksklusif
Untuk menjaga stamina si kecil dari pneumonia, kuncinya: Berikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama.

2. Gizi Cukup dan Seimbang
Untuk mendapatkan daya tahan tubuh, anak dapat memperolehnya melalui kecukupan gizi. Nah, beberapa di antaranya adalah asupan makro dan mikronutrin, utamanya, vitamin A dan zinc.

3. Lakukan Imunisasi
Imunisasi untuk memberikan perlindungan, pencegahan, sekaligus membangun kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit menular maupun penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan kecacatan tubuh. Bahkan kematian.

Misal, Imunisasi DPT dan Campak memberikan kekebalan terhadap penyakit yang meningkatkan risiko anak terkena pneumonia. Selanjutnya, Imunisasi Hib dan Pneumokokus memberikan kekebalan terhadap kuman penyebab pneumonia. Mengurangi kejadian pneumonia. Begitu pula Imunisasi influenza. Walau influenza ini bisa sembuh tanpa diobati, namun pneumonia yang ditularkan melalui udara bisa berisiko terhadap anak tertentu, seperti penderita asma, leukimia, thalassemia, dan jantung bawaan.

4. Lingkungan Bebas Asap
Jauhilah anak-anak dari pajanan asap, seperti asap rokok; asap dapur, utamanya asap dari pembakaran kayu; dan polusi udara. Lalu, perbaiki higenitas lingkungan, seperti mempertahankan ventilasi yang baik, menjaga kebersihan, dan menggunakan masker pelindung.

5. Etiket Batuk
Karena penularan Pneumonia melalui percikan batuk atau bersin (droplet), maka saat bersin atau batuk, upayakan tutuplah mulut. Mengapa? Karena percikan itu bisa mengenai orang lain hingga jarak 2 meter.

Selain itu, melalui kontak langsung, droplet yang mengandung kuman dapat menular kepada orang lain. Sehingga, cucilah tangan untuk meminimalisir penularan.



Senin, 22 November 2010

Usus Buntu Ternyata Efektif Membantu Melawan Penyakit

 id=Selama ini banyak orang menganggap bahwa usus buntu atau appendix vermiformis tidak lebih sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi. Namun, kini para peneliti mengungkapkan bahwa usus buntu lebih dari sekedar organ yang tidak berguna. Bagian organ ini dapat dimanfaatkan oleh para dokter untuk membantu tubuh manusia dalam melawan penyakit secara lebih efektif.

"Mungkin ini adalah saatnya untuk mengkoreksi buku-buku tertulis," ungkap sang peneliti, William Parker dari di Duke University Medical Center in Durham, N.C.

"Banyak buku-buku biologi yang masih menyebutkan usus buntu sebagai organ vestigial.'’ Ujarnya.


Apendiks vermiform adalah suatu kantung kecil yang melekat pada usus besar tepat di ujung usus halus. Teori Darwin mengenai usus buntu pada manusia dan primata lainnya menyebut usus buntu merupakan peninggalan evolusioner pada susunan yang disebut cecum, yang digunakan oleh nenek moyang kita untuk mencerna makanan.

Sedikitnya lebih dari 1 dalam 20 orang pernah mengalami peradangan usus buntu. Mereka melihat usus buntu tidak memberi pengaruh apapun dalam tubuhnya sehingga merasa perlu dibuang. Namun, William dan rekan sejawatnya baru-baru ini mengungkapkan bahwa usus buntu masih dibutuhkan sebagai tempat tinggal yang aman dan vital bagi bakteri baik dan berguna, setelah penyakit menghilangkan semua bakteri tersebut dari dalam usus. Appendiks ini berfungsi untuk memulihkan bakteri yang berguna setelah menderita penyakit diare. (Conectique)

Selasa, 02 November 2010

Gangguan Hormon Pengaruhi Kegemukan

 id=Kata gemuk identik dengan banyak makan. Benarkah? Dari berbagai riset, kegemukan diketahui karena gangguan hormon. Gangguan tersebut bisa karena berlebih ataupun kurang. Karena itu, diet tanpa petunjuk dokter sangat berbahaya bagi kesehatan. Ketahui terlebih dahulu mengapa dan apa sebabnya ada gemuk!

Saat ini, banyak program diet yang menawarkan langsing dengan cepat dalam waktu singkat. Hati-hati dalam memilih program diet. Yang perlu untuk diketahui sebelum melakukan program diet adalah mengapa kita menjadi gemuk. “Tubuh diatur oleh sistem metabolisme dan dipengaruhi oleh kadar hormon di dalam tubuih. Adanya ketidakseimbangan ataupun kekurangan hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat mengakibatkan kegemukan (obesitas). Tidak cukup hanya dengan melakukan diet, latihan dan lain sebagainya. Memang, tubuh akan menjadi langsing. Namun perlu juga pemeriksaan laboratorium yang akurat dalam menjalankan program diet,” jelas dr Yunita Hendy yang praktik di Jalan Limau 1 No. 40 Jakarta Selatan dan Cibubur.

Gemuk adalah hal biasa yang terjadi pada laki-laki atau wanita usia 30, 40, atau lebih. “Ternyata gemuk disebabkan oleh kadar hormon yang kurang atau minimal. Jika pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah kadar hormon kurang atau minimal (sesuai umur), tidak akan pernah didapat berat badan ideal. Apalagi menjurus arah langsing sempurna,” sambungnya.

Kalaupun dilakukan, kemungkinan penurunan berat badan akan terlihat pada awal diet atau latihan. Tapi biasanya tidak bertahan lama. Berat badan dapat naik kembali (yoyo syndrome) atau malah tidak turun sama sekali. Banyak pasien yang ditemui di ruang praktik yang mengonsumsi obat kurus yang dijual di pasaran tanpa petunjuk dokter. Padahal, beresiko dan dapat merusak tubuh, gangguan dehidrasi, kulit berkerut, keriput, pusing, mual-mual, gangguan pencernaan dan bisa sakit,” ungkapnya.

Menurutnya, hal yang perlu disikapi pada saat tubuh mengalami kegemukan (obesitas) adalah evaluasi diri, perhatikan pola makan dan pola kegiatan sehari-hari. Apakah malas bergerak, berolahraga, adakah turunan gemuk dari orangtua dan adakah gangguan hormonal.

Gangguan Hormon

Jika terbentur dengan gangguan hormonal, amati gejala lain pada tubuh seperti perut membuncit, mudah lelah, kurang bergairah, tidak bergairah sama sekali, rambut rontok, cepat pegal, linu, gangguan tidur, kulit kering, keriput dan aktivitas seks yang menurun. Jika tiga atau lebih gejala di atas dirasakan oleh tubuh, kemungkinan tubuh mengalami kekurangan hormon (testoteron, growth hormone),” sambungnya.

Yang perlu dilakukan adalah mendatangkan dokter piawai dalam menangani antiaging, klinik holistic atau wellness. Yang jelas, dokter yang kompeten di bidang ini akan melakukan konsultasi dan pemeriksaan fisik. Kedua, untuk menegakkan diagnose, dokter akan melakukan cek laboratorium yang menggunakan sampel darah berkaitan dengan kadar hormon yang akan di periksa. Ketiga, setelah hasil laboratorium keluar, perencanaan dan pelaksanaan terapi akan dilakukan dan didiskusikan dengan dokter.

Pelaksanaan terapi dapat berupa obat oles hormon, spray hormone ataupun suntik hormon. Jika hasil laboratorium menyatakan pasien mengalami kekurangan jumlah hormon, dilakukan terapi selama 3 bulan pertama dengan hasil laboratorium yang di monitor oleh dokter. Pasien yang akan menjalani terapi hormon harus diberi penanganan yang tepat dan terarah sehingga menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan.

Lantas, seberapa jauh terapi yang dijalankan? Bervariasi tergantung personal masing-masing. Setelah terapi akan terjadi perbaikan dari gejala-gejala yang dikeluhkan seperti kulit yang mengencang, halus dan kegiatan seksual menunjukkan hasil yang memuaskan dan optimal. Tubuh menjadi lebih fit dan awet muda. Dan jangan lupa, tetap menjalankan pola hidup sehat.

Menjadi tua pasti, cantik, pasti tidak ada yang menolak. “Kembali ke tujuan dan treatment ini adalah for better quality of life. Kita harus menyikapi dengan bijaksana bahwa kita akan menua dengan sehat dan terlepas dari penyakit yang menghantui pada usia tua. Ingat, kegemukan dapat mengakibatkan jantung koroner, kolesterol, darah tinggi, osteoporosis dan penyakit-penyakit lainnya,” terangnya.

Senin, 16 Agustus 2010

Cara Uji COD

Cara uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand/COD) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri
Standar Nasional Indonesia (SNI) ini merupakan revisi dari SNI 06-6989.2-2004, Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu Standard Methods for the Examinatioan of Water and Wastewater, 21st Edition, editor L.S Clesceri, A.E. Greenberg, A.D. Eaton, APHA, AWWA and WEF, Washington DC, 2005, Methods 5220 D (Closed Reflux, Colorimetric Methods).

SNI ini telah melalui uji coba di laboratorium pengujian dalam rangka validasi dan verifikasi metode serta dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis 13-03-S1, Kualitas Air dari Panitia Teknis 13-03, Kualitas Lingkungan dan Manajemen Lingkungan dengan para pihak terkait.

Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dalam air dan air limbah dengan reduksi Cr2O72- secara spektrofotometri pada kisaran nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 600 nm dan nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 420 nm.Metode ini digunakan untuk contoh uji dengan kadar klorida kurang dari 2000 mg/L.
Istilah dan definisi
  • blind sample, larutan dengan kadar analit tertentu yang diperlukan seperti contoh uji
  • Chemical Oxygen Demand (COD), jumlah oksidan Cr2O72- yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 mL contoh uji
  • kurva kalibrasi, kurva yang menyatakan hubungan kadar larutan kerja dengan hasil pembacaan absorbansi yang merupakan garis lurus
  • larutan blanko atau air suling bebas organik, air suling yang tidak mengandung senyawa organik atau mengandung senyawa organik dengan kadar lebih rendah dari batas deteksi atau perlakuannya sama dengan contoh uji
  • larutan induk, larutan baku kimia yang dibuat dengan kadar tinggi dan akan digunakan untuk membuat larutan baku dengan kadar yang lebih rendah
  • larutan baku, larutan induk yang diencerkan dengan air suling bebas organik, sampai kadar tertentu
  • larutan kerja, larutan baku yang diencerkan dengan air suling bebas organik, digunakan untuk membuat kurva kalibrasi
  • spike matrix, contoh uji yang diperkaya dengan larutan baku dengan kadar tertentu
Cara uji
Prinsip : Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2 mg/L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O72- kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 420 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm.
Untuk nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L kenaikan Cr3+ ditentukan pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai COD yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L penurunan konsentrasi Cr2O72- ditentukan pada panjang gelombang 420 nm.
Bahan. Sebaiknya larutan ini dipersiapkan setiap 1 minggu
  1. air bebas organik;
  2. digestion solution pada kisaran konsentrasi tinggi.Tambahkan 10,216 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 150 C selama 2 jam ke dalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
  3. digestion solution pada kisaran konsentrasi rendah. Tambahkan 1,022 g K2Cr2O7 yang telah dikeringkan pada suhu 150 C selama 2 jam kedalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan, dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.
  4. larutan pereaksi asam sulfat
  5. Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 mL H2SO4 pekat. Aduk hingga larut. CATATAN Proses pelarutan Ag2SO4 dalam asam sulfat dibutuhkan waktu pengadukan selama 2 (dua) hari, sehingga digunakan magnetic stirer untuk mempercepat melarutnya pereaksi.
  6. asam sulfamat (NH2SO3H). Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk setiap mg NO2-N yang ada dalam contoh uji.
  7. larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK, KHP) COD 500 mg O2/L Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 110 C. Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan sampai 1000 mL. Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur 4 C 2 C dan dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada pertumbuhan mikroba CATATAN Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat digunakan sebagai pengendalian mutu kinerja pengukuran.
  8. Bila nilai COD contoh uji lebih besar dari 500 mg/L, maka dibuat larutan baku KHP yang mempunyai nilai COD 1000 mg O2/L.
  9. Larutan baku KHP dapat menggunakan larutan siap pakai.

Peralatan
  1. spektrofotometer sinar tampak (400 nm sampai dengan 700 nm);
  2. kuvet;
  3. digestion vessel, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan ukuran 16 mm x 100 mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir. Atau alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 mL (diameter 19 mm sampai dengan 20 mm);
  4. pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block); CATATAN Jangan menggunakan oven.
  5. buret;
  6. labu ukur 50,0 mL; 100,0 mL; 250,0 mL; 500,0 mL dan 1000,0 mL;
  7. pipet volumetrik 5,0 mL; 10,0 mL; 15,0 mL; 20,0 mL dan 25,0 mL;
  8. gelas piala;
  9. magnetic stirrer; dan
  10. timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.
Persiapan dan pengawetan contoh uji
Persiapan contoh uji
a. homogenkan contoh uji; CATATAN Contoh uji dihaluskan dengan blender bila mengandung padatan tersuspensi.
b. cuci digestion vessel dan tutupnya dengan H2SO4 20 % sebelum digunakan;
Pengawetan contoh uji
Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan menambahkan H2SO4 pekat sampai pH lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam pendingin pada temperatur 4 C 2 C dengan waktu simpan maksimum yang direkomendasikan 7 hari.
Pembuatan larutan kerja
Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang pengukuran.
Prosedur
proses digestion
a. pipet volume contoh uji atau larutan kerja, tambahkan digestion solution dan tambahkan larutan pereaksi asam sulfat yang memadai ke dalam tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut:
Tabel 1 - Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam digestion vessel
Digestion Vessel Contoh
uji (mL)
Digestion
solution
(mL)
Larutan
pereaksi asam
sulfat (mL)
Total volume
(mL)
Tabung kultur
16 x 100 mm 2,50 1,50 3,5 7,5
20 x 150 mm 5,00 3,00 7,0 15,0
25 x 150 mm 10,00 6,00 14,0 30,0
Standar Ampul:
10 mL 2,50 1,50 3,5 7,5
b. tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen;
c. letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 C, lakukan refluks selama 2 jam. CATATAN Selalu gunakan pelindung wajah dan sarung tangan untuk melindungi dari panas dan kemungkinan menyebabkan ledakan tinggi pada suhu 150 C.
Pembuatan kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:
  1. hidupkan alat dan optimalkan alat uji spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian COD. Atur panjang gelombangnya pada 600 nm atau 420 nm;
  2. ukur serapan masing-masing larutan kerja kemudian catat dan plotkan terhadap kadar COD;
  3. buat kurva kalibrasi dari data pada butir 3.7.1 .b) di atas dan tentukan persamaan garis lurusnya;
  4. jika koefisien korelasi regreasi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan ulangi langkah pada butir 3.7.1 a) sampai dengan c) hingga diperoleh nilai koefisien r = 0,995.
Pengukuran contoh uji
Untuk contoh uji COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L
  1. dinginkan perlahan-lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu ruang untuk mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali tutup contoh dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas;
  2. biarkan suspensi mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar-benar jernih;
  3. ukur serapan contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (600 nm);
  4. hitung kadar COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi;
  5. lakukan anal isa duplo.
Untuk contoh uji COD lebih kecil dari atau sama dengan 90 mg/L
a) dinginkan perlahan-lahan contoh yang sudah direfluks sampai suhu ruang untuk mencegah terbentuknya endapan. Jika perlu, saat pendinginan sesekali tutup contoh dibuka untuk mencegah adanya tekanan gas;
b) biarkan suspensi mengendap dan pastikan bagian yang akan diukur benar-benar jernih;
c) gunakan pereaksi air sebagai larutan referensi;
d) ukur serapannya contoh uji pada panjang gelombang yang telah ditentukan (420 nm);
e) hitung kadar COD berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi;
f) lakukan analisa duplo.
CATATAN Apabila kadar contoh uji berada di atas kisaran pengukuran, lakukan pengenceran.
Perhitungan
Nilai COD sebagai mg O2/L:
Kadar COD (mg O2/L) = C x f
Keterangan:
C adalah nilai COD contoh uji, dinyatakan dalam miligram per liter (mg/L); f adalah faktor pengenceran.
- Masukkan hasil pembacaan serapan contoh uji ke dalam regresi linier yang diperoleh dari kurva kalibrasi.
- Nilai COD adalah hasil pembacaan kadar contoh uji dari kurva kalibrasi.
Pengendalian mutu
  1. Gunakan bahan kimia pro analisa (pa).
  2. Gunakan alat gelas bebas kontaminasi.
  3. Gunakan alat ukur yang terkalibrasi.
  4. Gunakan air suling bebas organik untuk pembuatan blanko dan larutan kerja.
  5. Dikerjakan oleh analis yang kompeten.
  6. Lakukan analisis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu simpan maksimum 7 hari.
  7. Perhitungan koefisien korelasi regresi linier (r) lebih besar atau sama dengan 0,995 dengan intersepsi lebih kecil atau sama dengan batas deteksi.
  8. Lakukan analisis blanko dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per batch (satu seri pengukuran) atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol kontaminasi.
  9. Lakukan analisis duplo dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per satu seri pengukuran atau minimal 1 kali untuk jumlah contoh uji kurang dari 10 sebagai kontrol ketelitian analisis. Jika Perbedaan Persen Relatif (Relative Percent Difference/RPD) lebih besar atau sama dengan 10 %, maka dilakukan pengukuran ketiga untuk mendapatkan RPD kurang dari 10 %.
  10. Lakukan kontrol akurasi dengan larutan baku KHP dengan frekuensi 5 % sampai dengan 10 % per batch atau minimal 1 kali untuk 1 batch. Kisaran persen temu balik adalah 85 % sampai dengan 115 %.
  11. Persen temu balik (% recovery, % R):
Keterangan:
A adalah hasil pengukuran larutan baku KHP, dinyatakan dalam milligram per liter (mg/L);
B adalah kadar larutan baku KHP hasil penimbangan (target value), dinyatakan dalam milligram per liter (mg/L).

Presisi dan bias
Standar ini telah melalui uji banding metode dengan peserta 7 laboratorium pada kadar 194 mg COD/L tanpa klorida dengan tingkat presisi (%RSD) 4,3 % dan akurasi (bias metode) 2,4 %, sedangkan pada kadar 48,6 mg COD/L tanpa klorida dengan peserta 8 laboratorium menghasilkan tingkat presisi (%RSD) 7,79 % dan akurasi (bias metode) 8,43 %.
Rekomendasi
a) Lakukan analisis blind sample.
b) Buat control chart untuk akurasi dan presisi analisis.
Pelaporan
Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut.
  1. Parameter yang dianalisis.
  2. Nama analis.
  3. Tanggal analisis.
  4. Rekaman hasil pengukuran duplo, triplo dan seterusnya.
  5. Rekaman kurva kalibrasi.
  6. Nomor contoh uji.
  7. Tanggal penerimaan contoh uji.
  8. Batas deteksi.
  9. Rekaman hasil perhitungan.
  10. Hasil pengukuran persen temu balik.
  11. Kadar kebutuhan oksigen kimiawi (COD) dalam contoh uji.

Kamis, 12 Agustus 2010

Pengambilan Contoh Air Limbah

Metoda pengambilan contoh air limbah sesuai SNI 6989.59:2008

Dalam rangka menyeragamkan teknik pengambilan contoh air limbah sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan, maka dibuatlah Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Air dan air limbah Bagian 59: Metode pengambilan contoh air limbah. SNI ini diterapkan untuk teknik pengambilan contoh air limbah sebagaimana yang tercantum di dalam Keputusan Menteri tersebut.

Metoda ini digunakan untuk pengambilan contoh air guna keperluan pengujian sifat fisika dan kimia air limbah.

Istilah dan definisi
air limbah, sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair
kualitas air limbah, sifat-sifat air limbah yang ditunjukkan dengan besaran, nilai atau kadar bahan pencemar atau komponen lain yang terkandung didalamnya
contoh sesaat (grab sample), air limbah yang diambil sesaat pada satu lokasi tertentu
contoh gabungan waktu, campuran contoh yang diambil dari satu titik pada waktu yang berbeda, dengan volume yang sama
contoh gabungan tempat, campuran contoh yang diambil dari titik yang berbeda pada waktu yang sama, dengan volume yang sama
contoh gabungan waktu dan tempat, campuran contoh yang diambil dari beberapa titik dalam satu lokasi pada waktu yang berbeda, dengan volume yang sama
contoh duplikat, contoh yang diambil dari titik pengambilan yang sama dengan rentang waktu antar pengambilan yang sekecil mungkin, duplikat contoh digunakan untuk menguji ketelitian tata kerja pengambilan contoh
contoh yang diperkaya (spike sample), contoh yang ditambah dengan standar yang bersertifikat dalam jumlah tertentu untuk keperluan pengendalian mutu
contoh yang terbelah (split sample), contoh dikumpulkan dalam satu wadah, dihomogenkan dan dibagi menjadi dua atau lebih sub contoh dan diperlakukan seperti contoh, selanjutnya dikirim ke beberapa laboratorium yang berbeda
blanko matrik, media bebas analit yang mempunyai matrik hampir sama dengan contoh yang akan diambil
blanko media, media yang digunakan untuk mendeteksi adanya kontaminasi pada media yang digunakan dalam pengambilan contoh
blanko perjalanan, media yang digunakan untuk mengukur kontaminasi yang mungkin terjadi selama pengambilan dan transportasi contoh
Kebutuhan Oksigen Biologi/KOB (Biologycal Oxcygen Demand, BOD), kebutuhan oksigen biokimiawi bagi proses deoksigenasi dalam suatu perairan atau air limbah
Kebutuhan Oksigen Kimiawi/KOK (Chemical Oxcygen Demand COD), kebutuhan oksigen kimiawi bagi proses deoksigenasi dalam suatu perairan atau air limbah
n utrien, senyawa yang dibutuhkan oleh organisme yang meliputi fosfat, nitrogen, nitrit, nitrat dan amonia
titik pengambilan contoh air limbah, tempat pengambilan contoh yang mewakili kualitas air limbah
bak equalisasi, bak penampungan air limbah yang bertujuan untuk menghomogenkan beban dan pengaturan aliran air limbah
Peralatan
Persyaratan alat pengambil contoh
Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh;
b) mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya;
c) contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung tanpa ada sisa bahan tersuspensi di dalamnya;
d) mudah dan aman di bawa;
e) kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian.
Jenis alat pengambil contoh
a) Alat pengambil contoh sederhana
Alat pengambil contoh sederhana dapat berupa ember plastik yang dilengkapi dengan tali atau gayung plastik yang bertangkai panjang.
CATATAN Dalam praktiknya, alat sederhana ini paling sering digunakan dan dipakai untuk mengambil air permukaan atau air sungai kecil yang relatif dangkal.
Keterangan gambar:
A adalah pengambil contoh terbuat dari polietilen
B adalah handle (tipe teleskopi yang terbuat dari aluminium atau stanlestil
Gambar 1 Contoh alat pengambil contoh gayung bertangkai panjang
clip_image001
Gambar 2 Contoh botol biasa secara langsung
clip_image003
b) botol biasa yang diberi pemberat yang digunakan pada kedalaman tertentu.
clip_image005 Keterangan gambar:
A adalah pengait
B1 adalah tuas posisi tertutup
B2 adalah tuas posisi terbuka
C1 adalah tutup gelas botol contoh posisi tertutup
C2 adalah tutup gelas botol contoh posisi terbuka
D adalah tali penggantung
E adalah rangka metal botol contoh
Gambar 3 Contoh alat pengambil air Bbotol biasa dengan pemberat
Alat pengambil contoh air otomatis
Alat ini dilengkapi alat pengatur waktu dan volume yang diambil, digunakan untuk contoh gabungan waktu dan air limbah, agar diperoleh kualitas air rata-rata selama periode tertentu
clip_image007
Gam bar 4 Alat pengambil contoh air otomatis
Alat pengukur parameter lapangan
Peralatan yang perlu dibawa antara lain:
a) DO meter atau peralatan untuk metode Winkler;
b) pH meter;
c) turbidimeter;
d) konduktimeter;
e) termometer; dan
f) 1 set alat pengukur debit.
CATATAN Alat lapangan sebelum digunakan perlu dilakukan kalibrasi.
Alat pendingin, Alat ini dapat menyimpan contoh pada 4C 2C, digunakan untuk menyimpan contoh untuk pengujian sifat fisika dan kimia.
Alat ekstraksi (corong pemisah), Corong pemisah terbuat dari bahan gelas atau teflon yang tembus pandang dan mudah memisahkan fase pelarut dari contoh.
Alat penyaring, Alat ini dilengkapi dengan pompa isap atau pompa tekan serta dapat menahan saringan yang mempunyai ukuran pori 0,45 m.
Bahan
Bahan kimia untuk pengawet. Bahan kimia yang digunakan untuk pengawet harus memenuhi persyaratan bahan kimia untuk analisis dan tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan di uji (lihat Lampiran B).
Wadah contoh
Persyaratan wadah contoh, Wadah yang digunakan untuk menyimpan contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) terbuat dari bahan gelas atau plastik poli etilen (PE) atau poli propilen (PP) atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);
b) dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
c) bersih dan bebas kontaminan;
d) tidak mudah pecah;
e) tidak berinteraksi dengan contoh.
Persiapan wadah contoh
Lakukan langkah-langkah persiapan wadah contoh, sebagai berikut:
a) Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh wadah contoh harus benarbenar dibersihkan di laboratorium sebelum dilakukan pengambilan contoh.
b) Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang dibutuhkan, untuk jaminan mutu, pengendalian mutu dan cadangan.
c) Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan tergantung dari jenis contoh yang akan diambil, sebagai berikut:
Wadah contoh untuk pengujian senyawa organik yang mudah menguap (Volatile Organic Compound, VOC)
Siapkan wadah contoh untuk senyawa organik yang mudah menguap, dengan langkah kerja sebagai berikut:
a) cuci gelas vial, tutup dan septum dengan deterjen. Bilas dengan air biasa dan kemudian bilas dengan air bebas analit;
b) bilas dengan metanol berkualitas analisis dan dikeringkan selama 1 jam;
c) keluarkan vial dan biarkan mendingin dalam posisi terbalik di atas lembaran aluminium foil;
d) setelah vial dingin, putar tutup dan septum untuk menutup vial tersebut.
CATATAN Untuk mencegah kontaminasi saat pencucian wadah contoh yang akan digunakan untuk analisa organik, harus dihindari penggunaan sarung tangan plastik atau karet dan sikat.
Wadah contoh untuk pengujian senyawa organik yang dapat diekstraksi
Siapkan wadah contoh untuk senyawa organik yang dapat diekstraksi, dengan langkah kerja sebagai berikut:
  1. cuci botol gelas dan tutup dengan deterjen. Bilas dengan air kemudian dengan air bebas analit;
  2. masukkan 10 mL aseton berkualitas analisis ke dalam botol dan rapatkan tutupnya, kemudian kocok botol dengan baik agar aseton tersebar merata dipermukaan dalam botol serta mengenai lining teflon dalam tutup.
  3. buka tutup botol dan buang aseton dan biarkan botol mengering dan kemudian kencangkan tutup botol agar tidak terjadi kontaminasi baru.
Wadah contoh untuk pengujian logam total dan terlarut
Siapkan wadah contoh untuk pengujian logam total dan terlarut, dengan langkah kerja sebagai berikut:
a) cuci botol gelas atau plastik dan tutupnya dengan deterjen kemudian bilas dengan air bersi h.
b) bilas dengan asam nitrat (HNO3) 1:1, kemudian bilas lagi dengan air bebas analit sebanyak 3 kali dan biarkan mengering, setelah kering tutup botol dengan rapat.
Wadah contoh untuk pengujian KOB, KOK dan nutrien
Siapkan wadah contoh untuk pengujian KOB, KOK dan nutrien, dengan langkah kerja sebagai berikut:
a) cuci botol dan tutup dengan deterjen bebas fosfat kemudian bilas dengan air bersih;
b) cuci botol dengan asam klorida (HCl) 1:1 dan bilas lagi dengan air bebas analit sebanyak 3 kali dan biarkan mengering, setelah kering tutup botol dengan rapat.
Wadah contoh untuk anorganik non-logam
Siapkan wadah contoh untuk pengujian anorganik non-logam, dengan langkah kerja sebagai berikut:
a) cuci botol dan tutup dengan deterjen, bilas dengan air bersih kemudian bilas dengan air bebas analit sebanyak 3 kali dan biarkan hingga mengering;
b) setelah kering tutup botol dengan rapat.
Pencucian wadah contoh
Lakukan pencucian wadah contoh sebagai berikut:
a) Peralatan harus dicuci dengan deterjen dan disikat untuk menghilangkan partikel yang menempel di permukaan;
b) Bilas peralatan dengan air bersih hingga seluruh deterjen hilang;
c) Bila peralatannya terbuat dari bahan non logam, maka cuci dengan asam HNO3 1:1, kemudian dibilas dengan air bebas anal it;
d) Biarkan peralatan mengering di udara terbuka;
e) Peralatan yang telah dibersihkan diberi label bersih-siap untuk pengambilan contoh.
Volume contoh
Volume contoh yang diambil untuk keperluan pengujian di lapangan dan laboratorium bergantung dari jenis pengujian yang diperlukan (lihat Lampiran B).

7 Tipe contoh
Beberapa tipe contoh air limbah:
a) contoh sesaat (grab sample);
b) contoh gabungan waktu (composite samples);
c) contoh gabungan tempat (integrated samples);
d) contoh gabungan waktu dan tempat.
Lokasi dan titik pengambilan contoh
Pemilihan lokasi pengambilan contoh
a) Lokasi pengambilan contoh air limbah industri harus mempertimbangkan ada atau tidak adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
b) Contoh harus diambil pada lokasi yang telah mengalami pencampuran secara sempurna.
Penentuan lokasi pengambilan contoh
Lokasi pengambilan contoh dilakukan berdasarkan pada tujuan pengujian, sebagai berikut:
Untuk keperluan evaluasi efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
a) Contoh diambil pada lokasi sebelum dan setelah IPAL dengan memperhatikan waktu tinggal (waktu retensi).
clip_image010clip_image011Gambar 5 Contoh lokasi pengambilan contoh sebelum dan setelah IPAL
b) Titik lokasi pengambilan contoh pada inlet (titik 2, Gambar 5)
1) Dilakukan pada titik pada aliran bertubulensi tinggi agar terjadi pencampuran dengan baik, yaitu pada titik dimana limbah mengalir pada akhir proses produksi menuju ke IPAL.
2) Apabila tempat tidak memungkinkan untuk pengambilan contoh maka dapat ditentukan lokasi lain yang dapat mewakili karakteristik air limbah.
c) Titik lokasi pengambilan contoh pada outlet (titik 3, Gambar 5)
Pengambilan contoh pada outlet dilakukan pada lokasi setelah IPAL atau titik dimana air limbah yang mengalir sebelum memasuki badan air penerima (sungai).
Untuk keperluan pengendalian pencemaran air
Untuk keperluan pengendalian pencemaran air, contoh diambil pada 3 (tiga) lokasi:
a) Pada perairan penerima sebelum tercampur limbah (upstream) (titik 4, Gambar 5).
b) Pada saluran pembuangan air limbah sebelum ke perairan penerima (titik 3, Gambar 5).
c) Pada perairan penerima setelah bercampur dengan air limbah (downsream), namun belum tercampur atau menerima limbah cair lainnya (titik 5, Gambar 5).
Untuk industri yang belum memiliki IPAL
Air limbah industri dengan proses kontinyu berasal dari satu saluran pembuangan
Jika tidak terdapat bak ekualisasi
a) Kualitas air limbah tidak berfluktuasi, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara sesaat (grab sampling).
b) Kualitas air limbah berfluktuasi akibat proses produksi, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara komposit waktu.
Jika terdapat bak ekualisasi
Pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara sesaat (grab sampling).
Air limbah industri dengan proses batch berasal dari satu saluran pembuangan
Jika tidak terdapat bak equalisasi
Kualitas air limbah berfluktuasi akibat proses produksi, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara komposit waktu dan proporsional pada saat pembuangan dilakukan.
Jika terdapat bak equalisasi
Pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara sesaat (grab sampling).
Air limbah industri dengan proses kontinyu berasal dari beberapa saluran pembuangan
Jika tidak terdapat bak equalisasi
a) Kualitas air limbah tidak berfluktuasi dan semua saluran pembuangan limbah dari beberapa sumber sebelum masuk perairan penerima limbah disatukan, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara sesaat.
b) Kualitas air limbah tidak berfluktuasi dan semua saluran pembuangan limbah dari beberapa sumber sebelum masuk perairan penerima limbah tidak disatukan, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara komposit tempat dengan mempertimbangkan debit.
c) Kualitas air limbah berfluktuasi akibat proses produksi dan semua saluran pembuangan limbah dari beberapa sumber sebelum masuk perairan penerima limbah disatukan, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara komposit waktu.
d) Kualitas air limbah berfluktuasi akibat proses produksi dan semua saluran pembuangan limbah dari beberapa sumber sebelum masuk perairan penerima limbah tidak disatukan, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara komposit waktu dan tempat.
Jika terdapat bak equalisasi
Kualitas air limbah berfluktuasi atau tidak berfluktuasi akibat proses produksi, semua air limbah dari masing-masing proses disatukan dan dibuang melalui bak equalisasi, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara sesaat (grab sampling).
Air limbah industri dengan proses batch berasal dari beberapa saluran pembuangan
Jika tidak terdapat bak equalisasi
a) Kualitas air limbah berfluktuasi akibat proses produksi dan semua saluran pembuangan limbah dari beberapa sumber sebelum masuk perairan penerima limbah disatukan, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara komposit waktu.
b) Kualitas air limbah berfluktuasi akibat proses produksi dan semua saluran pembuangan limbah dari beberapa sumber sebelum masuk perairan penerima limbah tidak disatukan, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara komposit waktu dan tempat dengan mempertimbangkan debit.
Jika terdapat bak equalisasi
Kualitas air limbah berfluktuasi atau sangat berfluktuasi akibat proses produksi, semua air limbah dari masing-masing proses disatukan dan dibuang melalui bak equalisasi, maka pengambilan contoh dilakukan pada saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah, dengan cara sesaat (grab sampling).
Untuk industri yang memiliki IPAL
Lakukan pengambilan contoh pada saluran pembuangan air limbah sebelum ke perairan penerima (titik 3, Gambar 1).
CARA PENGAMBILAN CONTOH
Pengambilan contoh untuk pengujian kualitas air
a) siapkan alat pengambil contoh sesuai dengan saluran pembuangan;
b) bilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak 3 (tiga) kali;
c) ambil contoh sesuai dengan peruntukan analisis dan campurkan dalam penampung sementara, kemudian homogenkan;
d) masukkan ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis;
e) lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, kekeruhan dan daya hantar listrik, pH dan oksigen terlarut yang dapat berubah dengan cepat dan tidak dapat diawetkan;
f) hasil pengujian parameter lapangan dicatat dalam buku catatan khusus;
g) pengambilan contoh untuk parameter pengujian di laboratorium dilakukan pengawetan seperti pada Lampiran B.
CATATAN Untuk contoh yang akan di uji kandungan senyawa organiknya dan logam, hendaknya tidak membilas alat 3 kali dengan contoh air, tetapi digunakan wadah yang bersih dan siap pakai.
Pengambilan contoh untuk pengujian oksigen terlarut Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Cara langsung
a) Gunakan alat DO meter.
b) Cara pengoperasian alat, lihat petunjuk kerja alat.
c) Nilai oksigen terlarut dapat langsung terbaca.
Cara tidak langsung
Cara umum
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan cara titrasi, sebagai berikut:
a) siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta dilengkapi dengan tutup asah;
b) celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang, atau dapat pula dengan menggunakan sifon;
c) isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung udara selama pengisian, kemudian botol ditutup;
d) contoh siap untuk dianalisa.
Cara khusus
Tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus, dilakukan sebagai berikut:
a) siapkan botol KOB yang bersih dengan volume yang diketahui serta dilengkapi dengan tutup asah;
b) masukkan botol ke dalam alat khusus (lihat Gambar 3);
c) ikuti prosedur pemakaian alat tersebut;
d) Alat pengambil contoh untuk pengujian oksigen terlarut ini dapat ditutup segera setelah terisi penuh.
Pengambilan contoh untuk pengujian senyawa organik mudah menguap (Volatile Organic Compound, VOC)
Tahapan pengambilan contoh untuk pengujian senyawa VOC, dilakukan sebagai berikut:
a) selama melakukan pengambilan contoh untuk pengujian senyawa VOC, sarung tangan lateks harus terus dipakai, sarung tangan plastik atau sintetis tidak boleh digunakan;
b) saat mengambil contoh untuk analisa VOC, contoh tidak boleh terkocok untuk menghindari aerasi, aerasi contoh akan menyebabkan hilangnya senyawa volatil dari dalam contoh;
c) bila menggunakan alat bailer (Gambar 5)
1) jangan menyentuh bagian dalam septa, buka vial VOC 40 mL dan masukkan contoh secara perlahan ke dalam vial hingga terbentuk convex meniscus di puncak vial;
2) tutup vial secara hati-hati dan tidak boleh ada udara dalam vial;
3) balikkan vial dan tahan;
4) bila terlihat gelembung dalam vial, contoh harus diganti dan ambil contoh yang baru.
CATATAN Contoh VOC biasanya dibuat dalam dua atau tiga buah contoh, tergantung kebutuhan laboratorium; ulangi pengambilan contoh bila diperlukan.
clip_image013 Line for lowering and lifting
Rigid teflon tubing
Glass marble-ball and seat valv Teflon extruded rod
Gambar 5 Alat pengambil contoh untuk parameter VOC tipe Bailer
d) seluruh vial diberi label yang jelas, bila menggunakan vial bening bungkus dengan aluminium foil dan simpan dalam tempat pendingin;
e) bila air limbah mengandung residual klorin tambahkan 80 mg Na2SO3 ke dalam 1 L contoh;
f) contoh VOC karena sifatnya yang volatil, maka pengambila contoh dilakukan secara sesaat (grab contoh), bukan komposit.
Pengambilan contoh untuk pengujian senyawa aromatik dan akrolein dan akrilonitril
Tahapan pengambilan contoh untuk pengujian senyawa aromatik dan akrolein dan akrilonitril, dilakukan sebagai berikut:
a) lakukan pengambilan contoh seperti pada butir 8.3 untuk pengujian senyawa aromatik, tetapi vialnya hanya diisi setengah dan sisanya ditambahkan dengan asam dalam jumlah yang diperlukan;
b) untuk pengujian senyawa akrolein dan akrilonitril contoh diatur hingga pH 4 - 5.
c) contoh akrolein dan akrilonitril harus dianalisa dalam waktu 3 hari setelah pengambilan contoh.
Pengambilan contoh untuk pengujian senyawa organik yang dapat diekstraksi
Tahapan pengambilan contoh untuk pengujian senyawa organik yang dapat diekstraksi, dilakukan sebagai berikut:
a) ambil contoh dengan menggunakan bailer;
d) buka tutup botol gelas 1000 mL secara hati-hati agar tidak menyentuh bagian dalam dari tutup;
e) isi botol hingga 1 cm dari puncak botol;
f) bila satu bailer tidak cukup untuk mengisi botol, tutup botol untuk menghindari kontaminasi contoh dan ambil lagi contoh, dan lanjutkan pengisian botol;
g) bila contoh memerlukan analisa pestisida, pH contoh harus diatur antara pH 5 - 9 dengan menggunakan H2SO4 atau NaOH.
Pengambilan contoh untuk pengujian total logam dan terlarut
Tahapan pengambilan contoh untuk pengujian total logam dan terlarut, dilakukan sebagai berikut:
a) bilas botol contoh dan tutupnya dengan contoh yang akan dianalisa;
b) buang air pembilas dan isi botol dengan sampel hingga beberapa cm di bawah puncak botol agar masih tersedia ruang untuk menambahkan pengawet dan melakukan pengocokan.
CATATAN Pengambilan contoh untuk pengujian logam terlarut, lakukan penyaringan contoh.
PENGUJIAN PARAMETER LAPANGAN
Pengujian parameter lapangan yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung setelah pengambilan contoh. Parameter tersebut antara lain; pH (SNI 06-6989.11-2004), suhu (SNI 06-6989.23-2005), daya hantar listrik (SNI 06-6989.1-2004), alkalinitas (SNI 06- 2420-1991), asiditas (SNI 06-2422-1991) dan oksigen terlarut (SNI 06-6989.14-2004).
Penyaringan contoh
Bila analisis tidak dapat segera dilakukan, maka perlu dilakukan penyaringan di lapangan untuk pemeriksaan parameter yang terlarut. Cara penyaringan dapat dilakukan sebagai berikut:
a) contoh yang akan disaring diambil sesuai keperluannya;
b) masukkan contoh tersebut ke dalam alat penyaring yang telah dilengkapi saringan yang mempunyai ukuran pori 0,45 m dan saring sampai selesai;
c) air saringan ditampung dalam wadah yang telah disiapkan sesuai keperluannya.
Pengawetan contoh
Pengawetan contoh dilakukan apabila pemeriksaan tidak dapat langsung dilakukan setelah pengambilan contoh (lihat Lampiran B).
Jaminan mutu dan pengendalian mutu
Jaminan mutu
a) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi.
b) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi.
c) Dikerjakan oleh petugas pengambil contoh yang kompeten.
Pengendalian mutu
Untuk menjamin kelayakan pengambilan contoh maka kemampuan melacak seluruh kejadian selama pelaksanaan pengambilan contoh harus dijamin.
Kontrol akurasi dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut ini: Contoh split
a) Contoh terbelah diambil dari satu titik dan dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai.
b) Contoh dicampur sehomogen mungkin serta dipisahkan ke dalam dua wadah yang telah disiapkan.
c) Kedua contoh tersebut diawetkan dan mendapatkan perlakuan yang sama selama perjalanan dan preparasi serta analisa laboratorium.
Contoh duplikat
a) Contoh diambil dari titik yang sama pada waktu yang hampir bersamaan.
b) Bila contoh kurang dari lima, contoh duplikat tidak diperlukan.
c) Bila contoh diambil 5 contoh sampai dengan 10 contoh, satu contoh duplikat harus diambil.
d) Bila contoh diambil lebih dari 10 contoh, contoh duplikat adalah 10% per kelompok parameter matrik yang diambil.
Contoh blanko
a) Blanko media
1) Digunakan untuk medeteksi kontaminasi pada media yang digunakan dalam pengambilan contoh (peralatan pengambilan atau wadah).
2) Peralatan pengambilan, sedikitnya satu blanko peralatan harus tersedia untuk setiap dua puluh) contoh per kelompok parameter untuk matrik yang sama.
3) Wadah, salah satu wadah yang akan digunakan diambil secara acak kemudian diisi dengan media bebas analit dan dibawa ke lokasi pengambilan contoh. Blanko tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
b) Blanko perjalanan
1) Blanko digunakan apabila contoh yang diambil bersifat mudah menguap.
2) Sekurang-kurangnya satu blanko perjalanan disiapkan untuk setiap jenis contoh yang mudah menguap.
3) Berupa media bebas analit yang disiapkan di laboratorium.
4) Blanko dibawa ke lokasi pengambilan, ditutup selama pengambilan contoh dan dibawa kembali ke laboratorium.
Pelaporan
Catat pada lembar data jaminan mutu untuk setiap parameter yang diukur dan contoh yang diambil, lembar data parameter yang diukur di lapangan harus memiliki informasi sekurangkurangnya sebagai berikut:
a) Identifikasi contoh.
b) Tanggal.
c) Waktu.
d) Nama Petugas Pengambil Contoh (PPC).
e) Nilai parameter yang diukur di lapangan.
f) Analisa yang diperlukan.
g) Jenis contoh (misalnya contoh, contoh split, duplikat atau blanko).
h) Komentar dan pengamatan.

Jumat, 06 Agustus 2010

Cara Uji TSS secara Gravimetri

Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri.

Dalam rangka menyeragamkan teknik pengujian kualitas air dan air limbah sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air dan Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Pengujian Kualitas air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan, maka dibuatlah Standar Nasional Indonesia SNI 06-6989.3-2004, Air dan air limbah Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri. SNI ini diterapkan untuk pengujian parameter-parameter kualitas air dan air limbah sebagaimana yang tercantum didalam Keputusan Menteri tersebut.

 

Metode ini merupakan hasil revisi dari butir 3.6 pada SNI 06-2413-1991, Metode pengujian kualitas fisika air. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water.

 

Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam contoh uj air dan air limbah secara gravimetri. Metode ini tidak termasuk penentuan bahan yang mengapung, padatan yang mudah menguap dan dekomposisi garam mineral. Padatan tersuspensi total (TSS), adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid

Cara uji dan Prinsip : Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103C sampai dengan 105C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

Bahan

a. Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis:

  1. Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,5 m ( Standar for TSS in water analysis).
  2. Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,0 m ( Standar filter for TSS/TDS testing in sanitary water analysis procedures).
  3. E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161) dengan ukuran pori (Particle Retention)1 , 1 m ( Recommended for use in TSS/TDS testing in water and wastewater).
  4. Saringan dengan ukuran pori 0,45 m.

b. Air suling.

Peralatan

a. desikator yang berisi silika gel;

b. oven, untuk pengoperasian pada suhu 103C sampai dengan 105C;

c. timbangan anal itik dengan ketelitian 0,1 mg;

d. pengaduk magnetik;

e. pipet volum;

f. gelas ukur;

g. cawan aluminium;

h. cawan porselen/cawan Gooch;

i. penjepit;

j. kaca arloji; dan

k. pompa vacum.

Persiapan contoh uji : Gunakan wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara.

Pengawetan contoh : Awetkan contoh uji pada suhu 4C, untuk meminimalkan dekomposisi mikrobiologikal terhadap padatan. Contoh uji sebaiknya disimpan tidak lebih dari 24 jam.

Pengurangan gangguan

a. Pisahkan partikel besar yang mengapung.

b. Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering membentuk kerak dan menjebak air, untuk itu batasi contoh uji agar tidak menghasilkan residu lebih dari 200 mg.

c. Untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut tinggi, bilas residu yang menempel dalam kertas saring untuk memastikan zat yang terlarut telah benar-benar dihilangkan.

d. Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama, sebab untuk mencegah penyumbatan oleh zat koloidal yang terperangkap pada saringan.

Persiapan pengujian

Persiapan kertas saring atau cawan Gooch

  1. Letakkan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang vakum dan wadah pencuci dengan air suling berlebih 20 mL. Lanjutkan penyedotan untuk menghilangkan semua sisa air, matikan vakum, dan hentikan pencucian.
  2. Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah timbang aluminium. Jika digunakan cawan Gooch dapat langsung dikeringkan..
  3. Keringkan dalam oven pada suhu 103C sampai dengan 105C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator kemudian timbang.
  4. Ulangi langkah pada butir c) sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

Prosedur

a. Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan sedikit air suling.

b. Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen.

c. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan pengaduk mag neti k

d. Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan sempurna. Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan pencucian tambahan.

e. Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai penyangga. Jika digunakan cawan Gooch pindahkan cawan dari rangkaian alatnya.

f. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu 103C sampai dengan 105C, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang.

g. Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

CATATAN

Jika filtrasi sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume contoh uji.

Ukur volume contoh uji yang menghasilkan berat kering residu 2,5 mg sampai dengan 200 mg. Jika volume yang disaring tidak memenuhi hasil minimum, perbesar volume contoh uji sampai 1000 mL.

Perhitungan

clip_image001
clip_image002

 

Jaminan mutu

a. Gunakan alat gelas bebas kontaminasi.

b. Gunakan alat ukur yang terkalibrasi.

c. Dikerjakan oleh analis yang kompeten.

d. Lakukan anal isis dalam jangka waktu yang tidak melampaui waktu simpan maksimum 24 jam

Pengendalian mutu

a. Lakukan analisis blanko untuk kontrol kontaminasi.

b. Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis. Perbedaan persen relatif (Relative Percent Different atau RPD) terhadap dua penentuan (replikasi) adalah di bawah 5%, dengan menggunakan persamaan berikut:

RPD = (X1 - X2) X 100 %

clip_image004(X1 + X2) / 2,

dengan pengertian:

X1 adalah kandungan padatan tersuspensi pada penentuan pertama;

X2 adalah kandungan padatan tersuspensi pada penentuan ke dua. Bila nilai RPD lebih besar 5%, penentuan ini harus diulang

Rekomendasi

Cantumkan jenis atau ukuran saringan/pori kertas saring yang digunakan.

Pelaporan

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut.

  1. Parameter yang dianalisis.
  2. Nama analis.
  3. Tanggal analisis.
  4. Nomor contoh uji.
  5. Tanggal penerimaan contoh uji.
  6. Perhitungan.
  7. Hasil pengukuran duplo.
  8. Kadar Padatan Tersuspensi dalam contoh uji.

Senin, 02 Agustus 2010

Cara Uji Daya Hantar Listrik (DHL) Air dan Air Limbah

Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6989.1-2004, Air dan air limbah Bagian 1: Cara uji daya hantar listrik (DHL). SNI ini diterapkan untuk pengujian parameter-parameter kualitas air dan air limbah. Peraturan yang digunakan sebagai dasar adalah Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 1988 tentang Baku Mutu Air dan Nomor 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Pengujian Kualitas air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.

 

SNI ini merupakan hasil revisi dari butir 3.11 pada SNI 06-2413-1991, Metode pengujian kualitas fisika air. SNI ini menggunakan referensi dari metode standar internasional yaitu Standard Methods for the Examination of Water and Waste

Cara uji daya hantar listrik (DHL), merupakan Metode ini meliputi cara uji daya hantar listrik (DHL) air dan air limbah dengan menggunakan alat konduktimeter

Daya hantar listrik dalah kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam jtmhos/cm (jtS/cm). Pada uji ini digunakan larutan baku, yang merupakan larutan yang dibuat dengan melarutkan KCl dengan konsentrasi tertentu.

Cara uji

Prinsip uji DHL, Daya hantar listrik diukur dengan elektroda konduktimeter dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan baku pada suhu 25oC.

Bahan

  1. air suling dengan DHL < 1 jtmhos/cm.
  2. larutan baku kalium klorida, KCl 0,01 M.
  3. Larutkan 0,7456 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 1413 jtmhos/cm.
  4. larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M.
  5. Larutkan 7,4560 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 12900 jtmhos/cm.
  6. larutan baku kalium klorida, KCl 0,5 M.
  7. Larutkan 37,2800 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25oC mempunyai daya hantar listrik 58460 jtmhos/cm.

Peralatan

a. timbangan analitik;

b. konduktimeter;

c. labu ukur 1000 mL;

d. termometer; dan

e. gelas piala 100 mL .

Kalibrasi alat

  1. Cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.
  2. Atur suhu larutan KCl 0,01 M pada 25oC.
  3. Celupkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M.
  4. Tekan tombol kalibrasi.
  5. Atur sampai menunjuk angka 1413 mhos/cm (sesuai dengan instruksi kerja alat).

CATATAN Apabila DHL contoh uji lebih besar dari 1413 mhos/cm, lakukan tahapan pada 3.4

dengan menggunakan larutan baku KCl 0,1 M (DHL = 12900 mhos/cm) atau KCl 0,5 M (DHL = 58460 mhos/cm).

Prosedur

a. Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.

b. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktimeter menunjukkan pembacaan yang tetap.

c. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter dan catat suhu contoh uji.

Jaminan mutu dan pengendalian mutu

Jaminan mutu

a) Gunakan bahan kimia pro analisis (pa).

b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi.

c) Gunakan alat ukur terkalibrasi.

d) Dikerjakan oleh analis yang kompeten.

Pengendalian mutu

a) Lakukan analisis duplo untuk kontrol ketelitian analisis.

b) Jika nilai RPD lebih besar dari 5% lakukan pengukuran ketiga.

c) Rumus Relative Percent Different (RPD):

RPD = (X1-X2) x 100 %
(X1+X2) / 2

dengan Pengertian:

X1= nilai DHL pada pengukuran pertama X2= nilai DHL pada pengukuran kedua

Pelaporan

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut :

1. Parameter yang dianalisis.

2. Nama analis.

3. Tanggal anal isis.

4. Rekaman hasil pengukuran duplo, triplo dan seterusnya.

5. Rekaman kurva kalibrasi atau kromatografi.

6. Nomor contoh uji.

7. Tanggal penerimaan contoh uji.

8. Batas deteksi.

9. Rekaman hasil perhitungan.

10. Hasil pengukuran persen spike matrix atau CRM atau blind sample (bila dilakukan).

11. Kadar DHL dalam contoh uji.