Kata gemuk identik dengan banyak makan. Benarkah? Dari berbagai riset, kegemukan diketahui karena gangguan hormon. Gangguan tersebut bisa karena berlebih ataupun kurang. Karena itu, diet tanpa petunjuk dokter sangat berbahaya bagi kesehatan. Ketahui terlebih dahulu mengapa dan apa sebabnya ada gemuk!
Saat ini, banyak program diet yang menawarkan langsing dengan cepat dalam waktu singkat. Hati-hati dalam memilih program diet. Yang perlu untuk diketahui sebelum melakukan program diet adalah mengapa kita menjadi gemuk. “Tubuh diatur oleh sistem metabolisme dan dipengaruhi oleh kadar hormon di dalam tubuih. Adanya ketidakseimbangan ataupun kekurangan hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat mengakibatkan kegemukan (obesitas). Tidak cukup hanya dengan melakukan diet, latihan dan lain sebagainya. Memang, tubuh akan menjadi langsing. Namun perlu juga pemeriksaan laboratorium yang akurat dalam menjalankan program diet,” jelas dr Yunita Hendy yang praktik di Jalan Limau 1 No. 40 Jakarta Selatan dan Cibubur.
Gemuk adalah hal biasa yang terjadi pada laki-laki atau wanita usia 30, 40, atau lebih. “Ternyata gemuk disebabkan oleh kadar hormon yang kurang atau minimal. Jika pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah kadar hormon kurang atau minimal (sesuai umur), tidak akan pernah didapat berat badan ideal. Apalagi menjurus arah langsing sempurna,” sambungnya.
Kalaupun dilakukan, kemungkinan penurunan berat badan akan terlihat pada awal diet atau latihan. Tapi biasanya tidak bertahan lama. Berat badan dapat naik kembali (yoyo syndrome) atau malah tidak turun sama sekali. Banyak pasien yang ditemui di ruang praktik yang mengonsumsi obat kurus yang dijual di pasaran tanpa petunjuk dokter. Padahal, beresiko dan dapat merusak tubuh, gangguan dehidrasi, kulit berkerut, keriput, pusing, mual-mual, gangguan pencernaan dan bisa sakit,” ungkapnya.
Menurutnya, hal yang perlu disikapi pada saat tubuh mengalami kegemukan (obesitas) adalah evaluasi diri, perhatikan pola makan dan pola kegiatan sehari-hari. Apakah malas bergerak, berolahraga, adakah turunan gemuk dari orangtua dan adakah gangguan hormonal.
Gangguan Hormon
Jika terbentur dengan gangguan hormonal, amati gejala lain pada tubuh seperti perut membuncit, mudah lelah, kurang bergairah, tidak bergairah sama sekali, rambut rontok, cepat pegal, linu, gangguan tidur, kulit kering, keriput dan aktivitas seks yang menurun. Jika tiga atau lebih gejala di atas dirasakan oleh tubuh, kemungkinan tubuh mengalami kekurangan hormon (testoteron, growth hormone),” sambungnya.
Yang perlu dilakukan adalah mendatangkan dokter piawai dalam menangani antiaging, klinik holistic atau wellness. Yang jelas, dokter yang kompeten di bidang ini akan melakukan konsultasi dan pemeriksaan fisik. Kedua, untuk menegakkan diagnose, dokter akan melakukan cek laboratorium yang menggunakan sampel darah berkaitan dengan kadar hormon yang akan di periksa. Ketiga, setelah hasil laboratorium keluar, perencanaan dan pelaksanaan terapi akan dilakukan dan didiskusikan dengan dokter.
Pelaksanaan terapi dapat berupa obat oles hormon, spray hormone ataupun suntik hormon. Jika hasil laboratorium menyatakan pasien mengalami kekurangan jumlah hormon, dilakukan terapi selama 3 bulan pertama dengan hasil laboratorium yang di monitor oleh dokter. Pasien yang akan menjalani terapi hormon harus diberi penanganan yang tepat dan terarah sehingga menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan.
Lantas, seberapa jauh terapi yang dijalankan? Bervariasi tergantung personal masing-masing. Setelah terapi akan terjadi perbaikan dari gejala-gejala yang dikeluhkan seperti kulit yang mengencang, halus dan kegiatan seksual menunjukkan hasil yang memuaskan dan optimal. Tubuh menjadi lebih fit dan awet muda. Dan jangan lupa, tetap menjalankan pola hidup sehat.
Menjadi tua pasti, cantik, pasti tidak ada yang menolak. “Kembali ke tujuan dan treatment ini adalah for better quality of life. Kita harus menyikapi dengan bijaksana bahwa kita akan menua dengan sehat dan terlepas dari penyakit yang menghantui pada usia tua. Ingat, kegemukan dapat mengakibatkan jantung koroner, kolesterol, darah tinggi, osteoporosis dan penyakit-penyakit lainnya,” terangnya.