Blogger templates

Tampilkan postingan dengan label Ilmu Kedokteran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu Kedokteran. Tampilkan semua postingan

Rabu, 18 Juli 2012

Konsep Penyakit Malformasi Anorektal ( MAR )

  class=

Bidan kini tidak lagi terbatas pada penanganan kesehatan reproduksi ibu saja, tetapi ia harus mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat pedesaan untuk terlibat di kesehatan komunitasnya Masyarakat pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan pengawasan kebutuhan gizi, kesehatan lingkungan, penyakit menular dan penanganan akibat bencana. Hal itu disampaikan Direktur Bina Kesehatan Ibu Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Sri Hermiyanti di Jakarta, Kamis (29/3), dalam panel diskusi Pendidikan Kebidanan Berorientasi Komunitas. Acara diskusi ini diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. Menurut Sri, minimal satu tenaga bidan akan ditempatkan di setiap desa di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Desa Siaga. Sehingga, dibutuhkan sekitar 69.957 bidan untuk desa dengan jumlah yang sama. Bidan akan menjadi salah satu komponen Desa Siaga untuk ditempatkan di pos-pos kesehatan desa. Setiap bidan diharapkan akan memiliki dua orang kader untuk mendampinginya di pos kesehatan desa. Sri menambahkan bahwa tenaga bidan hendaknya dilengkapi dengan pengetahuan kepemimpinan dan manajerial untuk menjalankan fungsi pemberdayaan melalui kemitraan tersebut. Ketua YPKP Goelardi menambahkan bahwa bidan-bidan yang mereka latih juga dibekali dengan materi-materi kesadaran gender agar dapat memperhatikan kebutuhan ibu hamil. Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Harni Koesno mengatakan bahwa saat ini ada 30.236 desa yang memiliki bidan. Ini berarti 43,22 persen dari total desa yang membutuhkan bidan. “Di luar angka itu, desanya kosong bidan,” kata Harni. Ia juga menambahkan 50 persen kelahiran di Indonesia masih ditangani oleh bidan dan lima persen oleh dokter. Tetapi, ada 32 persen kelahiran yang masih ditangani oleh dukun bayi. Padahal, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IBI dan IMPACT tentang Penempatan Bidan di Desa 2006 disimpulkan bahwa persalinan yang didampingi oleh bidan atau tenaga kesehatan berpengalaman akan berpengaruh pada rendahnya angka kematian ibu (AKI). Tetapi, penelitian tersebut juga menemukan bahwa bidan di lapangan berhadapan dengan kondisi poliklinik desa yang sangat tidak layak, begitu pula dengan sarana rujukan dan ketersediaan peralatan. Selain itu, Harni mempertanyakan sejauh mana bidan diikutsertakan dalam perencanaan kebijakan tentang kesehatan. “Bidan harus diikutsertakan dalam perencanaan kebijakan,” katanya. Dalam kesempatan terpisah, ahli kesehatan reproduksi dan AIDS Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Roy Tjiong mengatakan bahwa kehadiran tenaga terlatih dalam proses persalinan adalah solusi yang paling efektif dalam upaya menurunkan AKI. “Kehadiran dukun bersalin justru menjauhkan ibu hamil dari sistem rujukan karena semakin banyak orang yang harus dikonsultasikan untuk mengambil keputusan sampai akhirnya terlambat,”

Minggu, 03 Juni 2012

Definisi/Pengertian Effusi Pleura

 Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).
Effusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan Vena pulmonalis. Penimbunan eksudat timbul sekunder dari peradangan  atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening. (Sylvia A Price, 1995 :704 )
Effusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam rongga pleura. Selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah. Effusi pleura bukanlah suatu “disease entity“ tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. (Soeparman , Sarwono Waspadji , 1994 : 786  )
Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa effusi pleura adalah suatu dampak penyakit dari keadaan  terjadinya penumpukan /pengumpulan cairan , pus atau darah  dalam rongga pleura yang dapat berupa transudat dan eksudat. Effusi pleura merupakan suatu tanda atau gejala penyakit yang serius tetapi tidak dengan sendirinya terjadi penyakit, namun dapat mengancam jiwa penderitanya.

Pengertian dan Contoh Makanan Bergizi

1. Pengertian Makanan Bergizi
    Yaitu makanan yang di dalamnya mengandung zat dibutuhkan oleh tubuh.
 2. Guna Makanan Bagi Tubuh
      a. Sumber zat tenaga
          Tenaga untuk bergerak dan untuk beraktifitas
          Contoh : belajar berfikir dan bermain
      b. Sumber zat pembangun
          Untuk tumbuh menjadi besar dan tinggi
      c. Sumber zat pengatur
          Supaya bagian tubuh dapat melaksanakan tugasnya secara baik dan teratur.
 3.  Contoh Makanan Bergizi
      a. Makanan yang mengandung sumber tenaga :
          Contoh : nasi, ubi, kentang, roti, sagu, jagung
      b. makanan yang mengandung sumber pembangun :
          contoh : Tempe, telor, tahu, ayam. Susu, kacang-kacangan, hati, ikan.
      c. makanan yang mengandung sumber pengatur
          contoh : sayur-sayuran: bayam,kangkung, sawi, daun singkong
          buah-buahan : jeruk, mangga, pepaya, anggur, apel, melon.

 4.  Tanda-tanda Kurang Makanan Bergizi
      a. mata berkunang-kunang
      b. pucat
      c. lemah
      d. lesu
      e. gampang ngantuk

5. Akibat Kurang Makanan Bergizi
    a. daya tahan tubuh rendah
    b. mudah mudah terserang penyakit
    c. tidak bisa beraktifitas

Osteomyelitis Kronis

Berasal dari jaringan lunak dengan jarak dekat. Pada osteomyelitis kronis, mikroorganisme menyerang tulang melalui darah. Meluasnya jaringan lunak yang terinfeksi di dekatnya masuk secara langsung. Selain itu bisa juga disebabkan oleh hasil akhir suatu osteomyelitis akut yang tidak terobati secara memadai, infeksi derajat rendah yang disebabkan oleh bakteri dengan virulensi rendah, infeksi bakteri tertentu misalnya : TBC, Escerchia Coli, Pseudomonas, Clebsiela, Salmonella.

a. Gambaran Klinis  :
1) Keluhan nyeri tulang yang kumat-kumatan selama jangka waktu
    panjang.
2) Pemeriksaan sinar-X memperlihatkan adanya kavitas.

b. Tindakan  :
1) Drainage abses dan pengangkatan sequestrum.
2) Pemberian antibiotic jangka panjang.

Kamis, 24 Mei 2012

Atresia Esofagus

 height=

A. Pengertian
Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula).
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).

B. Tanda dan Gejala
1. Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
2. Bila pada bbl Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai terdapat atresia esofagus.
3. Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
4. Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.

C. Klasifikasi
1. Kalasia
Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus(pada persambungan dengan lambung) yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila dibaringkan.
2. Akalasia
Akalasia merupakan kebalikan dari kalasia, pada akalasia bagian distal esophagus tidak dapat membuka dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau atresia. Disebut pula sebagai spasme kardio- esofagus. Penyebab akalasia adalah adanya kartilago trakea yang tumbuh ektopik pada esofagus bagian bawah. Pada pemeriksaan mikroskopis ditemuka jaringa tulang rawan dalam lapisan otot esophagus. Pertolongannya adalah tindakan bedah sebelum dioperasi pemberian minum harus dengan sendok sedikit demi sedikit dengan bayi dalam posisi duduk.

D. Pengobatan
1. Medik
Pengobatan dilakukan dengan operasi.
Pada penderita atresia anus ini dapat diberikan pengobatan sebagai beriikut :
a. Fistula yaitu dengan melakukan kolostomia sementara dan setelah 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus.
b. Eksisi membran anal.
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung ke dalam paru, cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi.

E. Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1. Dismotilitas esophagus. Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus. Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
2. Gastroesofagus refluk. Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
3. Trakeo esogfagus fistula berulang. Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4. Disfagia atau kesulitan menelan. Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5. Kesulitan bernafas dan tersedak. Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6. Batuk kronis. Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7. Meningkatnya infeksi saluran pernafasan. Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.