Blogger templates

Tampilkan postingan dengan label Keperawatan Medikal Bedah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keperawatan Medikal Bedah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 21 Juli 2012

Anatomi Jaringan Lunak Kepala & Tulang Tengkorak

a)      Anatomi Jaringan Lunak Kepala
Jaringan lunak kepala terdiri dari lima lapisan (S-C-A-L-P) yaitu : Skin (S : Kulit), Connective tissue , Aponeurosis Galea (A : fascia) lapisan ini merupakan lapisan terkuat, berupa fascia yang melekat pada tiga otot yaitu ke anterior – m. frontalis , Ke posterior – m. occipitalis, Ke lateral – m. temporoparietalis. Loose areolar tissue (L: jaringan areolar longgar), lapisan ini mengandung vena emissary yang menghubungkan SCALP, vena diploica, dan sinus vena intracranial (mis. Sinus sagitalis superior). Jika terjadi infeksi pada lapisan ini, akan dengan mudah menyebar ke intracranial. Dan Perikranium (P: periosteum), merupakan periosteum yang melapisi tulang tengkorak, melekat erat terutama pada sutura karena melalui sutura ini periosteum akan langsung berhubungan dengan endostium (yang melapisi permukaan dalam tulang tengkorak).

b)     Anatomi tulang Tengkorak
Otak tertutup oleh cranium, tulang-tulang penyusun cranium disebut tengkorak yang berfungsi melindungi organ-organ vital. Ada Sembilan tulang yang membentuk cranium yaitu tulang frontal, oksipital, sphenoid, etmoid, temporal dua buah, parietal dua buah. Tulang-tulang tengkorak dihubungkan oleh sutura. Sedangkan tulang vertebra tersusun atas 34 buah tulang yang melindungi medulla spinalis yaitu 7 vertebra servikal, 5 vertebra lumbal, 12 vertebra torakal, 5 vertebra sakral, 5 vertebra koksigeal.

Rabu, 18 Juli 2012

Konsep Penyakit Malformasi Anorektal ( MAR )

  class=

Bidan kini tidak lagi terbatas pada penanganan kesehatan reproduksi ibu saja, tetapi ia harus mampu menggerakkan dan memberdayakan masyarakat pedesaan untuk terlibat di kesehatan komunitasnya Masyarakat pedesaan harus diposisikan sebagai mitra dalam kegiatan pengawasan kebutuhan gizi, kesehatan lingkungan, penyakit menular dan penanganan akibat bencana. Hal itu disampaikan Direktur Bina Kesehatan Ibu Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Sri Hermiyanti di Jakarta, Kamis (29/3), dalam panel diskusi Pendidikan Kebidanan Berorientasi Komunitas. Acara diskusi ini diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan. Menurut Sri, minimal satu tenaga bidan akan ditempatkan di setiap desa di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Desa Siaga. Sehingga, dibutuhkan sekitar 69.957 bidan untuk desa dengan jumlah yang sama. Bidan akan menjadi salah satu komponen Desa Siaga untuk ditempatkan di pos-pos kesehatan desa. Setiap bidan diharapkan akan memiliki dua orang kader untuk mendampinginya di pos kesehatan desa. Sri menambahkan bahwa tenaga bidan hendaknya dilengkapi dengan pengetahuan kepemimpinan dan manajerial untuk menjalankan fungsi pemberdayaan melalui kemitraan tersebut. Ketua YPKP Goelardi menambahkan bahwa bidan-bidan yang mereka latih juga dibekali dengan materi-materi kesadaran gender agar dapat memperhatikan kebutuhan ibu hamil. Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Harni Koesno mengatakan bahwa saat ini ada 30.236 desa yang memiliki bidan. Ini berarti 43,22 persen dari total desa yang membutuhkan bidan. “Di luar angka itu, desanya kosong bidan,” kata Harni. Ia juga menambahkan 50 persen kelahiran di Indonesia masih ditangani oleh bidan dan lima persen oleh dokter. Tetapi, ada 32 persen kelahiran yang masih ditangani oleh dukun bayi. Padahal, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh IBI dan IMPACT tentang Penempatan Bidan di Desa 2006 disimpulkan bahwa persalinan yang didampingi oleh bidan atau tenaga kesehatan berpengalaman akan berpengaruh pada rendahnya angka kematian ibu (AKI). Tetapi, penelitian tersebut juga menemukan bahwa bidan di lapangan berhadapan dengan kondisi poliklinik desa yang sangat tidak layak, begitu pula dengan sarana rujukan dan ketersediaan peralatan. Selain itu, Harni mempertanyakan sejauh mana bidan diikutsertakan dalam perencanaan kebijakan tentang kesehatan. “Bidan harus diikutsertakan dalam perencanaan kebijakan,” katanya. Dalam kesempatan terpisah, ahli kesehatan reproduksi dan AIDS Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Roy Tjiong mengatakan bahwa kehadiran tenaga terlatih dalam proses persalinan adalah solusi yang paling efektif dalam upaya menurunkan AKI. “Kehadiran dukun bersalin justru menjauhkan ibu hamil dari sistem rujukan karena semakin banyak orang yang harus dikonsultasikan untuk mengambil keputusan sampai akhirnya terlambat,”

Jumat, 13 Juli 2012

KONSEP DASAR KAMAR OPERASI

Pengertian istilah

a.    Instalasi Kamar Operasi

Merupakan bagian integral yang penting dari pelayanan suatu rumah sakit berbentuk suatu unit yang terorganisir dan sangat terintegrasi, dimana didalamnya tersedia sarana dan prasarana penunjang untuk melakukan tindakan pembedahan.
1.       class=
          
Adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan tubuh yang akan ditangani.
c.    Pre Operasi
Fase awal dari perioperatif  yang dimulai sejak mengambil keputusan untuk tindakan pembedahan dibuat sampai pasen dipindahkan ketempat kamar bedah.
d.   Intra Operasi
Fase sejak pasen dipidahkan  ke dan dari kompleks ruang operasi
e.    Post Operasi
Suatu fase akhir dari perioperatif  yang dimulai sejak pasen masuk perawatan PACU (Postoperative Anesthesi Care Unit) sampai pasen sembuh total dari pembedahan.

2.      Filosopi Pembedahan
Pembedahan merupakan bagian dari tahap pengobatan, relatif singkat, sangat penting dan menakutkan.
Dalam melakukan pembedahan harus memiliki visi dan misi demi kepentingan pasen yang dilakukan dengan cara aman.
Visi pembedahan;
a.    Menjadi yang terbaik
b.    Bermutu
c.    Mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi
Misi pembedahan;
a.    Menyembuhkan
b.    Mengurangi penderitaan
c.    Memperbaiki kualitas hidup
Agar pembedahan berlangsung baik dan aman bagi pasen serta personil kamar bedahsangat diperlukan;
a.    Nilai-nilai luhur tata kerja kamar bedah
b.    Etika profesi
c.    Dan rambu-rambu
Pembedahan harus dilakukan sebaik mungkin, pelayanan bermutu merupakan unsur yang sangat diperlukan. Unsur tersebut yaitu;
a.    Effectiness
Pelayanan terbaik “The best possible care”
b.    Efficiency
Biaya yang wajar “Cost effectivnes”
c.    Acceptability
Kepuasan pasenPatien Satispaction”
            Untuk pelayanan yang bermutu  diperlukan :
a.         Kompetensi tim bedah
b.         Kerja sama tim
c.         Manajemen kamar bedah
d.         Bangunan dan peralatan yang mendukung
e.         Komitmen kuat manajemen rumah sakit untuk terselenggaranya pelayanan prima

3.      Ketenagaan
Dalam setiap melakukan pembedahan idealnya tim bedah terdiri dari;
a.    Dokter pembedah (Operator)
b.    Dokter Anesthesi
c.    Perawat kamar bedah; sirkuler, instument (scrub), RNFA (register nurse first Assistance)
d.    Perawat Anesthesi

4.      Tata Ruang Kamar Operasi
Ruang kamar operasi/kamar bedah harus didesain sedemikian rupa sesuai standar demi terselenggaranya pelayanan yang bermutu.
Tata kerja kamar bedah
a.    Faktor penentu
*   Berdasarkan visi dan misi kamar bedah
*   Organisasi, manajemen kamar bedah
*   Desain dan struktutr kamar bedah
*   Peralatan yang memadai
b.    Prisip disinfeksi dan dekontaminasi (Universal Precaution)
*   Perlindungan diri sendiri
*   Perlindungan terhadap pasen
*   Perlindungan terhadap lingkungan
c.    Hal-hal yang harus diperhatikan
*   Teknik aseptik yang benar
*   Peraturan asepsis
*   Kontruksi dan desain kamar bedah
*   Pentingnya hygien dan kesehatan personil
*   Aturan tata kerja umum sewaktu pembedahan
*   Tata cara cuci tangan
*   Mempertahankan keadaan asepsis bedah
Lingkungan kerja dikamar bedah harus menujang keselamatan dan kesehatan kerja dikamar bedah karena;
*   Kamar bedah merupakan lingkungan paling berbahaya/potensial hazards
*   Penggunaan instrumen tajam sering terjadi luka tusuk, goresan dll
*   Resiko terjadinya infeksi cukup tinggi
*   Ruang kerja terbatas
*   Keterbatasan jangkauan penglihatan
*   Paparan dari darah dan gas sering terjadi
*   Tuntutan bekerja cepat
*   Static postur/ergonomi
*   Kecemasan, lelah, frustasi, stress
Strategi keselamatan;
*   Siapkan PPD (perlengkapan perlindungan diri) ekstra; cuci tangan, sarung tangan, masker , baju kerja, pelindung mata dll.
*   Wadah benda tajam disiapkan
*   Perencanaan penanganan benda-benda tajam
*   Pastikan seluruh anggota mengetahui perencanaan tersebut
*   Modifikasi perencanaan saat dibutuhkan
*   Fokuskan cara penggunaan benda-benda tajam
*   Ingatkan anggota tim operasi akan potensi bahaya
*   Melarang orang masuk dalam ruang operasi
*   Hindari percakapan yang tidak perlu
*   Simpan tabung darah seluruh pasen sebelum operasi dalam lab, untuk diperiksa kemungkinan pemaparan HIV
*   Tanda persetujuan untuk tes HIV, bila terjadi dipemaparan harus dilakukan sebelum operasi.

Materi SAP Fraktur

 class=


Pengertian fraktur

Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.

Macam – macam fraktur

Ø  Fraktur tertutup Yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh dan tulang tidak menonjol keluar kulit
Ø  Fraktur terbuka Yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka berpotensi infeksi
·         Grade 1 : Robekan dengan kerusakan kulit otot
·         Grade 2 : Seperti grade 1 dengan memar kulit dan otot
·             Grade 3 : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan   kulit.
Ø  Green Stick Yaitu patah sisi tulang.
Ø  Tranverse yaitu patah melintang.
Ø  Longitudinal yaitu patah memanjang.
Ø  Obelique yaitu garis patah miring.
Ø  Spiral yaitu patah melingkar.

Penatalaksanaan  fraktur
Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobilisasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi tulang yang rusak. Lakukan reposisi (pengembalian tulang yang berubah ke posisi semula) namun hal ini tidak boleh dilakukan secara paksa dan sebaiknya  dilakukan oleh para ahli atau yang sudah biasa melakukannya. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai/ papan dari kedua sisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisinya tetap stabil.


Jenis – jenis fraktur reduction

a.       Manipulasi atau close red Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.
b.      Open reduksi Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan / operasi. Kekurangan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anastesi
c.       Traksi adalah Suatu alat yang berpungsi untuk meluruskan dan memberi ruang antara tulang pada fraktur dengan pemberian beban pada luka fraktur. Ada tiga macam traksi yaitu :
·         Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
·         Skeletal traksi Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk mempertahankan traksi, memutuskan pins (kawat) ke dalam tulang.
·         Maintenance traksi Merupakan lanjutan dari traksi, kekuatan lanjutan dapat diberikan secara langsung pada tulang dengan kawat atau pins. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptik dan usahakan untuk menghentikan pendarahan dengan  dibebat atau ditekan dengan perban atau kain bersih.




                              

Selasa, 10 Juli 2012

Fungsi lobus frontal

Lobus frontal adalah bagian depan belahan otak besar. Daerah anterior pada lobus frontal berhubungan dengan kemampuan berfikir dan konsentrasi. Lobus frontal juga membantu mengendalikan pergerakan otot terlatih, mood, perecanaan masa depan, penentuan target dan prioritas.

bawah ini terdapat gambar tentang letak lobus frontal

                                                   
  Gambar 2.2

                           Area Lobus Frontal



Fungsi lobus frontal

1)            Presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah, lengan, tungkai, batang, bertangggung jawab untuk aktivitas motorik volunteer.

2)            Area broca’s merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominant

3)            Suplementari motor area untuk gerakan kotralateral kepala dan lirikan mata

4)            Area prefrontal merupakan pusat control inhibisi untuk miksi dan defekasi (Sloane E, 2004:169).
 http://www.toko-alkes.com/

Minggu, 01 Juli 2012

Konsep Dasar Penyakit Ensefalitis


 
1. Konsep Dasar Penyakit Ensefalitis
a.      Pengertian
          Ensefalitis menurut Mansjoer dkk,(2000) adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa. Sedangakan meurut Soedarmo dkk,(2008) Ensefalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat di medula spinalis dan meningen yang di sebabkan oleh japanese ensefalitis virus yang ditularkan oleh nyamuk.
          Dari dua pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa ensefalit adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus dan menularkan penyakit tersebut melalui vektor nyamuk, sehingga akan tejadi gangguan di susunan syaraf pusat.
b.      Klasifikasi
Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:
1)   Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang biakan virus ekstraneural yang hebat
2)   Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak lambat dan kerusakan otak ringan
3)   Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hmpir tidak adanya viremia, sangat terbatasnya replikasi ekstraneural
4)   Infeksi persisten.
Meskipun Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus encephalitis tetapi baru     Japanese B encepalitis yang ditemukan (Soedarmo dkk,2008).

c.       Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan
a) Pengertian
Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja otot.

b) Sel sel pada sistem syaraf
1)    Neuron
Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ). Maka, Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan schwann ( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel – sel schwann. Kemudian mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit adalah Perpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.
2)    Neuroglial
                 Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem.



3)    Sistam komunikasi sel
                 Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya.

c) Sistem Syaraf Pusat
1)    Perkembangan Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal,yaitu:
a)    Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus, serta hipotalamus. Fungsinya menerima dan mengintegrasikan informasi mengenai kesadaran dan emosi.
b)   Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubungan dengan penglihatan dan pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum, krus serebrium, korpus kuadriigeminus.
c)    Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan tersusun dari lapisan fiber ( berserat ) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan pernafasan. Otak belakang ini menjadi :
Pons vorali, membantu meneruskan informasi. Medula oblongata, mengendalikan fungsi otomatis organ dalam( internal ). Serebelum, mengkoordinasikan pergerakan dasar.
2)    Pelindung Otak
(a) Kulit kepala dan rambut
(b) Tulang tengkorak dan columna vetebral
(c) Meningen ( selaput otak )
3)    Bagian – bagian Otak
a)    Hemifer cerebral ( otak besar )di bagi menjadi 4     lobus, yaitu :
(1) Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk proses berfikir
(2) Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur.
(3) Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata.
(4) Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi dari telinga.
Area khusus otak besar (cerebrum ) adalah :
Somatic sensory area yang menerima impuls dari reseptor sensory tubuh. Primary motor area yang mengirim impuls ke otot skeletal broca’s area yang terliabat dalam kemampuan bicara.
b)   Cerebelum ( otak kecil )
Fungsi cerebelum mengmbalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap :
(1)Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh,
(2)Terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.
Ada tiga jens kelompok syaraf yang di bentuk oleh syaraf cerebrospinalis yaitu:
(a)Syaraf sensorik, ( syaraf afferen ), yaitu membawa impuls dari otak dan medulla spinalis ke perifer.
(b) Syaraf motorik ( syaraf efferen ), menghantarkan impuls dari otak dan medulla spinalis ke perifer.
(c)Syaraf campuran, yang mengandung serabut motorik dan sensorik, sehingga dapat mengantar impuls dalam dua jurusan.
4)    Medulla Spinallis
Disebut juga sumsum tulang belakang. Yang terlindung di dalam tulang belakang dan berfungsi untuk mengadakan komunikasi anatara otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting, heart rate contol atau denyut jantung, pengaturan tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah.

d) Susunan Syaraf Perifer
Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS. Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :
1)    Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja
2)    Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.Menurut fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu:
(a) Susunan syaraf simpatis
(b) Susunan syaraf para simpatis( Setiadi,2007).

d.      Etiologi
Berbagai macam organisme dapat menimbulkan Encephalitis, misalnya ozoa, cacing, jamur, spirokaeta, dan virus. Penyebab yang tersering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Encephalitis juga dapat diakibatkan oleh invasi langsung cairan serebrospinal selama pungsi lumbal.
Berbagai jenis virus dapat menimbulkan Encephalitis, meskipun gejala klinisnya sama. Sesuai dengan jenis virus serta epidemiologinya, diketahui berbagai macam Encephalitis virus. Menurut Soedarmo dkk,(2008) bahwa virus Ensefalitis berkembang biak dari sel hidup yaitu di dalam nukleus dan sitoplasma seperti babi, kuda, gigitan nyamuk,dan lain lain.

e.       Patofisiologi
Setelah nyamuk menggigit manusia yang rentan, virus menuju sistem getah bening sekitar tempat gigitan nyamuk (kelenjar regional) dan berkembang biak, kemudian masuk ke peredaran darah dan menimbulkan viremia pertama. Melalui aliran darah virus menyebar ke organ tubuh seperti susunan syaraf pusat dan organ eksterneural. Kemudian virus di lepaskan dan masuk ke dalam peredaran darah menyebabkan virema kedua yang bersamaan dengan penyebaran infeksi di jaringan dan menimbulkan gejala penyakit sistemik.
            Bagaimana cara virus masuk menembus sawar otak tidak diketahui dengan pasti, namun diduga setelah terjadinya viremia virus menembus dan berkembng biak pada endotel vaskular dengan cara endositosis, sehingga dapat menembus sawar darah otak. Setelah mencapai susunan saraf pusat, virus berkembang biak di dalam sel dengan cepat pada retikulum endoplasma yang kasar serta badan golgi dan setelah itu menghancurkannya. Akibat infeksi virus tersebut maka permeabelitas sel neuron, glia dan endotel meningkat, mengakibatkan cairan di luar sel masuk ke dalam sel dan timbullah edema sistoksik. Adanya edema dan kerusakan susunan saraf pusat ini memeberikan memberikan manifestasi klinis berupa ensefalitis. Area otak yang terkena dapat pada thalamus, ganglia basal, batang otak, hipokampus, dan krteks selebra (Soedarmo dkk,2008).

f.       Manifestasi Klinis
Gejala klinisnya adalah :
a)    Terjadi peningkatan tekanan intarakraniaum,berupa nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan muntah.
b)   Terjadi demam akibat infeksi
c)    Fotofobia (respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi saraf – saraf  kranial
d)   Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan gerakan- gerakan abnormal (Corwin, 2001).

g.      Penatalaksanaan
1.   Pemeriksaan penunjang
1)   Pemeriksaan cairan serebrospinal
Warna jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50- 2000 sel. Dimana sel limfosit merupakan sel yang dominan, protein agak meningkat, sedangkan glukosa dalam batas normal.
2)   Pemeriksaan EEG
Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse “Bilateral” dengan aktivitas rendah.
3)   Pemeriksaan virus
Ditemukan virus pada CNS. Didapatkan kenaikan titer antibodi yang spesifik terhadap virus penyebab.
2.   Pengobatan pada encephalitis dilakukan dalam 2 cara, yaitu:
1)   Pengobatan penyebabnya adalah:
Diberikan apabila jenis virus diketahui.Herpes encephalitis: adenosine arabinose 15mg/kgBB/hari selama 5 hari.
2)   Pengobatan suportif adalah :
Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah pengobatan non spesifik yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Pengobatannya antara lain:
(a) ABC ( Airway, Breathing, Circulation) harus dapat dipertahankan sebaik- baiknya.
(b) Pemberian makanan secara adekuat baik secara interal maupun parenteral dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan vitamin.
(c) Obat- obatan yang lain apabila diperlukan harus diberikan agar keadaan umum penderita tidak bertambah jelek,Misalnya:
Hiperpireksia, diberikan:  antipiretik paracetamol 10 mg/ kgBB/ X,kompres dingin. Kejang, diberikan: Diazepam 0,3- 0,5mg/kgBB/X diikuti dengan oemberian, Fenitoin 2 mg/ kgBB/ X untuk rumatan. Edema otak, diberikan: steroid: dexametasone 0,5 mg/ kgBB/ X dilanjutkan dengan dosis 0,1 mg /kg BB/ X tiap 6 jam, Monitol dosis 1-2 gr/ kgBB selama ± 15 menit diulangi 8- 12 jam apabila diperlukan.
3.   Perawatannya, yaitu :
Mata: cegah adanya exposure keratitis dengan pemberian BWC atau salep antibiotika. Cegah decubitus: dengan merubah posisi penderita tiap 2 jam. Penderita dengan gangguan menelan dan akumulasi sekret lakukan postural drainage dan aspirasi mekanis ( Soedarmo dkk,2008 ).

h.      Komplikasi
Kompikasi yang terjadi pada ensefalitis adalah : (1) pasien dapat mengalami ketidakmampuan permanen, kerusakan otak atau meninggal akibat ensefalitis, (2) dapat timbul kejang ( Corwin, 2001 ).

i.        Pemeriksaan Laboraturium dan Diagnostik
1)   Dilakukan pegambilan CSS untuk pemeriksaan sel darah putih dan sensitivitas mikro-organisme. Glukosa dan protein dalam CSS.
2)   Dapat digunakan CT scan atau MRI untuk mengevaluasi drajat pembengkakan dan tempat nekrosis ( Corwin, 2001).


DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dr. Soetjiningsih, SPAK. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Dongoes, E. Marilyn,(2000) Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.ISBN
Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu
Johnson ,Morrison, (2000). Nursing Outcome Classification.Mosby Year Book
Philadelphia.
Mc. Closkey, Joanne, (2004) Nursing Intervention Classification Mosby Year
Book Philadelphia.
Joyce, E. (2009). Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC
NANDA, (2005). Nursing Diagnose:Definition and Classification. NANDA
international.
Nursalam, et al.(2007). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta: EGC.
Mansjoer, et al.(2001).Kapita Selekta Kedokteran Volume 1Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Wong, D, et al.(2008).Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 volume
2.Jakarta:EGC
Wong, D.(2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC
Soedarmo,et al.(2008).Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Ilmu Kesehatan Anak FKUI
Rd. Arry yulianita, D.(2007). Buku Saku Keperawatan. Bandung:
Yusi Sofiyah.(2007).Cat Kuliah Anak.  Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sylvia. A Price.(1995). Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Effendy, N.(1998). Dasar – dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC.
 http://toko-alkes.com/