Blogger templates

Minggu, 01 November 2009

Tips Bertanya untuk Fasilitator

Kemampuan Bertanya Menentukan Kualitas Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
Kecenderngan saat ini berbagai program pembangunan sangat mementingkan pendekatan partisipatif, atau dalam terminologi lain menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Banyak teori dan teknik pemberdayaan masyarakat dipergunakan oleh banyak fasilitator yang berbeda, namun prinsip yang digunakan adalah menempatkan masyarakat sasaran sebagai subyek. Berdasarkan prinsip itu kemudian dikembangkan berbagai teknik dan metode dengan berbagai nama dan jenis pendekatan, salah satu diantaranya pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Pendekatan partisipatif dan teknik pemberdayaan masyarakat, dengan menempatkan sasaran sebagai subyek, maka yang sangat diperlukan fasilitator adalah kemampuan menggali potensi diri sasaran. Berbagai alat / tool dipergunakan untuk memancing keterlibatan sasaran dalam program. Namun yang terpenting dimiliki fasilitator adalah kemampuan bertanya (bukan kemampuan menjawab), sehingga sasaran dapat dipastikan ikut merasa terlibat. Berikut ini salah satu teknik bertanya yang sebaiknya diketahui fasilitator. (Thanks for Bli Oke atas artikel terkait).
Cara pandang Anda tidak akan membantu mereka!
Salah satu kesalahan terbesar seorang fasilitator adalah memaksakan gagasannya sendiri pada kelompok yang sedang mencari jalan keluar dari satu masalah. Ini sering terjadi karena si fasilitator mempunyai lebih banyak pengalaman dibandingkan dengan anggota kelompok dan mungkin sudah melihat situasi serupa ditempat lain dimasa lampau. Seorang fasilitator selalu menghadapi godaan untuk mendesak kelompok agar mengikuti cara pandang si fasilitator.
Fasilitator harus menyadari bahwa dalam banyak situasi kita bekerja dengan peserta-peserta yang sudah berpengalaman, dan karena itu kita harus mengesampingkan pandangan atau cara pandang kita sendiri dan tetap netral dalam membantu mereka.
Process Fasilitasi
Bagaimana pertanyaan-pertanyaan fasilitator dapat membantu kelompok menganalisis masalah mereka sendiri.
Kalau sebagai fasilitator kita tidak boleh memberikan jawaban kita sendiri terhadap masalah sebuah kelompok, bagaimana kita bisa membantu mereka? Sebagai satu titik awal, kita bisa menggunakan beberapa pertanyaan untuk merinci lebih jauh masalah yang sedang dibahas dan secara perlahan mendorong kelompok untuk menganalisis masalah itu.
Kombinasi pertanyaan-pertanyaan terbuka secara sekuensi seperti yang digambarkan dalam model tehnik bertanya bisa membantu kita. Pastikan bahwa ketika bertanya Anda tidak memasukkan gagasan Anda sendiri dalam pertanyaan itu. Misalnya, Apakah anda pernah mencoba ? atau Menurut saya, menggunakan pupuk itu cara terbaik. Bagaimana menurut Anda ?.
Enam Pertanyaan pembantu: Siapa, Kapan, Dimana, Apa, Bagaimana, Mengapa dapat juga dilihat dengan cara lain sebagaimana digambarkan pada model di atas. Pertanyaan pembantu dapat membantu Anda mencari berbagai jenis informasi dan mendorong terciptanya pemahaman bersama antar anggota kelompok dengan cara yang berbeda-beda. Pertanyaan Mengapa merupakan pertanyaan paling intens karena menggali apa yang menjadi nilai atau keyakinan kita dan jawabannya bisa jadi sangat personal sifatnya. Meskipun sangat penting bagi anggota kelompok untuk memahami nilai-nilai dan keyakinan sesama anggotanya, kadang-kadangclip_image002[7]
pertanyaan mengapa bisa dipandang sebagai agresif atau depensif. Sebagai seorang fasilitator, Anda harus sadar tentang kapan menggunakan pertanyaan mengapa. Anda masih bisa mendorong terjadinya sharing nilai atau keyakinan dengan menggunakan model segitiga untuk bertanya. Misalnya, daripada langsung bertanya, mengapa Anda bisa bertanya, Apa yang mendorong Anda untuk berpendapat seperti itu? Atau Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu?
Kiat Menciptakan Pertanyaan yang Indah
Latar Belakang
Apa yang sudah Anda persiapkan untuk ?
Apa yang sudah pernah Anda coba selama ini?
Bisakah Anda ingat bagaimana hal itu terjadi?
Apa yang membuat Anda melakukan semua ini?
Identifikasi Masalah
Apa yang Anda lihat sebagai masalah?
Apa yang Anda lihat sebagai hambatan utama?
Apa paling membuat Anda khwatir terhadap?
Apa yang Anda pertimbangkan sebagai kesulitan utama?
Mencari Contoh
Bisa Anda memberikan sebuah contoh?
Apa contohnya?
Seperti apa, semisal?
Bisakah Anda memberikan gambarannya?
Penggambaran (Deskripsi)
Seperti apa, coba gambarkan?
Ceritakan saya tentang hal itu?
Apa yang terjadi?
Bisa Anda ceritakan dengan bahasa Anda sendiri?
Penilaian
Bagaimana perasaan Anda tentang hal ini?
Bagaiman Anda menilai hal itu?
Apa yang membuat hal ini seperti ini?
Apa yang menurut Anda terbaiuk dari hal itu?
Klarifikasi (Meminta Kejelasan)
Bagaimana pendapat Anda jika hal ini Anda anggap tidak masuk akal?
Apa yang membuat Anda bingung, bisa dijelaskan?
Bisakah Anda jelaskan Apa yang Anda maksud dengan?
Apa maksudnya?
Alternatif
Apa ada kemungkinan lain?
Jika Anda memiliki pilihan Apa yang akan Anda lakukan?
Apa jawaban yang paling mungkin?
Apa yang akan terjadi jika Anda lakukan dan Anda tidak lakukan hal itu?
Explorasi (Penggalian)
Bagaimana jika Anda menjelaskan lebih lanjut hal itu?
Apa ada sisi pandang lain untuk menjelaskan hal itu?
Apa reaksi Anda terhadap hal ini?

Pendalaman
Bisa Anda ceritakan lebih lanjut?
Apalagi?
Adakah hal lain yang ingin Anda tambahkan?
Apa yang bisa Anda lakukan dalam kasus yang seperti ini?
Gagasan apa lagi yang Anda miliki?
Perencanaan
Bagaimana Anda memperbaiki situasi ini?
Apa yang Anda rencanakan untuk mengatasi hal itu?
Apa yang Anda lakukan dalam kasus yang seperti itu?
Apa rencana yang Anda butuhkan untuk melakukan hal itu?
Prediksi dan Hasil
Apa yang Anda pikirkan akan bisa berhasil?
Apa yang pasti memiliki dampak besar?
Apa yang terjadi jika hal ini dilakukan atau hal ini tidak dilakukan?
Apa alur pikir dari kegiatan ini?
Alasan
Apa alasan Anda memilih langkah ini?
Bagaimana Anda menjelaskan hal ini?
Mengapa Anda begitu yakin dengan kegiatan ini?

Kegagalan
Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak berhasil?
Apa yang akan terjadi jika hal ini tidak bekerja?
Bagaimana hal ini bisa berbeda dengan gagasan awal?
Apa ada rencana baru?
Relasi
Bagaimana hal ini cocok dengan perencanaan Anda?
Bagaimana hal ini berpengaruh pada kerjaan Anda?
Bagimana hubungan antara dua perencanaan yang berbeda?
Evaluasi
Apakah hal ini baik, buruk atau sedang-sedang saja?
Sesuai denga ukuran Anda, apakah kegiatan berhasil?

Selasa, 27 Oktober 2009

Penyakit Berbasis Lingkungan

Panduan untuk Konseling dan Intervensi pada Program Klinik Sanitasi Puskesmas

HL Blum, seorang pakar yang selama ini selalu menjadi rujukan dan suhu Kesehatan masyarakat, melalui teorinya, berpendapat bahwa Kesehatan lingkungan dan perilaku manusia merupakan dua faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap status Kesehatan masyarakat. Komponen perilaku dan komponen Kesehatan lingkungan ini merupakan dua faktor yang paling memungkinkan untuk diintervensi, sehingga telah menjadi kiblat berbagai tindakan promotif dan preventif pada mayoritas masalah penyakit dan masalah Kesehatan.

Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan Kesehatan masyarakat di Indonesia. ISPA dan diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia, selain Malaria, Demam Berdarah Dengue ( DBD ), Filariasis, TB Paru, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.

Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antra lain Penyakit disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana transportaasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan

Artikel berikut akan memaparkan sekilas informasi yang terkait penyakit berbasis lingkungan (dari berbagai sumber). Bagi Sanitarian informasi ini selain dapat menambah pengetahuan, juga dapat diimplementasikan dalam melakukan konseling dan intervensi pada program Klinik Sanitasi Puskesmas.

Pengertian Penyakit merupakan suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi dan /atau morfologi suatu organ dan/atau jar tubuh. (Achmadi05). Sedangkan pengertian Lingkungan adalah segala sesuatu yg ada disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yg terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut. (Sumirat96). Penyakit Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.

BAB SembaranganUntuk dapat melakukan upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, sangat penting kita ketahui karakteristik penyakit dan patogenesis suatu penyakit. Berdasarkan alur patogenesis tersebut, penyakit berbasis lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut :


rainbowDIARE

Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut mulas, meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang encer. Tanda-tanda Diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta tergantung pada jenis penyebab diare.

Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di antaranya adalah Cyclospora cayetanensis, total koliform (E. coli, E. aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter aerogenes), kolera, shigellosis, salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis campylobacter, golongan virus dan  patogen perut lainnya.

Penularannya bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak langsung (lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic E. coli), ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu, makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme patogen, sehingga menjaga makanan kita tetap berseih harus diutamakan.

Cara Penularan melalui :
  • Makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja, karena buang air besar (BAB) tidak di jamban.
  • Air minum yang mengandung E. Coli yang tidak direbus sampai mendidih.
  • Air sungai yang tercemar bakteri E.coli karena orang diare buang air besar di sungai digunakan untuk mencuci bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dan lain-lain.
  • Tangan yang terkontaminasi dengan bakteri E.coli (sesudah BAB tidak mencuci tangan dengan sabun)
  • Makanan yang dihinggapi lalat pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan oleh manusia.
Cara pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
Penyediaan air tidak memenuhi syaratSumur Gali Resiko Tinggi
  1. Gunakan air dari sumber terlindung
  2. Pelihara dan tutup sarana agar terhindar dari pencemaran
Pembuangan kotoran tidak saniter
  1. Buang air besar di jamban
  2. Buang tinja bayi di jamban
  3. Apabila belum punya jamban harus membuatnya baik sendiri maupun berkelompok dengan tetangga.
Perilaku tidak higienis
  1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makanan
  2. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar
  3. Minum air putih yang sudah dimasak
  4. Menutup makanan dengan tudung saji
  5. Cuci alat makan dengan air bersih
  6. Jangan makan jajanan yang kurang bersih
  7. Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih
Sedangkan intervensi pada faktor lingkungan dapat dilakukan antra lain melalui :
  1. Perbaikan sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor secara langsung.
  2. Perbaikan sanitasi dapat diharapkan mampu mengurangi tempat perindukan lalat. Cara yang bisa diambil di antaranya adalah menjaga kebersihan kandang hewan, buang air besar di jamban yang sehat, pengelolaan sampah yang baik, dan sebagainya.
Keberadaan lalat sangat berperan dalam penyebaran penyakit diare, karena lalat dapat berperan sebagai reservoir. Lalat biasanya berkembang biak di tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran hewan, tumbuh-tumbuhan yang membusuk, dan permukaan air kotor yang terbuka. Pada waktu hinggap, lalat mengeluarkan ludah dan tinja yang membentuk titik hitam. tanda-tanda ini merupakan hal yang penting untuk mengenal tempat lalat istirahat. Pada siang hari lalat tidak makan tetapi beristirahat di lantai dinding, langit-langit, rumput-rumput, dan tempat yang sejuk. Juga menyukai tempat yang berdekatan dengan makanan dan tempat berbiaknya, serta terlindung dari angin dan matahari yang terik. Di dalam rumah, lalat istirahat pada pinggiran tempat makanan, kawat listik dan tidak aktif pada malam hari. Tempat hinggap lalat biasanya pada ketinggian tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pemberantasan lalat dapat dilakukan dengan 3 cara, fisik (misalnya penggunaan air curtain), kimia (dengan pestisida), dan biologi (sejenis semut kecil berwana hitam  Phiedoloqelon affinis untuk mengurangi populasi lalat rumah di tempat-tempat sampah). Lingkungan yang tidak higienis akan mengundang lalat. Padahal lalat dapat memindahkan mikroorganisme patogen dari tinja penderita ke makanan atau minuman.

rainbowISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Aku/ISPA dapat meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah, merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru .

Genteng Kaca Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Akan tetapi, anak yang menderita pneumoni bila tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Di Dinkes/Puskesmas, Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan, yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penumonia disebabkan oleh bahaya biologis, yaitu Streptococcus pneumoniae.

Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

Sumber penyakit ini adalah manusia. Pneumococci umum ditemukan pada saluran pernafasan bagian atas dari orang yang sehat di seluruh dunia. Sedangkan Agen ditularkan ke manusia lewat udara melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi discharge saluran pernafasan. Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, tetapi penularan melalui kontak sesaat jarang terjadi.

Manusia yang berada dalam lingkungan yang kumuh dan lembab memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit ini (intervensi dengan pemberian genting kaca dan ventilasi padan rumah sering sangat efektif untuk mengatasi penyakit ini). Setelah terpajan agen, penderita dapat sembuh atau sakit. Seperti yang diterangkan sebelumnya, untuk agen virus penderita (misalnya flu) sebenarnya tidak perlu mendapatkan perlakuan khusus. Cukup dijaga kondisi fisiknya. Penderita yang positif ISPA adalah mereka yang ditandai dengan serangan mendadak dengan demam menggigil, nyeri pleural, dyspnea, tachypnea, batuk produktif dengan dahak kemerahan serta lekositosis. Serangan ini biasanya tidak begitu mendadak, khususnya pada orang tua dan hasil foto toraks mungkin memberi gambaran awal adanya pneumonia. Pada bayi dan anak kecil, demam, muntah dan kejang dapat merupakan gejala awal penyakit. Diagnosa etiologis secara dini sangat penting untuk mengarahkan pemberian terapi spesifik. Diagnosa pneumoni pneumokokus dapat diduga apabila ditemukannya diplococci gram positif pada sputum bersamaan dengan ditemukannya lekosit polymorphonuclear. Diagnosa dapat dipastikan dengan isolasi pneumococci dari spesimen darah atau sekret yang diambil dari saluran pernafasan bagian bawah orang dewasa yang diperoleh dengan aspirasi percutaneous transtracheal. 

Secara sederhana penyakit ISPA mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Penyebab Penyakit :
  • Bakteri streptococcus pneumonia (pneumococci)
  • Hemophilus influenzae
  • Asap dapur
  • Sirkulasi udara yang tidak sehat
Sedangkan tempat berkembang biak saluran pernafasan, dengan cara penularan melalui udara (aerogen) berupa kontak langsung melalui mulut penderita serta cara tidak langsung melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri karena penderita batuk.
Cara Pencegahan : Cara efektif mencegah penyakit ISPA (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :

Tingkat hunian rumah padat
  1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sma dengan 8m2/jiwaq
  2. Plesterisasi lantai rumah 
Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat
  1. Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
  2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
  3. Menambah ventilasi buatan
Perilaku
  1. Tidak membawa anak/bayi saat memasak di dapur
  2. Menutup mulut bila batuk
  3. Membuang ludah pada tempatnya
  4. Tidak menggunakan obat anti nyamuk bakar
  5. Tidur sementara terpisah dari penderita


rainbowTUBERCULOSIS

Tuberculosis (TBC) adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dengan penyebab penyakit adalah kuman / bakteri mikrobakterium tuberkulosis. Tempat berkembang biak penyakit adalah di paru-paru. Ventilasi dan Jendela
Cara penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai berikut :
  • Penderita TBC berbicara, meludah, batuk, dan bersin, maka kuman-kuman TBC yang berada di paru-paru menyebar ke udara terhirup oleh orang lain.
  • Kuman TBC terhirup oleh orang lain yang berada di dekaqt penderita.
Cara Pencegahan : Cara efektif mencegah penyakit TBC (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :
Tingkat hunian rumah padat
  1. Satu kamar dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sma dengan 8m2/jiwaq
  2. Lantai rumah disemen
Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat
  1. Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi
  2. Selalu membuka pintu/jendela terutama pagi hari
  3. Menambah ventilasi buatan
Perilaku
  1. Menutup mulut bila batuk
  2. Membuang ludah pada tempatnya
  3. Jemur peralatan dapur
  4. Jaga kebersihan diri
  5. Istirahat yang cukup
  6. Makan makan bergizi
  7. Tidur terpisah dari penderita

rainbowDEMAM BERDARAH DENGUE
Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Sedangkan tempat berkembang biak dapat didalam maupun diluar rumah, terutama pada tempat-tempat yang dapat menampung air bersih seperti :
  1. Di dalam rumah / diluar rumah untuk keperluan sehari-hari seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, bak mandi/WC/ dan lain-lain
  2. Bukan untuk keperluan sehari-hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semen, kaleng bekas yang berisi air bersih, dll
  3. Alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung air hujan, dll
Cara penularan
  1. Seseaorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan merupakan sumber penyakit.
  2. Bila digigit nyamuk virus terhisap masuk kedalam lambung nyamuk, berkembang biak, masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu minggu didalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan menularkan virus dengue.
  3. Virus dengue tetap berada dalam tubuh nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang lain, dan seterusnya.
Cara Pencegahan Cara efektif mencegah penyakit Demam Berdarah (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :Aedes_Aegypti2
Lingkungan rumah / ventilasi kurang baik :
  1. Menutup tempat penampungan air
  2. Menguras bak mandi 1 minggu sekali
  3. Memasang kawat kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan
  4. Membuka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab
Lingkungan sekitar rumah tidak terawat
  1. Seminggu sekali mengganti air tempat minum burung dan vas bunga
  2. Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
  3. Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras atau memelihara ikan pemakan jentik
Perilaku tidak sehat
  1. Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan

rainbowKECACINGAN
Penyakit kecacingan biasanya menyerang anak-anak dan disebabkan oleh Cacing Gelang, Cacing Tambang dan Cacing Kremi.
  1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) berkembang biak di dalam perut manusia dan di tinja. Telur cacing dapat masuk kedalam mulut melalui makanan yang tercemar atau tangan yang tercemar dengan telur cacing. Telur Cacing menetas menjadi cacing didalam perut, selanjutnya keluar bersama-sama tinja.
  2. Kecacingan yang disebabkan karena Cacing Kremi (Enterobius vermicularis). Tempat berkembang biak jenis cacing ini di perut manusia dan tinja, dengan cara penularan menelan telur cacing yang telah dibuahi, dapat melalui debu, makanan atau jari tangan (kuku).
  3. Penyakit kecacingan lain, disebabkan oleh Cacing tambang (Ankylostomiasis Duodenale). Jenis cacing ini mempunyai tempat berkembang biak Perut manusia dan tinja. Cara Penularan dimulai ketika telur dalam tinja di tanah yang lembab atau lumpur menetas menjadi larva. Kemudian larva tersebut masuk melalui kulit, biasanya pada telapak kaki. Pada saat kita menggaruk anus, telur masuk kedalam kuku, jatuh ke sprei atau alas tidur dan terhirup mulut. Telur dapat juga terhirup melaui debu yang ada di udara. atau dengan reinfeksi (telur larva masuk anus lagi)
Cara efektif mencegah penyakit Kecacingan (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagai berikut :
Pembuangan Kotoran Tidak Saniter
  1. Buang air besar hanya di jamban
  2. Lubang WC/jamban ditutup
  3. Bila belum punya, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok dengan tetangga
  4. Plesterisasi lantai rumah
Pengelolaan makanan tidak saniter
  1. Cuci sayuran dan buanh-buahan yang akan dimakan dengan air bersih
  2. Masak makanan sampai benar-benar matang
  3. Menutup makanan pakai tudung saji
Perilaku Tidak Hygienis
  1. Cuci tangan pakai sabun sebelum makan
  2. Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar
  3. Gunakan selalu alas kaki
  4. Potong pendek kuku
  5. Tidak gunakan tinja segar untuk pupuk tanaman

rainbowPENYAKIT KULIT
Penyakit kulit biasa dikenal dengan nama kudis, skabies, gudik, budugen. Penyebab penyakit kulit ini adalah tungau atau sejenis kutu yang yang sangat kecil yang bernama sorcoptes scabies. Tungau ini berkembang biak dengan cara menembus lapisan tanduk kulit kita dan membuat terowongan di bawah kulit sambil bertelur.
Cara penularan penyakit ini dengan cara kontak langsung atau melalui peralatan seperti baju, handuk, sprei, tikar, bantal, dan lain-lain. Sedangkan cara pencegahan penyakit ini dengan cara antara lain :
  • Menjaga kebersihan diri, mandi dengan air bersih minimal 2 kali sehari dengan sabun, serta hindari kebiasaan tukar menukar baju dan handuk
  • Menjaga kebersihan lingkungan, serta biasakan selalu membuka jendela agar sinar matahari masuk.
Cara efektif mencegah penyakit kulit (berdasarkan faktor penyebab penyakit), sebagao berikut :
Penyediaan air tidak memenuhi syarat
  1. Gunakan air dari sumber yang terlindung
  2. Pelihara dan jaga agar sarana air terhindar dari pencemaran
Kesehatan perorangan jelek
  1. Cuci tangan pakai sabun
  2. Mandi 2 kali sehari pakai sabun
  3. Potong pendek kuku jari tangan
Perilaku tidak hygienis
  1. Peralatan tidur dijemur
  2. Tidak menggunakan handuk dan sisir secara bersamaan
  3. Sering mengganti pakaian
  4. Pakaian sering dicuci
  5. Buang air besar di jamban
  6. Istirahat yang cukup
  7. Makan makanan bergizi


rainbowKERACUNANA MAKANAN
Cara efektif mencegah Keracunan Makanan, berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai berikut :

Makanan rusak atau kadaluwarsa
  1. Pilih bahan makanan yang baik dan utuh
  2. Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan
Pengolahan Makanan tidak Akurat
  1. Memasak dengan matang dan panas yang cukup
  2. Makan makanan dalam akeadaan panas/hangat
  3. Panaskan makanan bila akan dimakan
Lingkungan tidak bersih / higienis
  1. Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah
  2. Simpan makanan pada tempat yang tertutup
  3. Kandang ternak jauh dari rumah
  4. Tempat sampah tertutup
Perilaku tidak higienis
  1. Cuci tangan sebelum makan atau menyiapkan makan
  2. Cuci tangan pakai sabun sesudah BAB
  3. Bila sedang sakit jangan menjamah makanan atau pakailah tutup mulut.


rainbowPENYAKIT MALARIA
Cara efektif mencegah Penyakit Malaria, berdasarkan faktor penyebab penyakit, sebagai berikut :

Lingkungan rumah /ventilasi kurang baik
  1. Memasang kawat kasa pada ventilasi /lubang penghawaan
  2. Jauhkan kandang ternak dari rumah ayau membuat kandang kolektif
  3. Buka jendela atau buka genting kaca agar terang dan tidak lembab
Lingkungan sekitar rumah tidak terawat
  1. Sering membersihkan rumput / semak disekitar rumah dan tepi kolam
  2. Genangan air dialirkan atau ditimbun
  3. Memelihara tambak ikan dan membersihkan rumput
  4. Menebar ikan pemakan jentik
Perilaku tidak sehat
  1. Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan
  2. Tidur dalam kelambu
  3. Pada malam hari berada dalam rumah

Kamis, 01 Oktober 2009

Angka Kredit Sanitarian

Detail Kegiatan dan Angka Kredit Sanitarian

Pada saat mengikuti Seminar Nasional dan Lokakarya Strategi Manajemen Kesehatan Lingkungan Daerah Tertinggal yang diadakan Program Magister Kesling Undip Semarang, saya sempat bertemu dengan Pak Munir (yang mengaku pengunjung setia blog ini). Beliau salah seorang Sanitarian dari Kabupaten di Jawa Tengah. Dari perbincangan singkat dengan beliau ada pertanyaan dan pernyataan yang sedikit menggelitik terkait Sistem Angka Kredit Sanitarian. Walaupun posting berikut belum dapat menjawab secara tuntas pertanyaan beliau, namun kami harapkan dapat membantu rekan-rekan sanitarian, khususnya terkait dengan hiruk pikuk pengajuan angka kredit untuk kenaikan pangkat (hitung-hitung tidak usah ngetik ulang).

Checklist isian angka kredit sanitarian ini untuk sementara kami lampirakan bagi Sanitarian Pelaksana Lanjutan. Sedangkan dasar yang dipakai adalah Lampiran II : Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 413/MENKES/SKB/III/2000 dan Nomor : 14 TAHUN 2000 Tanggal 10 Maret 2000.

sanitarian kitSetelah download checklist ini dapat dipergunakan dengan melakukan penyesuaian pada beberapa item kegiatan disesuaikan dengan realisasi pelaksanaan di tempat kerja anda. Garis besar item checklist pengajuan angka kredit sanitarian ini antra lain :

  1. Surat Pernyataan Melakukan Pekerjaan Sanitarian Pelaksanan Lanjutan
  2. Laporan Hasil Kegiatan Pekerjaan Sanitarian Pelaksana Lanjutan
  3. Daftar Usul Penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Sanitarian Pelaksna Lanjutan
  4. Laporan Harian Kegiatan Sanitarian
  5. Laporan Hasil Kegiatan Pekerjaan Sanitarian Pelaksana Lanjutan


Checklist Anka Kredit Sanitarian Pelaksana Lanjutan Dapat ANDA DOWNLOAD Disini

Kamis, 03 September 2009

Desinfeksi Air Sumur

Prosedur Disinfeksi Sarana Air Bersih

Mengingat kecenderungan pencemaran baik fisik, kimia, maupun bakteriologis pada sarana air bersih jenis sumur, saat ini semakin meningkat. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka kegiatan desinfeksi pada sumur dapat dipertimbnagkan sebagai salah satu alternatif pemecahannya. Bahan yang dipergunakan sebagai disinfektan biasanya mempergunakan kaporit dengan dosis 1 gram/100 liter air. Berikut prosedur pemberian kaporit (proses disinfeksi) pada sumur.

Sumur Gali
  1. Buat larutan kaporit sebanyak 20 liter (dosis pemberian 0,5 sendok makan kaporit untuk 20 liter air).
  2. Desinfekstan dinding sumur, lantai sumur dan timba dengan cara menyikatnya mempergunakan sikat yang sudah dicelupkan ke dalam larutan kaporit.
  3. Ukur banyaknya air sumur. Untuk setiap 1 meter kubik ditambahkan 20 liter larutan kaporit. Menentukan/mengukur volume air yang terdapat di dalam sumur dengan cara (Chandra, 2007):
  4. Mengukur dalamnya permukaan air (h) meter.
  5. Mengukur penampang sumur (d) meter
  6. Substitusi h dan d dalam rumus : Volume (liter) = 3,14 x d2 x h
Sumur Pompa
  1. Buat larutan kaporit sebanyak 20 liter ( dengan mmenambahkan 2 sendok makan kaporit pada 20 liter air).
  2. Pompa dilepas dari pipa dan tuangkan 20 liter larutan kaporit tersebut. Biarkan selama 24 jam.
  3. Pasang kembali pompa pada pipa, selanjutnya air dipompa (dibuang) sampai bau kaporit tidak ada lagi.
  4. Kegiatan pemberian kaporit tersebut seringkali juga harus kita lakukan pada saat terjadi KLB atau Wabah, atau pada saat terjadi banjir. Pada saat banjir, akan terjadi perembesan air banjir kedalam sumur penduduk. Demikian pula pada saat terjadi wabah penyakit pencernaan yang menular terutama kolera, maka semua persediaan air rumah tangga perlu didesinfektan, dengan cara sebagai berikut:
  5. Potong seruas bambu dengan ukuran panjang 50 cm, dengan diameter 5 cm
  6. Buat duaubang pada dasar bambu menyebelah 2 kali dengan ukuran 20 mm.
  7. Buat lubang pada ujung atas bambu dengan diameter 1,5 meter.
  8. Masukkan sedikit ijuk sampai dasar bambu untuk menutupi lubang-lubang agar pasir tidak keluar.
  9. Masukkan segelas pasir halus.
  10. Masukkan 2 gelas campuran pasir halus dan 100 gram kaporit.
  11. Masukkan lagi pasir halus 1 gelas atau sampai tabung bambu penuh.
  12. Gantungkan batu bata pada ujung bawah bambu dan biarkan tenggelam 1 m di bawah permukaan air sumur.

clip_image002

Jumat, 28 Agustus 2009

Rumah dan Lingkungan Sehat

Standar Rumah dan Lingkungan Sehat
 
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status lambang sosial (Azwar, 1996; Mukono, 2000). 

Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan Kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan merupakan isu penting dari Kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat Kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan saran a yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya pelayanan sosial (Krieger and Higgins, 2002).

Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya yang dipakai sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga (UU RI No. 4 Tahun 1992). Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk Kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk Kesehatan kelu arga dan individu (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik. 

Rumah Sehat
Kriteria rumah sehat didasarkan pada pedoman teknis penilaian rumah sehat Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI tahun 2007. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Sedangkan pembobotan terhadap kelompok komponen rumah, kelompok sarana sanitasi, dan kelompok perilaku didasarkan pada teori Blum, yang diinterpetasikan terhadapBobot komponen rumah (31%), Bobot sarana sanitasi (25%), Bobot Perilaku (44%)
clip_image002
Kelompok Komponen Rumah yang dijadikan dasar penilaian rumah sehat menggunakan Indikator komponen sebagai berikut :
  1. Langit-langit
  2. Dinding
  3. Lantai
  4. Jendela kamar tidur
  5. Jendela ruang keluargaclip_image004
  6. Ventilasi
  7. Lubang asap dapur
  8. Pencahayaan
  9. Kandang
  10. Pemanfaatan Pekarangan
  11. Kepadatan penghuni.
Indikator sarana sanitasi meliputi :
  1. Sarana air bersih
  2. Jamban
  3. Sarana pembuangan air limbah
  4. Sarana pembuangan sampah.
clip_image006
Perilaku penghuni rumah dinilai dengan indikator penilaian yang meliputi :
  1. Kebiasaan mencuci tangan
  2. Keberadaan vektor tikus
  3. Keberadaan Jentik.
clip_image008
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat (Ditjen Cipta Karya, 1997) adalah :
  1. Fondasi yang kuat untuk mene ruskan beban bangunan ke tanah dasar, memberi kestabilan bangunan , dan merupakan konstruksi penghubung antara bagunan dengan tanah;
  2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, unt uk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu;
  3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai;
  4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan ( privacy) penghuninya;
  5. Langit -langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bisa dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau gipsum; serta
  6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan.

Read about Permukiman Sehat Kesehatan.blogspot.com/2009/08/permukiman-sehat.html" target="_blank">DISINI

Kamis, 06 Agustus 2009

Syarat Septic Tank

Standar Septic Tank Jamban Sehat

Sebagai seorang yang berprofesi sebagai sanitarian atau Kesehatan masyarakat, tentu akan sangat akrab dengan kata septic tank. Bahkan dahulu diawal melakoni pendidikan Kesehatan lingkungan (saat ospek) nama ini dijadikan nama identitas, disamping nama-nama trend lainnya seperti bowl, jetting, dan lain-lain,  sehingga sekarangpun nama itu seakan telah menjadi trade mark sanitarian (sebagai mantri kakus). Berikut adalah informasi yang sebaiknya kita ketahui terkait dengan septic tank tersebut.

Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk kelompok kecil yaitu rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat (Chandra, 2007). Septic tank merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan oleh WHO tapi memerlukan biaya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas (Entjang, 2000).

Pembangunan septic tank juga perlu memperhatikan keadaan tanah, pada kondisi tanah yang terlalu lembab dalam jangka waktu yang lama, maka tanah tersebut tidak sesuai untuk lokasi septic tank. Pada tingkat tertentu kelembaban tanah sangat mendukung kehidupan manusia, tetapi pada tingkat kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menimbulkan permasalahan bagi manusia. 

Kelembaban tanah perlu diperhatikan karena berdasarkan beberapa studi disimpulkan bahwa air tanah juga tidak luput dari pencemaran. Bahan pencemar dapat mencapai aquifer air tanah melalui berbagai sumber diantaranya meresapnya bakteri dan virus melalui septic tank. Pada kondisi tanah kering, gerakan bahan kimia dan bakteri relatif sedikit, dengan gerakan ke samping praktis tidak terjadi. Dengan pencucian yang berlebihan (tidak biasa terjadi pada jamban dan septic tank) perembesan ke bawah secara vertikal hanya sekitar 3 m. Apabila tidak terjadi kontaminasi air tanah, praktis tidak ada bahaya kontaminasi sumber air.

Bentuk Septick TankDengan memperhatikan pola pencemaran tanah dan air tanah, maka hal-hal berikut. harus diperhatikan untuk memilih lokasi penempatan sarana pembuangan tinja (Soeparman, 2002):
  1. Pada dasarnya tidak ada aturan pasti yang dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan jarak yang aman antara jamban dan sumber air. Banyak faktor yang mempengaruhi perpindahan bakteri melalui air tanah, seperti tingkat kemiringan, tinggi permukaan air tanah, serta permeabilitas tanah. Yang terpenting harus diperhatikan adalah bahwa jamban atau kolam pembuangan (cesspool) harus ditempatkan lebih rendah, atau sekurang-kurangnya sama tinggi dengan sumber air bersih. Apabila memungkinka, harus dihindari penempatan langsung di bagian yang lebih tinggi dari sumur. Jika penempatan di bagian yang lebih tinggi tidak dapat dihindarkan, jarak 15 m akan mencegah pencemaran bakteriologis ke sumur. Penempatan jamban di sebelah kanan atau kiri akan mengurangi kemungkinan kontaminasi air tanah yang mencapai sumur. Pada tanah pasir, jamban dapat ditempatkan pada jarak 7,5 m dari sumur apabila tidak ada kemungkinan untuk menempatkannya pada jarak yang lebih jauh.
     Pada tanah yang homogen, kemungkinan pencemaran air tanah sebenarnya nol apabila dasar lubang jamban berjarak lebih dari 1,5 m di atas permukaan air tanah, atau apabila dasar kolam pembuangan berjarak lebih dari 3 m di atas permukaan air tanah.
  2. Penyelidikan yang seksama harus dilakukan sebelum membuat jamban cubluk (pit privy), kakus bor (bored-hole latrine), kolam pembuangan, dan sumur resapan di daerah yang mengandung lapisan batu karang atau batu kapur. Hal ini dikarenakan pencemaan dapat terjadi secara langsung melalui saluran dalam tanah tanpa filtrasi alami ke sumur yang jauh atau sumber penyediaan air minum lainnya.
Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut :Jamban dan Septick Tank
a. Pipa ventilasi. Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya dapat masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septick tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang lebih tinggi agar bau gas dapat langsung terlepas di udara bebas (Daryanto, 2005).
  2. Panjang pipa ventilasi 2 meter dengan diameter pipa 175 mm dan pada lubang hawanya diberi kawat kasa (Machfoedz, 2004).
b. Dinding septic tank:
  1. Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen (Machfoedz,2004)
  2. Dinding septic tank harus dibuat rapat air (Daryanto, 2005)
  3. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama (Chandra, 2007).
c. Pipa penghubung:
  1. Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air (Chandra, 2007).
  2. Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15 cm (Daryanto, 2005)
d. Tutup septic tank:
  1. Tepi atas dari tutup septic tank harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam septic tank selalu hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin (Daryanto,2005).
  2. Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).
Mekanisme Kerja Septic Tank
Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, sebagai tempat tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses (Notoatmodjo, 2003):

a. Proses kimiawi
Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70%) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.

b. Proses biologis
Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.

Kedua tahapan di atas berlangsung di dalam septic tank. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  1. Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali setahun.
  2. Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic tank.
  3. Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk memudahkan proses dokomposisi oleh bakteri (Chandra, 2007).
Pendapat lain dikemukakan Suriawiria (1996), bahwa salah satu cara pengelolaan tinja manusia adalah dengan penggunaan tanki septik (septic tank) dan resapannya. Dengan cara ini maka buangan yang masuk ke dalam bejana/tangki akan mengendap, terpisah antara benda cair dengan benda padatannya. Benda padatan yang mengendap di dasar tangki dalam keadaan tanpa udara, akan diproses secara anaerobik oleh bakteri sehingga kandungan organik di dalamnya akan terurai. Akibatnya, setelah kurun waktu tertentu, umumnya kalau tangki septik tersebut sudah penuh dan isinya dikeluarkan, maka sisa padatan sudah tidak berbau lagi, seperti halnya kalau kotoran/tinja tersebut dibiarkan di luar tangki septik. Yang tetap menjadi masalah adalah untuk benda cairan setelah padatannya dipisahkan, karena di dalam cairan tersebut masih akan terkandung sejumlah mikroba, yang mungkin masih bersifat patogen (dapat menyebabkan penyakit). Karenanya salah satu cara pemecahan yang banyak digunakan adalah dengan menggunakan resapan, untuk mengalirkan benda cairan setelah benda padatnya mengendap. Cara resapan yang digunakan adalah dengan membuat lapisan yang terdiri dari batu kerikil di bawah tanah sehingga air yang meresap masih mendapatkan suplai oksigen (aerobik), sehingga mikroba patogen akhirnya akan terbunuh.

Pembangunan Septic Tank
Untuk keperluan perencanaan maka volume septic tank harus dihitung. Perencanaan ini alan menyangkut jumlah pemakai, masa pengurasan, serta perkiraan volume rata-rata tinja yang dihasilkan. Untuk keperluan perencanaan apabila tidak tersedia data hasil penelitian setempat, maka dapat digunakan angka kuantitas tinja manusia sebesar 1 Kg berat basah per orang per hari (Soeparman, 2002).
clip_image002
Septic tank satu ruang

Keterangan:
A = Inlet
B = Outlet
C = Penahan
D = Busa yang mengapung
E = Lumpur
F = Ruang bebas busa
G = Ruang bebas lumpur
H = Kedalaman air dalam tangki
I = Ruang kosong
J = Kedalaman pemasukan penahan
K = Jarak penahan ke dinding, 20-30 cm
L = Sisi atas penahan 2,5 cm di bawah dinding atas tangki
M = Tutup tangki, biasanya bulat
N = Permukaan tanah, kurang dari 30 cm di atas tangki (jika kurang, naikkan tutup tangki ke permukaan tanah)


clip_image004
Septic tank dua ruang
A = Bagian inlet
B = Bagian outlet
C = Ruang penggelontoran
D = Sifon penggelontoran
E = Penurunan kedalaman cairan
F = Outlet
G = Tutup lubang pemeriksa
Article Source :
  1. Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
  2. Daryanto. 2005. Kumpulan Gambar Teknik Bangunan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
  3. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip Dasar). Jakarta: PT. Rineka Cipta
  4. Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu Pengantar). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC