Blogger templates

Tampilkan postingan dengan label Asuhan Kebidanan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asuhan Kebidanan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Juli 2012

Tumbuh Kembang Bayi dan Balita

 class=

Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak, diantaranya dengan pengukuran antopometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.
1.    Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran :
1.    Berat badan
2.    Tinggi badan/panjang badan
3.    Lingkar kepala
4.    Lingkar lengan atas.
Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam pengukuran :
1.    Berdasarkan Usia. Misalnya Berat badan berdasarkan usia.
2.    Tidakberdasarkan usia. Misalnya pengukuran berat badan berdasarkan tinggi badan.
•    Pengukuran Berat Badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh misalnya tulang,otot, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selin itu berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.
Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan pertama adalah sekitar 700-1000 gra/bulan, pada triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350-400 gram/bulan, dan pada triwulan IV sekitar 250350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah kurang lebih 0,25 kg/bulan. Pada tahap adolensia (remaja) akan terjadi penambahan berat badan secara cepat.
Selain dengan perkiraan tersebut  berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan pedoman dari Berhman (19992), yaitu :
1.    Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
2.    Berat badab usia 3-12 bulan, menggunakan rumus :
Umur (bulan) + 9  =    n+ 9
    2          2
3. Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus :
    (umur (tahun) x 2) + 8 = 2n + 8
    Keterangan: n adalah usia anak.

•    Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan dengan berdasarkan rumus Berhman (1992), yaitu :
1.    Perkiraan panjang lahir : 50 cm
2.    Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir
3.    Perkiraan tinggi badan uia 2-12 tahu = (Umur x 6) + 77 = 6n + 77
Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan.

•    Pengukuran Lingkar Kepala
Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini, dapat dideteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak. Dengan  penilaian ini dapat dideteksi dini apabila terjadi pertumbuhanotakmengecilyang abnormal (mikrosefali) yang dapat mengakibatkan adanya retardasimental atau pertumbuhan otak membesar yang abnormal (makrosefali)yamg dapat disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis.
•    Pengukuran Lingan Lengan Atas
Penilaian inidigunakan untukmenilai jaringan lemakdan otot, namun penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila diobandingkan dengan berat badan.Penilaian ini juga dipakai untuk menilai status gizi pada anak.
2.    Pemeriksaan Fisik
Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik,meilhat bentuk tubuh,membandingkan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya,menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas,bokong dan paha, menentukan jaringan lemak dengan cubitan tipis pada kulit bawah triseps dan subskapular, melakukan pemeriksaan pada triseps serta menentukan pemeriksaan rambut dan gigi, perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi susu atau gigi permanen.

3.    Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan guna menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkaitan dengan keberadaan penyakit. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan serum protein, hormonal, dan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dapat menunjang pada penegakan diagnosis suatu penyakit ataupun evaluasinya.
4.    Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai usia tumbuh kembang, seperti usia tulang apabila dicurigai adanya gangguan pertumbuhan.

5.    Penilaian Perkembangan Pada Anak
Untuk penilaian perkembangan anak,hal yang dapat dilakukan pertama kali adalah melakukan wawancara tentang kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, tes skrining perkembangan anak dengan DDST,Tes IQ dan tes psikologi ataupemeriksaan lainnya. Selain itu juga dapat dilakukan tes seperti evaluasi fungsi penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa serta melakukan pemeriksaan fisik lainnya seperti pemeriksaan neurologis,metabolik, dan lain-lain.
Denver Develpoment Screening Test (DDST)
Pada awalnya tes ini dikenaldengan menggunakan istilah DDST, kemudian terjadirevisi dengan nama DDST-R dan saat ini menggunakan istilah DDST II yang sudah mengalami penyempurnaan dalampengukuran.
Penilaian DDST ini menilai perkembangan anak dalam empat faktor diantaranya penilaian terhadap personal sosial, motorik halus, bahasa, bahasa, dan motorik kasar dengan persyaratan tes sbb :
1.    Lembar formulir DDST II
2.    Alat bantu atau peraga seperti benang wol merah, manik-manik, kubus berwarna merah, kuning, hijau, dan biru, permainan bola kecil, serta bola kertas dan pensil.
Adapun cara pengukuran DDST dijabarkan sbb:
1.    Tentukan usia anak pada saat pemeriksaan
2.    Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan usia yang telah ditentukan.
3.    Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal sosial.
4.    Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan, atau abnormal sesuai yang ada pada formulir
5.    Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P), gagal tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah melampaui batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan kesempatan tugas atau anak menolak melakukan tugas (No opportunity = NO). Setelah itu dihitung pada masing-masing sector, berapa yang P, F, dan D, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil itu diklasifikasikan dalam:
1. Abnormal
a. Bila ada dua atau lebih keterlambatan, pada dua sektor atau lebih.
Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan dua keterlambatan ditambah satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
1. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.
2. Meragukan
a. Bila pada satu sektor didapatkan dua keterlambatan atau lebih.
b. Bila pada satu sektor atau lebih didapatkan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal.
3. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas. (Soetjiningsih,1998).

Rabu, 13 Juni 2012

PENGLIHATAN KABUR PADA KEHAMILAN LANJUT

Penglihatan Kabur
Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan.
Perubahan penglihatan atau pandangan kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menujukkan adanya pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah). (Uswhaaja, 2009: 5).
Penyebab Lain Penglihata Kabur :
1.    Oleh karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah selama kehamilan.
2.    Perubahan ringan (minor) adalah normal.
3.    Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan yang kabur atau berbayang secara mendadak.
4.    Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin merupakan gejala dari pre-eklamsi.

Penanganan Umum
1.     Istirahat cukup
2.  Mengatur diet, yaitu meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung protein dan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat serta lemak.
3.    Kalau keadaan memburuk namun memungkinkan dokter akan mempertimbangkan untuk segera melahirkan bayi demi keselamatan ibu dan bayi.(Hendrayani, 2009:3)
4.    Jika tidak sadar atau kejang. Segera dilakukan mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
5.    Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda–tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.(Saifuddin, 2002: 33).
Komplikasi
    Komplikasi yang ditimbulkan antala lain kejang dan eklamsia
    Bengkak Pada Wajah, Kaki dan Tangan.
Oedema ialah penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh, dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya hilang setelah beristirahat atau meninggikan kaki. Oedema yang mengkhawatirkan ialah oedema yang muncul mendadak dan cenderung meluas. Oedema biasa menjadi menunjukkan adanya masalah serius dengan tanda-tanda antara lain: jika muncul pada muka dan tangan, bengkak tidak hilang setelah beristirahat, bengkak disertai dengan keluhan fisik lainnya, seperti: sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur dll. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-eklampsia. (Uswhaaja, 2009: 5-6)


Kesimpulan
penglihatan kabur pada kehamilan lanjut disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi edema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan penglihatan. Cara penanganannya dangan cara Istirahat yang cukup, mengatur diet,  jika tidak sadar atau kejang. Komplikasinya disebabkan oleh kehamilan disebut dengan keracunan kehamilan dengan tanda–tanda oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai dan muka, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur pada pemeriksaan urin dan laboratorium. (Rochjati, 2003:2)
Saran
Dalam pembahasan mengenai penglihatan kabur pada kehamilan lanjut pada makalah ini mungkin masih ada kekurangan dan harus di lengkapi seperti referensi referensi lain untuk memahami penglihatan kabur pada kehamilan lanjut secara lengkap. Oleh karena itu, kami sebagai penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mencari referensi referensi yang lain untuk melengkapi makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati ari.2009.ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA KEHAMILAN.Jakarta.Salemda medika.

Kamis, 24 Mei 2012

Cara menggunakan inkubator bagi BBLR adalah


Cara menggunakan inkubator bagi BBLR adalah
1. Membersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan dipergunakan
2. Tutup matras dengan kain bersih
3. Kosongkan air reservior (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya dan menyerang bayi)
4. Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi :
a. BB <1500 gram Umur 1-10 hari : 35⁰C, umur 11 hari-3 minggu : 34⁰C, umur 3-5minggu : 33⁰C, umur >5minggu : 32⁰C
b. BB 1500-2000 gram
Umur 1-10 hari :34⁰C, umur 11-4minggu : 33⁰C, umur >4 minggu : 32⁰C
c. BB 2100-2500 gram
Umur 1-2 hari : 34⁰C, umur 3hari-3minggu : 33⁰C, umur > 3 minggu : 32⁰C
d. BB >2500 gram
Umur 1-2 hari : 33⁰C, umur >2hari : 32⁰C.
(*bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara suhu ruang dan suhu inkubator 7⁰C naikan suhu inkubator 1⁰C)
5. Hangatkan inkubator sebelum digunakan
6. Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah pengamatan terapi selesai
7. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutupagar inkubator tetap hangat
8. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
9. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruangan dan ukur suhu bayi peraksila setiap jam dalam 8 jam pertama kemudian setip 3 jam.
a. Bila suhu < 36⁰C atau >37⁰C, atur suhu inkubator secepatnya
b. Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, berarti inkubator tidak berfungsi baik. Atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang dikehendaki atau gunakan cara lain untukmenghangatkan bayi
10. Bila bayi tetap dingin walau suhu inkubator telah diatur, lakukan manajemen penanganan suhu tubuh abnormal
11. Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak menunjukan tanda-tanda sakit.
5. Ruangan hangat
Ruangan hangat untuk menghangatkan bayi BBL, sering membuat petugas tidak nyaman, sehingga menurunkan suhu ruangan tanpa menambah alat penghangat untuk bayi. Cara menggunakan ruangan hangat bagi BBLR, yaitu
1. Pastikan bayi diberi pakaian hangat dan kepala diberi topi
2. Pastikan suhu ruangan paling rendah 26⁰C
a. BB 1500-2000 gram suhu ruangan 28-30⁰C
b. BB >2000 gram suhu ruangan 26-28⁰C
3. Letakan bayi dalam boks didalam kamar, jauhkan dari dinding yang dingin, jendela dan aliran udara
4. Ukur suhu tubuh bayi dan ruangan 4kali sehari
5. Pada malam hari, tambahkan sumber panas
Pemantauan
I. Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah 7 hari
- Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir >1500 gram dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
- Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan seharusnya:
1. 150-200 g seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 g/hari)
2. 200-250 g seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 g/hari)
- Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebh dari 7 hari:
1. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari.
2. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberia ASI tetap 180 ml/kg/hari
3. Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari.
4. Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan diatas dalam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapat ASI 200 ml/kg bb/hari, tangani sebagai kemungkinan kenaikan berat badan tidak adekuat.

TAHAP PENCAPAIAN PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN BALITA “Usia 1-2 tahun” -Asuhan Neonatus

 class=
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi sampai balita merupakan hal yang sangat penting. Maka dari itu penyusun akan menjelaskan tentang tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita umur 1-2 tahun.

1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja tahap pencapayan balita umur 1-2 tahun?
2. Apa saja tahap pencapian balita umur 1-2 tahun?
3. Bagaimana perkembangan balita umur 1-2 tahun?

1.3 Tujuan
Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Secara terperinci, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Pembaca dapat mengetahui apa saja pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita pada usia 1-2 tahun.
2. Pembaca dapat mengetahui bagaimana perkembangan balita usia 1-2 tahun.

1.4 Manfaat makalah
Penulis berharap, ada banyak manfaat yang dapat diambil dari makalah ini. Diantaranya:
1. Dapat memberikan pengetahuan bagi para bidan bagaimana perkembangan balita usia 1-2 tahun.
2. Dapat membantu bidan dalam mengetahui tahap pencapaian pertumbuhan balita usia 1-2 tahun.

1.5 Metode penyusunan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini, penulis mempergunakan metode kepustakaan. Adapun teknik yang dipergunakan adalah Studi Pustaka.

Pada metode ini, penulis mendapat informasi dari materi yang diberikan oleh dosen Dokumentasi Kebidanan STIKES RAJAWALI, buku-buku dan browsing di internet yang berhubungan dengan penyusunan makalah atau teknik penulisan makalah dan yang berkaitan dengan tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita usia 1-2 tahun.





BAB II
PEMBAHASAN

Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan
Sedangkan menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :
1. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
a. Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)
b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal).
Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :
- Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.
- Faktor fisik
Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi.
- Faktor psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.
- Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain.

Adapun tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita usia 1-2 tahun, diantaranya :
• Dari 12-18 bulan :
1. Anak sudah bisa berjalan sendiri tanpa pegangan dan menjelajahi rumah serta sekeliling rumah
2. Mulai dapat menyusun 2 atau 3 kotak
3. Belajar melempar, menangkap dan menendang bola
4. Mulai dapat mengatakan 5 sampai 10 kata
5. Dapat bertepuk tangan dan minum dari cangkir atau’mug’ tanpa tumpah
6. Mampu memperlihatkan perasaannya seperti rasa cemburu dan rasa bersaing

• Dari 18-24 bulan :
1. Anak sudah bisa melompat dengan dua kaki
2. Naik dan turun tangga
3. Mampu menyusun 6 kotak ke atas
4. Anak dapat berjalan mundur sedikitnya 4-5 langkah
5. Mampu mengenali gambar-gambar yang diperlihatkan padanya
6. Menggambar garis di kertas atau tanah/pasir
7. Mampu menyusun dua kata
8. Belajar makan sendiri
9. Menaruh minat atau meniru apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
10. Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
11. Mampu menunjukan dan menyebutkan bagian tubuh dengan benar
12. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.





BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
















DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, Nano.2005.Panduan Merawat Bayi dan Balita Agar Tumbuh sehat dan cerdas.Jogjakarta:Diva Press (Anggota IKAPI)
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1985.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta. 192 : 6 – 18.
Markum. A.H. dkk.1991.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta: FKUI.
Mirriamstoppard.1997.Complete Baby and Child Care.
Soetjiningsih.1998.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta: EGC.
Behrman. Kliegman. Arvin.2000.Ilmu Kesehatan Anak ( Nelson Textbook of Pediatric). Jakarta.: EGC.