Blogger templates

Tampilkan postingan dengan label Apel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Apel. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Februari 2011

Konsumsi Serat untuk Jantung Sehat

INGIN menjaga jantung tetap sehat? Mulai sekarang ubah pola makan Anda. Hindari makanan berlemak dan perbanyak konsumsi makanan berserat tinggi.

Bahkan berbagai penelitian membuktikan, mengonsumsi makanan berserat, terutama jenis serat betaglukan mampu mengurangi kadar kolesterol jahat (low densy lipoprotein/ LDL) dalam darah. Jika kadar LDL dalam darah rendah, maka kesehatan jantung menjadi lebih terjamin.

Serat betaglukan sendiri bisa ditemukan pada produk gandum olahan yang dikenal dengan sebutan oat atau havermout. Serat oat yang seperti jeli sanggup mengikat lemak dalam darah dan membuangnya melalui kotoran, kata spesialis gizi klinis dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Dr Fatma RD Kusuma.



Tidak sampai di situ saja, penelitian yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa serat oat atau gandum merupakan serat larut yang dapat menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat), tanpa menurunkan kolesterol HDL (kolesterol yang baik).

Serat oat juga mengandung glikemi yang rendah. Dengan begitu, bubur gandum sangat baik bagi penderita diabetes karena tingkat gula darah yang dihasilkan setelah makan sangat rendah, katanya lagi.

Tingginya kadar LDL merupakan penyebab utama meningkatnya kasus jantung koroner. Meskipun ada terapi farmakologi yang lebih cepat untuk menurunkan LDL, namun terapi dengan mengonsumsi sereal gandum lebih sehat dan tanpa efek samping, walaupun membutuhkan waktu agak lama.

Menurut ahli gizi berkacamata tebal tersebut, bubur gandum adalah sumber gizi yang baik karena mengandung vitamin E, zinc, selenium, tembaga, besi, dan magnesium. Bubur gandum bisa menjadi sumber protein yang baik bagi tubuh. Tugas berat kita berikutnya adalah menyosialisasikannya kepada masyarakat, terangnya.

Untuk mendapat hasil yang maksimal, setiap hari seseorang harus mengonsumsi sebanyak 70 gram oat. Jumlahnya harus tepat, karena jika berlebih, hasilnya tidak akan maksimal. Satu hal yang tak kalah penting ketika menurunkan kadar kolesterol dalam darah adalah dengan olahraga teratur.

Kolesterol terutama yang jahat, dipersalahkan sebagai penyebab jantung koroner karena menyebabkan pembuluh darah tersumbat dan mengeras (aterosklerosis). Akibatnya, aliran darah tidak lancar atau tersumbat. Jika yang tersumbat adalah aliran darah ke jantung, maka terjadi penyakit jantung koroner (PJK). Jika mengarah ke otak, maka terjadi stroke. Bisa juga menghambat pada peredaran darah di kaki sehingga menimbulkan warna hitam.

Tercatat penyakit jantung koroner patut mendapat perhatian, karena hingga saat ini masih menduduki ranking pertama sebagai pembunuh manusia. Berdasarkan data badan kesehatan dunia (WHO) pada 2001, setiap tahun terjadi sekitar 7,2 juta kematian akibat jantung koroner.

Proses penyumbatan pembuluh darah ini makin cepat terjadi ketika banyak orang menerapkan pola hidup tidak sehat, seperti sering makan makanan cepat saji, minum soft drink atau minuman manis terlalu sering, dan tidak diimbangi dengan air putih serta jarang olahraga.

Sumber serat lainnya selain pada gandum juga bisa ditemukan pada alpukat, anggur, apel, buah berry, dan jeruk. Alpukat memiliki kandungan antioksidan glutation dan lemak tak jenuh tunggal bermanfaat untuk menetralkan radikal bebas serta lemak yang bersifat merusak di dalam tubuh.

Pada anggur terdapat flavonoid seperti quercentin dan catechin berfungsi untuk memperlancar aliran darah, mencegah reaksi oksidasi kolesterol jahat, serta mengurangi pembentukan plak pada pembuluh darah. Vitamin C dalam anggur juga dapat menetralkan radikal bebas, katanya lagi.

Sedangkan dalam sebuah apel terkandung banyak sekali pektin, yaitu jenis serat yang bermanfaat membantu menurunkan kadar kolesterol darah. Pektin mengikat kolesterol yang berasal dari makanan, misalnya dari susu, daging, dan telur, serta menahannya agar tetap berada dalam usus.

Minggu, 30 Januari 2011

Tanda-tanda Keracunan Makanan

Jakarta, Keracunan makanan sering terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung racun seperti bakteri, virus atau parasit. Apa saja tanda-tanda yang timbul ke tubuh akibat keracunan makanan?

Bila kasus yang terjadi cenderung ringan hingga sedang umumnya bisa diatasi sendiri tanpa perlu perawatan medis, sedangkan jika parah yang mungkin bisa mengancam nyawa harus mendapatkan pertolongan medis.

Beberapa tanda yang muncul jika seseorang mengalami keracunan makanan seperti dikutip dari Livestrong, Minggu (30/1/2011) yaitu:

Perut kram
Ilmuan dari University of Maryland Medical Center menuturkan kram perut umumnya terjadi segera setelah mengonsumsi makanan, atau dalam waktu 12-72 jam. Kondisi ini merupakan salah satu usaha penolakan tubuh terhadap zat beracun. Kram perut umumnya hilang sendiri dalam waktu 4-7 hari, tapi jika kram perutnya parah sebaiknya segera mencari bantuan medis.

Muntah dan diare
Muntah dan diare merupakan efek yang umum dari keracunan makanan yang merupakan usaha tubuh untuk membersihkan diri dari racun yang tertelan. Kram perut yang timbul bisa membuat muntah dan diare menjadi lebih parah. Jika muntah dan diare berlangsung terus menerus bisa menyebabkan hilangnya nutrisi penting. Kondisi ini bisa dicegah dengan mencuci tangan serta menjaga kebersihan diri dan makanan.

Dehidrasi
Dehidrasi berarti kehilangan cairan tubuh, elektrolit dan juga mineral yang berpotensi serius terhadap kesehatan. Kondisi ini umumnya diperparah dengan adanya muntah dan diare.

Mayo Clinic menuturkan bayi dan orang tua dengan penyakit kronis atau penyakit yang melemahkan sistem kekebalan tubuh lebih memungkinkan mengalami dehidrasi parah.

Untuk dehidrasi yang parah biasanya membutuhkan cairan pengganti langsung dari intravena. Untuk mencegah dehidrasi sebaiknya tetap minum air yang banyak atau minuman yang mengandung elektrolit

Makanan yang baik dikonsumsi ketika keracunan makanan adalah pisang, nasi, apel dan roti, setelah dua hari atau lebih boleh mengonsumsi kentang, wortel yang dimasak, biskuit serta buah dan sayuran lainnya.

Sedangkan untuk cairannya bisa minum air putih, minuman olahraga, teh herbal dan jus buah (selain jus pir dan jus apel karena bisa memicu diare).

Selain itu ada beberapa makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari yaitu makanan berlemak, makanan kaya serat, terlalu banyak gula, pedas, minuman kafein dan soda.