Dulu, aku menganggap sepele masalah ini. Maksudnya bukan menyepelekan, tapi karena menyerang wilayah paling pribadi, jadi enggan mengeluhkan meski secara diam-diam menjadi sumber kecemasan.
Sebenarnya pengalaman berjuang melawan si putih ini secara
sembunyi-sembunyi sudah banyak dilakukan oleh hampir semua wanita
karena malu memperbincangkan atau menanyakannya pada orang lain bahkan
suaminya sendiri. Anehnya, meski sudah terjadi infeksi pada daerah
kewanitaannya pun masih enggan berobat.
Hal
yang sama juga pernah aku alami. Sebelumnya aku tidak menyadari kalau
demam tinggi selama 3 hari itu bukan demam biasa. Dari keterangan dokter
yang merawatku di rumah sakit, diketahui bahwa penyebab demam itu
karena telah terjadi infeksi akibat pemakain cariran pencuci daerah
kewanitaan. Dari dokter Pamor yang merawatku waktu itu pula aku
mendapatkan beberapa pengetahuan tentang keputihan ini.
Keputihan itu apa sih?
Suatu
cairan yang keluar dari vagina selain haid, nifas. Keputihan termasuk
normal bila cairan yang keluar tidak berwarna menyolok, tidak gatal dan
tidak berbau. Ini terjadi karena pengaruh hormone, stress, siklus haid
dan aktivitas seksual.
Keputihan
yang tidak normal sangat mungkin merupakan gejala awal suatu penyakit.
Misalnya penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman, jamur atau
parasit. Bisa juga gejala penyakit bukan infeksi, misalnya polip leher
rahim, tumor, kanker atau adanya benda asing dalam vagina.
Bisa mencuci sendiri
Kondisi
vagina yang lembab dan letaknya yang sedemikian rupa, mengundang
suburnya pertumbuhan jamur, mikroba dan berbagai jenis bakteri (baik
yang bermanfaat maupun menyebabkan penyakit). Dalam keadaan normal,
mikroba, bakteri, jamur bahkan cairan vagina membentuk lingkungan hidup
yang secara seimbang dan menjamin keadaan aman-aman saja.
Contohnya
ya, ada bakteri jenis penolong yang bertugas mengusir segala jenis tamu
/makhluk asing yang masuk. Ya, semacam satpam lah. Ada lender vagina
yang mencegah serangan bibit penyakit terhadap dinding vagina.
Ada
juga mikroba jenis lactobacilli yang merupakan “kepala keamanan” karena
microba ini mampu memproduksi asam laktat yang menjaga PH sekitar tetap
rendah (bakteri penyebab infeksi hidup pada PH tinggi). Keseimbangan di
dalam vagina sebenarnya sudah menunjukkan bahwa daerah tersebut sudah
bisa membersihkan diri sendiri (self cleaning ).
Tapi
keseimbangan itu bisa terganggu manakala ada serangan besar-besaran,
utamnay kalau serangan itu sampai mematikan flora normal. Antara lain
serangan dari “pencuci hama” dan
antibiotika. Dua yang terakhir bisa mematikan segala kehidupan di sana,
termasuk sang kepala pasukan lactobacilli yng merupakan 95% dari flora
normal di dalam vagina. Bila serangan terlalu sering tentu saja
keseimbangan di sana terganggu. Begitu juga serangan dari benda asing
termasuk obat pencuci tradisional yang tidak steril.
Nah, daripada menyesal kemmudian, lebih baik cegah keputihan dengan cara sebagai berikut:
· Bersihkan setiap hari dan keringkan dengan mengelapnya dari depan ke arah belakang.
· Usahakan vagina selalu dalam keadaan kering.
· Pilih celana dalam yang berbahan menyerap keringan, katun misalnya.
· Ganti segera bila celana dalam sudah agak basah atau lembab.
· Hindari pemakaian celana ketat karena mengganggu sirkulasi udara di daerah itu.
· Hindari cairan pencuci vagina, pembalut berparfum, sabun dengan parfum dan sejenisnya.
Bila menemukan gejala tidak normal:
· Segera periksakan diri ke dokter.
· Perhatikan bahu, warna jumlah dan sampaikan secara lengkap pada dokter untuk memudahkan diagnosis.
· Jangan mengobati sendiri
· Selama masih ada gejala hindari dulu berhubugan seksual sampai dinyatakan sembuh.
· Beritahu dokter bila ada alergi obat.
· Patuhi dosis pengobatan sesuai anjuaran.