BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran fisika yang merupakan bagian dari rumpun sains saat ini pembelajarannya belum dapat berjalan dengan semestinya. Hal ini disebabkan karena konsep fisika sering disampaikan oleh guru sebagai sebuah fakta dan bukan merupakan sebagai gejala alam yang harus diamati, diukur dan didiskusikan. Menurut Priyono (2004) dalam Kunandar (2007), �bekal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari di lembaga pendidikan sering kali hanya terpaku pada teori, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif�.Mata pelajaran fisika
sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Namun dari hasil ujian tengah semester untuk mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Terara kelas X tahun ajaran 2008/2009 sebagian besar siswa memiliki nilai yang tergolong dalam kategori sangat rendah. Hasil ujian tengah semester kelas X SMA Negeri 1 Terara pada mata pelajaran fisika sebagai berikut:
Tabel 1.1Nilai MID semester fisika kelas X SMA Negeri 1 Terara
tahun 2008/2009
Nilai X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6
Tertinggi 75 66,67 75 41,67 58,33 75
Terendah 0 8,33 16,67 0 8,33 16,67
Rerata 38,02 39,85 40,33 25 32,58 43,38
(sumber SMA Negeri 1 Terara)
Dari kondisi diatas, peningkatan kualitas pendidikan dan mutu pembelajaran di SMA telah diupayakan antara lain melalui pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Center), dimana siswa berperan sebagai subyek didik dan bukan sebagai obyek. Fokus program sekolah bukan pada guru dan yang akan dikerjakannya, melainkan pada siswa dan yang akan dikerjakannya sehingga siswa itu sendiri yang mengalami proses belajar. Selain itu juga di SMA Negeri 1 Terara sudah diupayakan mulai diterapkannya sistem pembelajaran dengan mengggunakan sistem kelas berjalan yang terdiri dari beberapa siswa yang disebut dengan rombongan belajar.
Namun kegiatan belajar mengajar akan lebih bermakna dan berkesan jika siswa itu sendiri yang terlibat secara langsung dengan menggunakan seluruh indera yang dimilikinya. Dengan mendengar, melihat, merasakan, dan mengamati secara langsung siswa akan mengalami internalisasi konsep-konsep fisika secara mendalam dan menyeluruh. Lebih-lebih lagi melalui kegiatan percobaan yang kreatif dan menyenangkan, maka siswa akan merasa antusias dan temonivasi mengikuti kegiatan pembelajaran.
Agar hal tersebut dapat terealisasi, maka diperlukan alat atau bahan yang dapat menanamkan konsep fisika siswa SMA seperti sebuah Kit Fisika. Namun dari hasil survei, sebagian besar SMA di Lombok Timur tidak memiliki lab yang menunjang. Ini berarti secara otomatis sebagian beasar SMA dilombok timur tidak memiliki sebuah Kit atau alat-alat yang menunjang kegiatan percobaan-percobaan fisika. Hal ini disebabkan karena untuk pengadaan sebuah Kit diperlukan biaya tinggi. Oleh sebab itu diperlukan suatu solusi sebagai pengganti Kit tersebut yang dapat menanamkan konsep-konsep yang sama. Alat dan bahan-bahan sederhana yang terdapat dilingkungan dapat dirangkai dan dirakit menjadi sebuah Kit sederhana yang nantinya memiliki fungsi sama. Oleh sebab itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul �Pemanfaatan Kit sederhana Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa� .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah desain Kit sederhana yang menanamkan konsep-konsep fisika?
2. Apakah pemanfaatan Kit sederhana berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa?
3. Bagaimanakah respon siswa di SMAN 1 Terara terhadap pemanfaatan Kit sederhana yang menanamkan konsep fisika?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat Kit sederhana yang menanamkan konsep-konsep fisika.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Kit sederhana terhadap prestasi belajar fisika siswa.
3. Untuk mengetahui respon siswa SMAN 1 Terara terhadap pemanfaatan Kit sederhana yang menanamkan konsep fisika
D. Batasan Masalah
Untuk mempersempit permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Terara kelas X Tahun ajaran 2008/2009.
2. Pokok bahasan yang diambil dalam penelitian ini adalah optik geometrik yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
3. Aspek prestasi belajar siswa yang dinilai adalah academic skill.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Pemanfaatan Kit sederhana ini dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep fisika secara nyata, dan menumbuhkembangkan sikap ilmiah yang nantinya dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa.
2. Bagi Guru
Memberikan pengetahuan pada guru sekaligus menumbuhkembangkan sikap kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran fisika di kelas.
3. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan dan pengalaman tersendiri bagi penulis tentang penyusunan karya ilmiah.
F. Definisi Operasional
1. Kit sederhana adalah sebuah kotak yang berisi seperangkat alat-alat IPA(fisika) yang mudah dikemas dan dibawa kedalam kelas saat diadakan percobaan atau kegiatan mengajar yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaanya tidak sulit.
2. Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Kit Fisika
Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dilembaga pendidikan sangatlah sukar tanpa menggunakan sebuah alat. Oleh karena itu siapapun yang menerjunkan dirinya ke dunia pendidikan perlu memperhatikan asfek ini bila ingin menjadi guru yang berhasil dan profesional. Djamarah (2005), menyatakan bahwa alat diartikan sebagai apa saja yang dapat dijadikan sebagai prantara untuk mencapai tujuan pendidikan.
Wens Tanlainm dkk (1989) dalam Djamarah (2005) mengatakan bahwa perbuatan mendidik berlangsung dengan alat pendidikan. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan faktor-faktor pendidik lainnya seperti guru, anak didik, tujuan, dan lingkungan dapat menjadi alat pendidikan bilamana digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan mendidik.
Kaitannya dengan alat pendidikan, kit merupakan salah satu alat pendidikan yang tergolong sebagai salah satu bentuk alat peraga dalam proses belajar mengajar Fisika. Alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar Fisika sangat besar peranannya bagi siswa, karena alat peraga dapat menyeragamkan pengertian dan pemahaman siswa terhadap suatu konsep fisika ataupun materi pelajaran yang disajikan guru.
Menurut Soelarko (1995) dalam Awan (2008), bahwa �alat peraga adalah tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala atau hukum alam yang dapat memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau meningkatkan persepsi seseorang�. Kristanto (2007), �dalam bahasa inggris alat peraga disebut visual aid atau alat bantu untuk penglihatan mata. Tetapi alat peraga yang baik tidak hanya merangsang mata saja , tetapi juga keempat indera yang lainnya�. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang terintegral dari keseluruhan situasi mengajar. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru sehingga penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar (Awan, 2008).
Dari beberapa uraian definisi alat peraga diatas dapat ditarik pendekatan mengenai kit. Dalam Webster�s New Colligiate Dictionery dijelaskan bahwa Kit is a box, bag in wich such a kit is carried (Webster, 1953). Jadi Kit fisika merupakan sebuah kotak yang berisi seperangkat alat-alat fisika yang mudah dikemas dan dapat dibawa ke dalam kelas saat diadakan percobaan atau kegiatan mengajar fisika.
Dengan memanfaatkan Kit yang tersedia maka siswa dapat melatakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir, yang nantinya dapat mengurangi terjadinya verbalisme. Lebih-lebih lagi dengan memanfaatkan Kit sederhana yang terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapatkan dilingkungan sekitar yang dapat menanamkan konsep-konsep Fisika yang sama. Selain mengurangi terjadinya verbalisme, penggunaan Kit akan memberikan manfaat yang cukup besar kepada siswa karena siswa dapat berhadapan dengan peralatan secara lansung dan berbuat. Berikut disajikan beberapa gambar bentuk-bentuk kit:
a b
c
Gambar 2.1. beberapa jenis Kit fisika :(a) Kit optik, (b) Kit mekanika,
(c) Kit suhu dan kalor
2. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran, oleh karena itu peranan model pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Suatu model mengajar dapat diartiakan sebagai suatu rencana atau pola yan digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pengajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya (Dahlan, 1984).
Menurut PPPG (2006), model adalah bentuk representasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Pengertian model pembelajaran dalam konteks ini merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas.
Winataputra (2003), menyatakan �istilah model diartikan sebagai strategi kerangka konsep sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan�. Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Suherman (1992), model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan.
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konsep sebagai pedoman dalam mengatur materi pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi atau metode tertentu yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkunagan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Ismail, 2003).
Menurut Joice dan Weil dalam Winataputra (1992), model mengajar memiliki beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut adalah sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak intruktusional, dan pengiring. Sintaks merupakan tahapan-tahapan atau urutan kegiatan dari model itu, sedangkan sistem sosial merupakan situasi, norma, suasana yang berlaku dalam model tersebut. Prinsip reaksi adalah suatu pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana memberikan respon terhadap siswa. Sistem pendukung merupakan semua sarana dan alat yang dibutuhkan untuk melaksanakan model tersebut. Dampak instruktusional merupakan hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang hendak diharapkan, dan hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat tanpa pengarahan langsung dari guru disebut dengan pengiring.
3. Tinjauan Tentang Prestasi
Prestasi belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Prestasi belajar dinyatakan dengan skor hasil tes atau angka yang diberikan guru berdasarkan pengamatannya belaka atau keduanya yaitu hasil tes serta pengamatan guru pada waktu peserta didik melakukan diskusi kelompok (Sari, 2004).
Arikunto (2006), �prestasi adalah hasil usaha kegiatan yang mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang dinyatakan dalam bentuk simbol. Simbol digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka. Unsur pertimbangan atau kebijaksanaan tentang usaha dan tingkah laku siswa tidak dibicarakan dalam nilai tersebut�. Menurut W.J.S. Purwadarminta dalam Djamarah (1994), berpendapat bahwa �prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)�.
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan kegiatan dalam waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, hurup atau kalimat.
Prestasi belajar bukan sesuatu yang dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi antara beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Menurut Admin (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a. Pengaruh pendidikan dan pembelajaran unggul
Seorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut dengan intelegensi yang bersumber dari otaknya. Struktur otak telah ditentukan secara genetis, namun berfungsinya otak tersebut menjadi kemampuan umum yang disebut intelegensi, sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan.
b. Perkembangan dan pengukuran otak
Cara penggunaan sistem kompleks dari proses pengelolaan otak sangat menentukan intelegensi maupun kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami seorang manusia, serta kualitas manusia itu sendiri.
c. Kecerdasan (intelegensi) emosional.
Emosi selain mengandung perasaan yang dihayati seseorang, juga mengandung kemampuan mengetahui (menyadari) tentang perasaan yang dihayati dan kemampuan bertindak terhadap perasaan itu. Bahkan pada hakekatnya emosi itu adalah impuls untuk bertndak.
4. Tinjauan Tentang Fisika
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan alam sekitar, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan matematika. Serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas, 2003).
Sebagai salah satu cabang dari sains, maka karakteristik sains juga merupakan karakterisrik pelajaran fisika, dapat ditandai sebagai berikut:
a. Fisika merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori tentang gejala alam.
b. Fisika merupakan kegiatan keilmuan berupa pemikiran, penelitian, obsevasi dan eksperimen. Melalui observasi dapat dipahami konsep fisika secara tepat.
c. Fisika selau bersifat progresif dan komulatif. Bersifat progresif maksudnya selalu berkembang maju ke arah yang lebh sempurna, bersifat komulatif maksudnya setiap penemuan selalu berdasarkan penemuan sebelumnya.
Berdasarkan karakteristik fisika diatas, maka fisika harus dipelajari atau dipahami melalui kegiatan empirik. Itulah sebabnya fisika merupakan ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis melalui eksperimen dan penemuan teori atau konsep-konsep (Memes, 1990).
Dalam kamus fisika Isaacs (1994), fisika merupakan ilmu yang mempelajari hukum-hukum yang menentukan struktur alam semesta dengan mengacu pada materi dan energi yang dikandungnya. Fisika mempelajari bukan mengenai perubahan kimiawi yang terjadi namun mengenai gaya-gaya yang ada antara benda-benda dan hubungan timbal balik antara materi dan energi. Menurut tradisi, fisika dibagi menjadi beberapa bidang yang terpisah: panas, cahaya, bunyi, listrik magnet, dan mekanika. Menurut Gem (1998), Fisika merupakan ilmu yang mempelajari benda dan energi serta bagaimana mereka saling mempengaruhi.
Sedangkan menurut Sari (2004), �Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu ilmu yang mempelajari gejala dan pristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta �.
5. Tinjauan tentang Pokok Bahasan Optik Geometrik
Optik geometrik adalah cabang dari ilmu yang mempelajari tentang cahaya yang berkaitan dengan bayangan, bagaimana proses terbentuknya bayangan dan bagaimana cara memanipulasi bayangan. Optik geometrik memerlukan cahaya sebagai sinar-sinar cahaya, sehingga pembahasan dengan perumusan sifat pemantulan dan pembiasan cahaya benar-benar dapat dijelaskan berdasarkan hukum-hukum geometris (Anonim, 2008). Menurut Hadiat (2004), �Optik geometik merupakan bagian optika yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pemantulan dan pembiasan cahaya dan mengangap bahwa cahaya merambat lurus. Penjelasan-penjelasan terutama didasarkan atas ilmu ukur (geometri). Hakikat cahaya dan sifat gelombang cahaya tidak ditinjau�.
Sedangkan dalam kamus fisika Wilardjo (1997), �optik geometrik adalah cabang fisika yang memperlakukan cahaya seolah-olah terdiri atas berkas yang menyebar dalam lintasan-lintasan lurus ke berbagai arah dari sumber dan secara tiba-tiba dibelokkan oleh pembiasan atau dibalikkan oleh pemantulan ke lintasan-lintasan tertentu, mengikuti hukum-hukum yang telah diketahui�.
Pada mata pelajaran fisika kelas X, pokok bahasan optik geometri meliputi subpokok bahasan yaitu pemantulan cahaya, pembiasan cahaya, peralatan optik. Subpokok pemantulan cahaya meliputi jenis dan hukum pemantulan, pemantulan pada cermin datar, pemantulan pada cermin lengkung, pemantulan pada cermin cekung, pemantulan pada cermin cembung. Pada subpokok pembiasan cahaya meiliputi hukum pembiasan, pemantulan sempurna, pembiasan pada lensa. Sedangkan pada subpokok peralatan optik meliputi mata, kamera, lup, mikroskop, teropong (Kanginan, 2007).
B. Hipotesis
Dari beberapa uraian tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis nol (Ho): tidak ada pengaruh pemanfaatan kit sederhana terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa di SMA 1 Terara Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Hipotesis altenatif (Ha): ada pengaruh pemanfaatan kit sederhana terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa di SMA 1 Terara Tahun Ajaran 2008/2009
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa siklus yang masing-masing siklus meliputi tahapan-tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan november 2008 sampai dengan bulan januari 2009 yang meliputi dua tahap yaitu:
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelas X SMA Negeri 1 Terara Tahun Ajaran 2008/2009
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu: variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kit sederhana. Sedangkan variabel terikat dalam peneltian ini adalah prestasi belajar fisika siswa.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Terara tahun ajaran 2008/2009 yang terdiri dari 6 kelas. Teknik pengambilan sampel adalah secara acak. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah kelas___
E. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap perlakuan mengikuti tahapan-tahapan tindakan kelasbdalam 3 siklus sebagai berikut:
a. Siklus I
? Perencanaan
Dalam perencanaan ini dilakukan kegiatan-kegiatan: merancang kit sederhana, menganalisis materi, menentukan pokok bahasan yang akan diberikan kepada siswa, merancang percobaan fisika, merancang model pembelajaran yang memanfaatkan kit sederhana, menyusun lembar observasi, angket dan tes hasil belajar.
? Tindakan
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan kit sederhana yang telah dibuat.
? Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang memanfaatkn kit sederhana.
? Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengkaji temuan selama kegiatan perencanaan, tindakan, dan observasi serta mengevaluasi hasil belajar dengan maksud untuk mengetahui kualitas model pembelajaran dengan memanfaatkan kit sederhana sebagai langkah lebih lanjut untuk melakukan revisi pada siklus berikutnya.
b. Siklus II
? Perencanaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I, peneliti memperbaiki model pembelajaran dengan menyusun langkah-langkah yang tepat untuk pembelajaran dengan
? Tindakan
? Observasi
? Refleksi
c. Siklus III
? Perencanaan
? Tindakan
? Observasi
? Refleksi
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes dan angket. Tes digunakan untuk memperoleh informasi tentang perkembangan prestasi belajar fisika siswa. Sedangkan angket digunakan untuk memperoleh informasi respon siswa terhadap perlakuan pembelajaran dengan memanfaatkan kit sederhana.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian, dimana dalam penelitian ini digunakan tes. Arikunto (2002), menyatakan bahwa baik-buruknya suatu tes dapat dilihat dari beberapa kriteria yaitu validitas (kesahihan), reliabel (dapat dipercaya), tingkat kesukaran, dan daya beda.
Dalam penelitian ini tes diberikan setelah diterapkannya pembelajaran yang memamanfaatkan kit sederhana pada siswa yang menjadi sampel. Sebelum tes diberikan terlebih dahulu dilakukan pengujian yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya beda sebagai berikut:
1. Validitas butir soal atau validitas item
Suatu instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus dapat memberikan hasil sesuai dengan keadaan yang dievaluasinya atau disebut dengan valid. Arikunto (2006), menyatakan bahwa untuk menentukan validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial sebagai berikut :
(3.1)
Keterangan:
rpbi = koefisien korelasi point biserial
Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Mt = rata-rata skor total
St = standar deviasi skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
p =
q = proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 � p)
Nilai rpbi akan dikonsultasikan dengan tabel r product moment kriteria pengujian yaitu:
a jika rpbi > rtabel maka soal dikatakan valid
b jika rpbi < rtabel maka soal dikatakan tidak valid 2. Reliabilitas butir soal Suatu tes yang baik harus memiliki kepercayaan yang tinggi atau disebut reliabel. Tes dikatakan mempunyai reliabel yang tinngi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap untuk beberapa kali pengukuran bila mengukur objek yang sama. Untuk menentukan reliabilitas butir soal digunakan rumus KR-20 sebagai berikut (Arikunto, 2006): (3.2) Keterangan: r11 = reliabilitas butir soal secara keseluruhan p = proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar q = proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah Spq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya soal S = standar deviasi dari tes Suatu soal akan reliabel jika r11 = rtabel dan soal dikatakan tidak reliabel apabila r11 = rtabel. Berikut ini adalah tabel kriteria untuk reliabilitas butir soal: Tabel 3.1: Kriteria Nilai Reliabilitas No Nilai Kategori 1 2 3 4 5 0,80 � 1,00 0,60 � 0,80 0,40 � 0,60 0,20 � 0,40 0,00 � 0,20 Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah Sangat rendah (Arikunto, 2006) 3. Tingkat kesukaran soal Menurut Arikunto (2006), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Untuk menentukan taraf kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut : (3.3) Keterangan: P = indeks kesukaran JS = jumlah seluruh siswa peserta tes B = banyaknya siswa yang menjawab tes dengan benar Berikut ini adalah tabel klasifikasi indeks kesukaran soal. Tabel 3.2: Klasifikasi indeks kesukaran soal No Nilai Kategori 1 2 3 0,00 � 0,30 0,30 � 0,70 0,70 � 1,00 Sukar Sedang Mudah (Arikunto, 2006) 4. Daya beda soal Menurut Arikunto (2006), �daya beda soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah�. Rumus untuk menentukan daya beda soal (D) sebagai berikut: (3.4) Keterangan: JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Berikut ini adalah tabel klasifikasi daya beda butir soal. Tabel 3.3: Klasifikasi Daya Beda No Nilai Kategori 1 2 3 4 0,00 � 0,20 0,20 � 0,40 0,40 � 0,70 0,70 � 1,00 Jelek Cukup Baik Baik sekali (Arikunto, 2006) H. Teknik Analisis Data 1. Homogenitas sampel Uji homogenitas dipergunakan untuk membuktikan apakah kedua sampel yang menjadi obyek penelitian homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan sebelum pemberian perlakuan. Riduwan (2004), menyatakan bahwa uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji-F: (3.5) Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: data homogen jika Fhitung = Ftabel dan data tidak homogen jika Fhitung = Ftabel pada taraf signifikan 5% . 2. Normalitas data Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tes akhir terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dicari dengan menggunakan rumus chi-kuadrat (Riduwan, 2004): (3.6) Dimana fo menyatakan frekuensi hasil pengamatan dan fe menyatakan frekuensi harapan berdasarkan distribusi frekuensi kurva normal teoritis. Suatu data akan terdistribusi normal jika dan tidak terdisribusi normal jika pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan, db = k� 1, dimana k menyatakan jumlah kelas interval. 3. Uji hipotesis Untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan pembelajaran dengan memanfaatkan Kit sederhana terhadap prestasi belajar fisika siswa, maka data tes akhir dianalisis dengan menggunakan uji-t (Sudjana,2002): (3.7) Keterangan: = nilai rata-rata kelas eksperimen = nilai rata-rata kelas kontrol S1 = standar deviasi kelas eksperimen S2 = standar deviasi kelas kontrol n1 = jumlah sampel kelas eksperimen n2 = jumlah sampel kelas kontrol. Dengan kriteria pengujian adalah Ho diterima jika -ttabel ? thitung ? ttabel pada taraf signifikansi ? = 0,05 dan dk1 = n1 � 1 dan dk2 = n2 � 1 4. Respon siswa terhadap pembelajaran yang memanfaatkan KIT sederhana Data respon siswa terhadap perlakuan pembelajaran dengan memanfaatkan KIT sederhana yang diperoleh dari angket dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan penilaian skala 5. Dimana skor maksimal untuk setiap item adalah 5, sehingga total skor dari 10 item diperoleh skor maksimal 50. Analisis data respon siswa menggunakan Mi dan Si. Rata-rata Mi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.9) Sedangkan simpangan ideal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (3.10) Berikut tabel kualifikasi respon siswa berdasarkan pedoman konversi (Nurkancana, 1992): Tabel 3.4: Pedoman Konversi Penilaian Skala 1 � 5 Interval Konversi Penilaian Kualifikasi (Mi + 1,5 Si) � (Mi + 3,0 Si) (Mi + 0,5 Si) � (Mi + 1,5 Si) (Mi + 0,5 Si) � (Mi + 0,5 Si) (Mi + 1,5 Si) � (Mi + 0,5 Si) (Mi + 3,0 Si) � (Mi + 1,5 Si) 76% - 100% 59% - 75% 43% - 58% 25% - 42% 0% - 25% Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Kriteria keberhasilan tindakan, apabila respon siswa minimal berkualifikasi cukup atau berada pada konversi nilai 43% � 58%.
Jumat, 27 Mei 2011
Kamis, 26 Mei 2011
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008 Pada Pokok Bahasan Peluang Melalui Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah mendasar dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi murid serta kurangnya motivasi dan keinginan terhadap pembelajaran matematika di sekolah. Beberapa faktor penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut antara lain kurangnya kualitas materi pembelajaran, metode pembelajaran, metode pengajaran yang mekanistik yang lebih menekankan pada latihan dan penghafalan rumus, serta buruknya sistem penilaian (Depdiknas,
2004: 32)
Aspek penting dalam pengajaran matematika adalah
agar siswa mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam berbagai keterampilan serta mampu menggunakannya sebagai strategi untuk memecahkan berbagai masalah (Putman dalam Asmin, 2007: 3)
Salah satu pokok bahasan yang diajarkan di Sekolah Menengah kelas XI pada pelajaran matematika adalah peluang. Ditinjau dari karakteristik materi, peluang merupakan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dibutuhkan pemahaman siswa terhadap konsep, penalaran, ketelitian kemampuan berfikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Tujuan pembelajaran materi peluang pada kelas XI IPS adalah agar siswa dapat menyusun dan menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi, dan agar siswa dapat menentukan banyak kemungkinan kejadian dari beberapa situasi (Depdiknas: 2003: 49). Peluang adalah materi dalam pelajaran matematika yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memahami konsep peluang dengan baik akan melatih siswa untuk lebih memahami kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan konsep peluang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu guru matematika MAN 2 Mataram kelas XI, bahwa pada kelas XI telah dilakukan penjurusan kelas. Ada tiga penjurusan yaitu, XI IPA, XI IPS, dan XI Bahasa. Terdapat beberapa permasalahan akibat dari penjurusan kelas pada kelas XI IPS yakni:
(1) Apabila dibandingkan dengan kelas XI IPA, siswa kelas XI IPS lebih banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika.
(2) Siswa pada umumnya mengambil jurusan IPS karena ingin menghindari mata pelajaran matematika yang mereka anggap sulit. Namun, sejak beberapa tahun yang lalu matematika pada jurusan IPS diikutsertakan pada ujian nasional, sehingga mata pelajaran matematika juga diajarkan pada jurusan IPS.
(3) Materi pelajaran matematika pada semester I kelas XI IPS membahas mengenai statistika dan peluang. Hal ini berarti bahwa, prestasi belajar siswa pada konsep peluang akan memberikan pengaruh yang besar pada prestasi belajar siswa secara keseluruhan semester I.
(4) Siswa dalam proses pembelajaran lebih sering bermain-main dan tidak berkonsentasi dalam belajar. Hal ini berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menerima pelajaran yang diberikan guru.
Informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas XI IPS ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
(1) Siswa-siswa tersebut berasal sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama yang berbeda-beda, sehingga terdapat siswa yang tidak terlatih untuk mengembangkan pola pikir matematis.
(2) Penyajian materi yang kurang menarik menyebabkan siswa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa saat belajar rendah. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
(3) Pembelajaran matematika di kelas masih bersifat mekanistik, dimana pembelajaran lebih menekankan pada latihan dan penghafalan rumus.
Berdasarkan hasil wawancara, bahwa pada pokok bahasan statistika yang mendahului pokok bahasan peluang, siswa tidak terlalu bermasalah, hanya saja membutuhkan waktu yang lebih lama. Selanjutnya, guru matematika kelas XI IPS menambahkan bahwa lebih sulit menjelaskan pokok bahasan peluang daripada statistika, karena karakteristik pokok bahasan peluang lebih kompleks.
Melihat karakteristik peluang dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu pendekatan yang menjanjikan dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran melalui pendekatan RME (Realistic Mathematic Education). Pada pandangan RME, dalam semua kasus, bahan ajar dimatematisasikan, dipengalamankan secara nyata untuk siswa. Hal ini tidak berarti bahwa RME selalu menggunakan masalah kehidupan yang nyata (Lange, 1987), tetapi juga dapat menggunakan hal-hal yang sudah dialami atau dipahami siswa atau sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar dalam Amin, 2004: 145). Salah satu prinsip yang dikembangkan dalam RME adalah bahwa pembelajaran tidak bermula dari proses formal. Prinsip ini cocok diterapkan pada kelas dimana pada proses pembelajaran siswa lebih banyak bermain-main dan kurang berkonsentrasi.
Pembelajaran dengan pendekatan RME dapat diterapkan pada pokok bahasan peluang karena memiliki cakupan materi yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Melalui pembelajaran dengan pendekatan RME diharapkan dapat membangun minat dan motivasi siswa dalam proses belajar. RME juga diharapkan dapat memudahkan guru untuk dapat menggalakkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran akan lebih meningkat. Dengan demikian, materi yang dipelajari siswa akan lebih mudah dipahami dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas XI IPS bahwa siswa kelas XI IPS 3 prestasi belajarnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kelas XI IPS yang lain, hal ini terlihat dari hasil ujian tengah semester yang telah dilakukan yakni kelas XI IPS 1 nilai rata-ratanya 71, 4, kelas XI IPS 2 nilai rata-ratanya 75, 1, XI IPS 3 rata-ratanya 68, 7. Penyebab hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 rendah adalah kurangnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa dalam proses pembelajaran lebih banyak bermain-main dan tidak berkonsentrasi sepenuhnya pada kegiatan belajar. Hal ini mendorong peneliti menggunakan kelas XI IPS 3 sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan RME (Realistic Mathematic Education) terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang diberi judul �Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008 Pada Pokok Bahasan Peluang Melalui Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)�. Untuk selanjutnya, pada tulisan ini Realistic Mathematic Education akan disebut sebagai Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diangkat beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 ?.
2. Bagaimana penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 ?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan diadakannya penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 melalui pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain:
1. Bagi siswa, sebagai acuan untuk dapat memahami konsep peluang dengan lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dalam menerapkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) di dalam kelas sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan peluang.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar dan dapat memberikan solusi alternatif dari masalah pembelajaran yang ada guna meningkatkan hasil belajar matematika.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah mendasar dalam pendidikan matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi murid serta kurangnya motivasi dan keinginan terhadap pembelajaran matematika di sekolah. Beberapa faktor penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut antara lain kurangnya kualitas materi pembelajaran, metode pembelajaran, metode pengajaran yang mekanistik yang lebih menekankan pada latihan dan penghafalan rumus, serta buruknya sistem penilaian (Depdiknas,
2004: 32)
Aspek penting dalam pengajaran matematika adalah
agar siswa mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam berbagai keterampilan serta mampu menggunakannya sebagai strategi untuk memecahkan berbagai masalah (Putman dalam Asmin, 2007: 3)
Salah satu pokok bahasan yang diajarkan di Sekolah Menengah kelas XI pada pelajaran matematika adalah peluang. Ditinjau dari karakteristik materi, peluang merupakan materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dibutuhkan pemahaman siswa terhadap konsep, penalaran, ketelitian kemampuan berfikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada. Tujuan pembelajaran materi peluang pada kelas XI IPS adalah agar siswa dapat menyusun dan menggunakan aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi, dan agar siswa dapat menentukan banyak kemungkinan kejadian dari beberapa situasi (Depdiknas: 2003: 49). Peluang adalah materi dalam pelajaran matematika yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memahami konsep peluang dengan baik akan melatih siswa untuk lebih memahami kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan konsep peluang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu guru matematika MAN 2 Mataram kelas XI, bahwa pada kelas XI telah dilakukan penjurusan kelas. Ada tiga penjurusan yaitu, XI IPA, XI IPS, dan XI Bahasa. Terdapat beberapa permasalahan akibat dari penjurusan kelas pada kelas XI IPS yakni:
(1) Apabila dibandingkan dengan kelas XI IPA, siswa kelas XI IPS lebih banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi matematika.
(2) Siswa pada umumnya mengambil jurusan IPS karena ingin menghindari mata pelajaran matematika yang mereka anggap sulit. Namun, sejak beberapa tahun yang lalu matematika pada jurusan IPS diikutsertakan pada ujian nasional, sehingga mata pelajaran matematika juga diajarkan pada jurusan IPS.
(3) Materi pelajaran matematika pada semester I kelas XI IPS membahas mengenai statistika dan peluang. Hal ini berarti bahwa, prestasi belajar siswa pada konsep peluang akan memberikan pengaruh yang besar pada prestasi belajar siswa secara keseluruhan semester I.
(4) Siswa dalam proses pembelajaran lebih sering bermain-main dan tidak berkonsentasi dalam belajar. Hal ini berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menerima pelajaran yang diberikan guru.
Informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas XI IPS ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:
(1) Siswa-siswa tersebut berasal sekolah-sekolah lanjutan tingkat pertama yang berbeda-beda, sehingga terdapat siswa yang tidak terlatih untuk mengembangkan pola pikir matematis.
(2) Penyajian materi yang kurang menarik menyebabkan siswa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa saat belajar rendah. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
(3) Pembelajaran matematika di kelas masih bersifat mekanistik, dimana pembelajaran lebih menekankan pada latihan dan penghafalan rumus.
Berdasarkan hasil wawancara, bahwa pada pokok bahasan statistika yang mendahului pokok bahasan peluang, siswa tidak terlalu bermasalah, hanya saja membutuhkan waktu yang lebih lama. Selanjutnya, guru matematika kelas XI IPS menambahkan bahwa lebih sulit menjelaskan pokok bahasan peluang daripada statistika, karena karakteristik pokok bahasan peluang lebih kompleks.
Melihat karakteristik peluang dan permasalahan yang dihadapi siswa, maka diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu pendekatan yang menjanjikan dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran melalui pendekatan RME (Realistic Mathematic Education). Pada pandangan RME, dalam semua kasus, bahan ajar dimatematisasikan, dipengalamankan secara nyata untuk siswa. Hal ini tidak berarti bahwa RME selalu menggunakan masalah kehidupan yang nyata (Lange, 1987), tetapi juga dapat menggunakan hal-hal yang sudah dialami atau dipahami siswa atau sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slettenhaar dalam Amin, 2004: 145). Salah satu prinsip yang dikembangkan dalam RME adalah bahwa pembelajaran tidak bermula dari proses formal. Prinsip ini cocok diterapkan pada kelas dimana pada proses pembelajaran siswa lebih banyak bermain-main dan kurang berkonsentrasi.
Pembelajaran dengan pendekatan RME dapat diterapkan pada pokok bahasan peluang karena memiliki cakupan materi yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Melalui pembelajaran dengan pendekatan RME diharapkan dapat membangun minat dan motivasi siswa dalam proses belajar. RME juga diharapkan dapat memudahkan guru untuk dapat menggalakkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran akan lebih meningkat. Dengan demikian, materi yang dipelajari siswa akan lebih mudah dipahami dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas XI IPS bahwa siswa kelas XI IPS 3 prestasi belajarnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kelas XI IPS yang lain, hal ini terlihat dari hasil ujian tengah semester yang telah dilakukan yakni kelas XI IPS 1 nilai rata-ratanya 71, 4, kelas XI IPS 2 nilai rata-ratanya 75, 1, XI IPS 3 rata-ratanya 68, 7. Penyebab hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 rendah adalah kurangnya aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa dalam proses pembelajaran lebih banyak bermain-main dan tidak berkonsentrasi sepenuhnya pada kegiatan belajar. Hal ini mendorong peneliti menggunakan kelas XI IPS 3 sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu mengetahui pengaruh pembelajaran dengan pendekatan RME (Realistic Mathematic Education) terhadap aktivitas dan prestasi belajar siswa. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang diberi judul �Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008 Pada Pokok Bahasan Peluang Melalui Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)�. Untuk selanjutnya, pada tulisan ini Realistic Mathematic Education akan disebut sebagai Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diangkat beberapa rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimana penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 ?.
2. Bagaimana penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 ?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan diadakannya penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 3 MAN 2 Mataram pada pokok bahasan peluang tahun pelajaran 2007/2008 melalui pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR).
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain:
1. Bagi siswa, sebagai acuan untuk dapat memahami konsep peluang dengan lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dalam menerapkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) di dalam kelas sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada pokok bahasan peluang.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar dan dapat memberikan solusi alternatif dari masalah pembelajaran yang ada guna meningkatkan hasil belajar matematika.
4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai tambahan referensi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
Peningkatan Prestasi Belajar Biologi dan Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan yang cepat di luar bidang pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika cara pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam menghadapi tantangan tersebut pemerintah melakukan berbagai macam cara yaitu antara lain dengan memberikan pelatihan terhadap guru-guru, pengembangan kurikulum dan penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga pemerintah melakukan standarisasi terhadap ujian nasional.
Oleh karena itu guru dan siswa diharapkan mampu mencapai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi terwujudnya
tujuan dari pendididkan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ilmu biologi adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang semua mahluk hidup di muka bumi. Biologi secara universal mengkaji aspek penting tentang kehidupan dari semua mahluk hidup di alam semesta ini. Pada abad ke- 19 perkembangan ilmu biologi semakin meluas setelah adanya penemuan-penemuan baru oleh para ilmuan. Dari hasil penemuan itu disimpulkan bahwa semua organisme memiliki karakteristik pokok. Karakteristik pokok yang melekat pada setiap kelompok organisme tidaklah sama. Maka, muncullah istilah-istilah botani, zoologi, dan mikrobiologi yang merupakan cabang dari biologi yang mengkaji secara khusus tentang karakteristik pokok dari setiap kelompok organisme. Seirama dengan perkembangan peradaban manusia, biologi kini berkembang mengarah ke aspek yang mengkaji tentang kemungkinan berevolusinya mahluk hidup pada masa yang akan datang dan kemungkinan adanya mahluk hidup di plaanet-planet lain selain bumi (Bekti R, Sawaldi, 2007).
Terkadang siswa banyak mengalami kesulitan untuk mempelajari dan memahami materi yang ada dalam pelajaran biologi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar materi diajarkan dengan metode yang masih bersifat tradisional dan selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah. Untuk itu perlu diterapkan metode mengajar yang sesuai, agar siswa mudah memahami materi tersebut. Metode mengajar adalah stategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah dan Aswan, 2006).
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Namun pencapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya model pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang mungkin dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang masih banyak dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Biologi SMA Negeri 1 Empang adalah 60. Berikut adalah hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang :
Tabel 1.1 Data ketuntasan belajar Biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011
No Kelas Nilai
Rata-rata Jumlah siswa Total siswa Persentase ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 XI IPA 1 50,96 8 20 28 28,57 %
2 XI IPA 2 51,48 10 17 27 37,04 %
(Sumber : Ulangan harian kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang)
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Rendahnya prestasi belajar biologi pada siswa yang mengalami masalah secara komperhensif dalam pembalajaran biologi yaitu faktor internal siswa misalnya kesiapan belajar siswa, kemampuan kognitif maupun faktor eksternal seperti kondisi sosial, sarana dan prasarana serta gaya/pendekatan dalam mengajar.
Setelah melakukan wawancara dengan guru bidang studi biologi SMA Negeri 1 Empang, salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar dan motivasi siswa khususnya pelajaran biologi adalah sebagian metode yang digunakan masih bersifat tradisional. Selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat guru dapat menyelesaikan bahan pelajaran, kenyataan ini diperkuat oleh alasan guru yaitu mengejar target kurikulum. Dan dengan metode yang masih didominasi dengan metode cerama membuat siswa merasa jenuh dan kaku didalam proses belajar biologi yang secara langsung hal ini dapat mengurangi motivasi siswa pada mata pelajaran biologi.
Hal yang demikian merupakan faktor yang menjadikan biologi termasuk pelajaran yang sulit dan akhirnya kurang diminati. Oleh sebab itu, peneliti mencoba dengan pendekatan kooperatif Examples Non Examples karena pendekatan ini lebih menfokuskan pada materi yang berkaitan dengan contoh-contoh.
Dari uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian tentang �Peningkatan Prestasi Belajar Biologi dan Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah �Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 20010/2011 ?�.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam menentukan metode pengajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4.2. Manfaat praktis
1.4.2.1. Memberi masukan bagi tenaga pendidik tentang upaya memperbaiki proses pembelajaran kearah perbaikan bagi siswa yang merasa kurang mampu menangkap lebih cepat materi yang diberikan guna meningkatkan prestasi belajar.
1.4.2.2. Menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan metode pengajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran.
1.5. Lingkup Penelitian
1.5.1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Empang Jalan Lintas Sumbawa-Bima Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa.
1.5.2. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA Tahun Ajaran 2010/2011.
1.5.3. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dalam meningkatkan prestasi belajar serta motivasi siswa.
1.6. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman penafsiran beberapa istilah pada judul penelitian ini perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1.6.1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhanm (Isjoni,2009). Selanjutnya menurut Lie (2002), Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ini merupakan alur poroses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, tetapi siswa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
1.6.2. Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati,2007). Selanjutnya menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
1.6.3. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
1.6.4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. (Hamzah, 2006;23)
Selanjutnya Sardiman (2010;75), menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin dari arah belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Kooperatif
2.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang memilki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni,2009). Selanjutnya Slavin dalam isjoni (2009), pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono,2009).
Menurut Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah Positive interdependence (saling ketergantungan positif), Personal responsibility (tanggung jawab perorangan), Face to face promotive interaction (tatap muka), Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan Group processing (pemrosesan kelompok).
2.1.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Setiap anggota memiliki peran
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat di perlukan
Sedangkan menurut Suprijono (2009), model pembelajaran kooperatif akan dapat menunumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
2.1.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar coopertive learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni,2009).
2.1.4. Keterampilan Kooperatif
Laundgren (dalam Isjoni, 2009), membagi keterampilan kooperatif sebagai berikut:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal.
Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati pekerjaan individu.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan katidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mandengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, dan mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
2.1.5. Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
Pendekatan pembelajaran kooperatif dilaksanakan oleh guru dengan teknik-teknik antara lain sebagai berikut :
a. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division (STAD)).
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi kunci jawaban soal dan meminta memeriksa hasil kerja. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
b. Teknik Susun Gabung (Jigsaw).
Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
c. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation).
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua siswa di kelas.
d. Teknik Cari Pasangan.
Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu, tiap kartu berisi 1 bagian materi pelajaran, kemudian mereka harus mencari siswa-siswa pemegang kartu yang isinya berkaitan dengan isi kartunya. Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu berkelompok dan mendiskusikan keseluruhan materi.
e. Teknik Tukar Pasangan.
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan hasil kerja dari kelompok semula.
f. Examples Non Examples
Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, membagi kelompok siswa, menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP, memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar, melalui diskusi kelompok 2�3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, Kesimpulan.
2.1.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Suprijono, (2009) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Prilaku guru
Fase 1 : Present goals and set.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2 : Present information.
Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning teams.
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim dan belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and study.
Membantu kerja team dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials.
Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajara atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provode recongnition.
Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui dan presentasi individu maupun kelompok
2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
2.2.1. Pengertian Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007 ). Sedangkan menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh yang berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Examples Non Examples
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tipe Examples Non Examples (Kusuma, 2008) adalah :
a. Kelebihan Examples Non Examples
1. Membuat siswa lebih aktif dan berpikir kritis dalam menganalisa gambar dari contoh-contoh materi pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar mengajar.
2. Materi dapat disajikan dalam bentuk yang lebih praktis berupa contoh-contoh yang berupa bagan, gambar, maupun skema.
3. Siswa dapat mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar dan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Kekurangan Examples Non Examples
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk bagan, gambar, maupun skema.
2. Hanya materi pembelajaran yang bersifat eksperimen saja yang dapat diaplikasikan pada tipe Examples Non Examples.
3. Membutuhkan waktu yang lama untuk proses kegiatan belajar mengajar.
2.2.3. Langkah-langkah Examples Non Examples
Menurut Suprijono (2009), adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples adalah sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru membagi kelompok siswa
c. Guru menempel gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
d. Guru memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
e. Melalui diskusi kelompok 2 � 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
f. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
g. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
h. Kesimpulan.
2.3. Prestasi Belajar
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni �prestasi� dan �belajar�. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Slameto (2009), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor-faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa, meliputi :
1. Faktor Jasmani
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya, ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau menurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyusaikan ke dalam situasi yang baru dengan cakap yang efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif , mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada sesuatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siwa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e) Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dpat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan
kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Kelelahan dapat dihilangkan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara berikut:
a) Tidur
b) Istirahat
c) Mengusahan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
d) Menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran darah
e) Rekreasi dan ibadah yang teratur
f) Olahraga secara teratur
g) Mengimbangi makanan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalkan makanan yang memenuhi empat sehat lima sempurna.
h) Jika kelehan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya, dokter, psikiater, konselor, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri siswa, meliputi :
1. Faktor Keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidkan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh, dan sebagainya.
c) Suasana rumah
Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan ganggu dengan tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah.
f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak dalam belajar.
2. Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefekfif mungkin.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses itu juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
d) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain.
e) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
f) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa masuk sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
g) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.
h) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
i) Metode belajar
Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes.dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
j) Tugas rumah
Waktu belajar terutama di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
b) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.
c) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ.
2.4. Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2.5. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar siswa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi hasil dari proses belajar. Prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran 2010/2011 masih jauh yang diharapkan dan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dengan memilih pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan tersebut harus dapat membangkitkan semangat belajar dan motivasi siswa selain itu juga harus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang di mana konsep dasar dari model pembelajaran ini adalah menyusun materi pembelajaran dalam bentuk contoh-contoh berupa skema, gambar maupun bagan sehingga nantinya dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa.
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Berdasarkan kerangka berpikir tersubut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah �Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research), Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto,dkk. 2007;3)
Penelitian tindakan kelas ini akan berjalan dengan menggunakan siklus pembelajaran dan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan yaitu, 1 kali pertemuan pemberian materi pelajaran dan satu kali pertemuan diakhir siklus peneliti akan melakukan evaluasi sebagai akhir dari siklus pertama.
Pada siklus kedua juga akan mendapat perlakuan yang sama dengan siklus pertama, dengan melihat segala kekurangan yang terjadi pada siklus pertama akan diperbaiki pada proses pembelajaran pada siklus ke dua.
3.2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai prestasi belajar siswa pada materi pelajaran dengan menggunakan soal tes. Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan oleh peneliti dalam bentuk kalimat, kata atau gambar. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai motivasi melalui angket.
3.3. Tempat dan waktu penelitian
3.1.1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Empang.
3.1.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (II) Tahun Ajaran 2010/2011.
3.4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan penelitian tindakan kelas, pada penelitian tindakan kelas ini rancangan penelitiannya terdiri atas dua siklus dengan ciri-ciri sebagai berikut:
3.4.1 Tahapan siklus pertama
a) Tahap Perencanaan
Tahap yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1. Peneliti mensosialisasikan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples kepada guru di sekolah.
2. Membuat rencana program pengajaran (RPP).
3. Menyusun format-format instrument penelitian, angket (Quesioner) serta tes hasil belajar siswa.
b) Tahap aksi atau Tindakan
1. Peneliti memperkenalkan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dan menjelaskan alur-alur kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Melaksanakan semua hal yang telah direncanakan pada tahap perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam skenario pembelajaran.
c) Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan menafsirkan hasil proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.
d) Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar siswa disimpulkan secara analisis, sehingga dari hasil tersebut peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data hasil tes tulis maupun tes angket yaitu identifikasi kekurangan, analisis sebab kekurangan dan menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5.1. Siklus II
Tahap siklus kedua ini urutannya sama dengan urutan siklus pertama, akan tetapi umumnya tindakan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari siklus pertama yang tentu saja ditunjukkan untuk memperbaiki berbagai hambatan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Tahapan pada Siklus II sama dengan Siklus I yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan (implementasi)
3. Evaluasi
4. Analisis dan refleksi
Siklus PTK secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema : 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas ( Suharsimi, 2007;16 ).
3.5. Populasi dan sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Mardalis (2007), populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa yang tersebar dalam dua kelas yaitu XI IPA1 berjumlah 28 siswa dan XI IPA2 berjumlah 27 siswa.
3.5.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Selanjutnya, menurut Arikunto (2009) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jadi yang dimaksud dengan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari seluruh siswa/kelas yang diteliti.
Menurut Arikunto (2009), Apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPA berjumlah 55 siswa. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Pada penentuan sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan melihat nilai hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Pelajaran 2010/2011 didapatkan persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA1 28,57%, dan untuk kelas XI IPA2 37,04%. Dengan demikian sebagai kelas kontrol adalah kelas XI IPA2 dan sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI IPA1, karena persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA2 lebih besar dari kelas XI IPA1 (37,04%>28,57%).
3.6. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode angket dan pemberian post tes (tes hasil belajar) yang telah diuji coba pada kelas yang lain. Data hasil tes kemudian dianalisis menggunakan statistik uji-t.
Untuk memperoleh data yang valid, reliabel dan dapat dipercaya sehingga akan memberikan hasil yang optimal, maka dalam penelitian ini ditetapkan teknis pengumpulan datanya sebagai berikut :
3.6.1. Angket
Angket merupakan teknit pengupulan data yang palinag efesien bila peneliti tau dengan pasti variable yang akan diukur dan tau apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,2009;199). Dalam penelitian ini penyusunanan angket berdasarkan pada skala Likert dengan standar skala adalah 1 sampai 5.
Setelah ditentukan respondennya maka dilanjutkan dengan membagikan angket. Angket dibagikan kepada responden dengan ketentuan lembar angket dan angket diisi kemudian angket ditarik kembali untuk dilakukan pembahasan.
3.6.2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006).
3.7. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006).
3.7.1. Lembar angket
Angket atau (Quisioner) adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang di distribusikan kepada responden baik secara langsung atau tdak langsung (melalui pos atau perantara). (Amirul, dkk.1998;99)
Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau sumber yang beraneka ragam. Selain itu angket juga secara umum meminta keterangan tentang fakta yang diketahui responden atau juga mengenai pendapat atau sikap. (Nasution. S. 2008;128).
Angket dalam penelitian ini yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa sebagai pengaruh dari model pembelajaran artikulasi. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, item-item disusun dalam bentuk pernyataan dengan alternatif, jawaban :Jika memilih e diberi skor 1, b diberi skor 2, c diberi skor 3, b diberi skor 4, dan a diberi skor 5.
3.7.2. Soal Tes
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari 20 item soal yang semuanya adalah pilihan ganda (multiple chois). Soal tes dalam penelitian ini diambil dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa perangkat tes hasil belajar (THB).
3.7.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran biasanya lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan di dalam kelas dimana rencana ini berisi gambaran global dari materi yang akan disampaikan.
3.8. Teknik analisis data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif sebagai berikut :
3.8.1. Analisis data angket motivasi dan pengetahuan siswa
Data angket motivasi dapat dianalisis secara kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tiap-tiap soal memilki item yaitu a, b, c, d, e masing-masing item mempunyai nilai berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1 denagn menentukan skor penilaian sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh penulis.
b. Berdasarkan skor tertentu dapat dijumlahkan skor total motivasi siswa.
c. Berdasarkan jumlah skor total tersebut dapat ditentukan motivasi siswa apakah termasuk kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang.
d. Penetuan motivasi siswa sesuai interval yang telah dibuat, yaitu interval 92-100 termasuk kategori sangat baik, 72-91 termasuk kategori baik, 49-71 termasuk kategori cukup, 25-48 termasuk kategori kurang, 0-24 termasuk kategori sangat kurang.
e. Penentuan tingkat motivasi siswa sesuai dengan interval yang ditentukan.
Rumus analisis angket
Pedoman kriteria penilaian skala 1-5 motivasi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.
Pada sekala Likert data interval dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skor setiap jawaban responden (Sugiyono, 2009;137)
Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut :
jumlah skor yang di peroleh responden
skor ideal (kriterium) seluruh item
Konversi kategori angket motivasi
Selanjutnya kualifikasi motivasi siswa ditentukan berdasarkan pedoman konversi seperti pada tabel 3.1 (Suprijono, 2009) :
Tabel 3.1. Pedoman Konversi Penilaian Skala 1-5 Motivasi Siswa
No Konversi Nilai Kategori Mnat
1
2
3
4
5 92 � 100
72 � 91
49 � 71
25 � 48
0 � 24 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
3.8.2. Analisis hasil belajar
Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut dianalisis dengan mencari nilai rata-rata, ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Kemudian dianalisis secara kuantitatif.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Ketuntasan individu
Hasil belajar siswa ditentukan berdasarkan acuan patokan, skor yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual terhadap indikator yang telah ditetapkan. Ketuntasan individu ditentukan dengan rumus :
N =
Keterangan :
N = Nilai
X = Skor yang dicapai siswa
Z = Skor maksimal
Setiap siswa dalam proses belajar dikatakan tuntas terhadap materi pelajaran yang telah diberikan apabila memperoleh nilai 60.
2. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan persaman sebagai berikut (Sudjana, 2003) :
KK=
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60
Z = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Sesuai dengan teknik penilaian, siswa dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi yang telah diajarkan jika mencapai 85% siswa tuntas secara individu.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan yang cepat di luar bidang pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika cara pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Dalam menghadapi tantangan tersebut pemerintah melakukan berbagai macam cara yaitu antara lain dengan memberikan pelatihan terhadap guru-guru, pengembangan kurikulum dan penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga pemerintah melakukan standarisasi terhadap ujian nasional.
Oleh karena itu guru dan siswa diharapkan mampu mencapai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah demi terwujudnya
tujuan dari pendididkan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ilmu biologi adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang semua mahluk hidup di muka bumi. Biologi secara universal mengkaji aspek penting tentang kehidupan dari semua mahluk hidup di alam semesta ini. Pada abad ke- 19 perkembangan ilmu biologi semakin meluas setelah adanya penemuan-penemuan baru oleh para ilmuan. Dari hasil penemuan itu disimpulkan bahwa semua organisme memiliki karakteristik pokok. Karakteristik pokok yang melekat pada setiap kelompok organisme tidaklah sama. Maka, muncullah istilah-istilah botani, zoologi, dan mikrobiologi yang merupakan cabang dari biologi yang mengkaji secara khusus tentang karakteristik pokok dari setiap kelompok organisme. Seirama dengan perkembangan peradaban manusia, biologi kini berkembang mengarah ke aspek yang mengkaji tentang kemungkinan berevolusinya mahluk hidup pada masa yang akan datang dan kemungkinan adanya mahluk hidup di plaanet-planet lain selain bumi (Bekti R, Sawaldi, 2007).
Terkadang siswa banyak mengalami kesulitan untuk mempelajari dan memahami materi yang ada dalam pelajaran biologi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar materi diajarkan dengan metode yang masih bersifat tradisional dan selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah. Untuk itu perlu diterapkan metode mengajar yang sesuai, agar siswa mudah memahami materi tersebut. Metode mengajar adalah stategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah dan Aswan, 2006).
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Namun pencapaian tujuan pembelajaran juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu diantaranya model pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang mungkin dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa.
Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian siswa yang masih banyak dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Biologi SMA Negeri 1 Empang adalah 60. Berikut adalah hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang :
Tabel 1.1 Data ketuntasan belajar Biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011
No Kelas Nilai
Rata-rata Jumlah siswa Total siswa Persentase ketuntasan
Tuntas Tidak tuntas
1 XI IPA 1 50,96 8 20 28 28,57 %
2 XI IPA 2 51,48 10 17 27 37,04 %
(Sumber : Ulangan harian kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang)
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang mengalami kesulitan dalam proses belajar biologi. Rendahnya prestasi belajar biologi pada siswa yang mengalami masalah secara komperhensif dalam pembalajaran biologi yaitu faktor internal siswa misalnya kesiapan belajar siswa, kemampuan kognitif maupun faktor eksternal seperti kondisi sosial, sarana dan prasarana serta gaya/pendekatan dalam mengajar.
Setelah melakukan wawancara dengan guru bidang studi biologi SMA Negeri 1 Empang, salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar dan motivasi siswa khususnya pelajaran biologi adalah sebagian metode yang digunakan masih bersifat tradisional. Selama ini proses belajar mengajar didominasi dengan metode ceramah, sehingga dalam waktu yang relatif singkat guru dapat menyelesaikan bahan pelajaran, kenyataan ini diperkuat oleh alasan guru yaitu mengejar target kurikulum. Dan dengan metode yang masih didominasi dengan metode cerama membuat siswa merasa jenuh dan kaku didalam proses belajar biologi yang secara langsung hal ini dapat mengurangi motivasi siswa pada mata pelajaran biologi.
Hal yang demikian merupakan faktor yang menjadikan biologi termasuk pelajaran yang sulit dan akhirnya kurang diminati. Oleh sebab itu, peneliti mencoba dengan pendekatan kooperatif Examples Non Examples karena pendekatan ini lebih menfokuskan pada materi yang berkaitan dengan contoh-contoh.
Dari uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian tentang �Peningkatan Prestasi Belajar Biologi dan Motivasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah �Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 20010/2011 ?�.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011 melalui model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai metode alternatif dalam menentukan metode pengajaran agar dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa khususnya dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.
1.4.2. Manfaat praktis
1.4.2.1. Memberi masukan bagi tenaga pendidik tentang upaya memperbaiki proses pembelajaran kearah perbaikan bagi siswa yang merasa kurang mampu menangkap lebih cepat materi yang diberikan guna meningkatkan prestasi belajar.
1.4.2.2. Menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengembangkan metode pengajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajaran.
1.5. Lingkup Penelitian
1.5.1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Empang Jalan Lintas Sumbawa-Bima Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa.
1.5.2. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Empang kelas XI IPA Tahun Ajaran 2010/2011.
1.5.3. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dalam meningkatkan prestasi belajar serta motivasi siswa.
1.6. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman penafsiran beberapa istilah pada judul penelitian ini perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1.6.1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhanm (Isjoni,2009). Selanjutnya menurut Lie (2002), Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif ini merupakan alur poroses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, tetapi siswa juga saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.
1.6.2. Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati,2007). Selanjutnya menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh dapat berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
1.6.3. Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
1.6.4. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. (Hamzah, 2006;23)
Selanjutnya Sardiman (2010;75), menyatakan bahwa motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin dari arah belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembelajaran Kooperatif
2.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang memilki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni,2009). Selanjutnya Slavin dalam isjoni (2009), pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif.
Model pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Suprijono,2009).
Menurut Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah Positive interdependence (saling ketergantungan positif), Personal responsibility (tanggung jawab perorangan), Face to face promotive interaction (tatap muka), Interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan Group processing (pemrosesan kelompok).
2.1.2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2009) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Setiap anggota memiliki peran
b. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya
d. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat di perlukan
Sedangkan menurut Suprijono (2009), model pembelajaran kooperatif akan dapat menunumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan : (1) �memudahkan siswa belajar� sesuatu yang �bermanfaat� seperti, fakta, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.
2.1.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar coopertive learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni,2009).
2.1.4. Keterampilan Kooperatif
Laundgren (dalam Isjoni, 2009), membagi keterampilan kooperatif sebagai berikut:
a. Keterampilan kooperatif tingkat awal.
Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi : Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan menghormati pekerjaan individu.
b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi: menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan katidak setujuan dengan cara yang dapat diterima, mandengarkan dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, dan mengurangi ketegangan.
c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.
2.1.5. Pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
Pendekatan pembelajaran kooperatif dilaksanakan oleh guru dengan teknik-teknik antara lain sebagai berikut :
a. Teknik Sebaran Prestasi (Student Teams-Achievement Division (STAD)).
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, yang terdiri dari seorang berkemampuan rendah, seorang berkemampuan tinggi, dan sisanya berkemampuan sedang. Setelah semua kelompok selesai bekerja, guru memberi kunci jawaban soal dan meminta memeriksa hasil kerja. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
b. Teknik Susun Gabung (Jigsaw).
Dalam kelompok, tiap-tiap siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian guru mengadakan ulangan/kuis.
c. Teknik Penyelidikan Berkelompok (Group Investigation).
Tiap-tiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua siswa di kelas.
d. Teknik Cari Pasangan.
Tiap siswa di kelas memperoleh 1 lembar kartu, tiap kartu berisi 1 bagian materi pelajaran, kemudian mereka harus mencari siswa-siswa pemegang kartu yang isinya berkaitan dengan isi kartunya. Para siswa yang isi kartunya berkaitan lalu berkelompok dan mendiskusikan keseluruhan materi.
e. Teknik Tukar Pasangan.
Siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Kemudian mereka berganti pasangan kelompok, dan mendiskusikan hasil kerja dari kelompok semula.
f. Examples Non Examples
Mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, membagi kelompok siswa, menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP, memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar, melalui diskusi kelompok 2�3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, Kesimpulan.
2.1.6. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Adapun urutan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Suprijono, (2009) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Prilaku guru
Fase 1 : Present goals and set.
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2 : Present information.
Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning teams.
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim dan belajar Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and study.
Membantu kerja team dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materials.
Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajara atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provode recongnition.
Memberikan pengakuan atau penghargaan Mempersiapkan cara untuk mengakui dan presentasi individu maupun kelompok
2.2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples
2.2.1. Pengertian Examples Non Examples
Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007 ). Sedangkan menurut Kusuma (2008), Examples Non Examples adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang penyampaian materinya berupa contoh-contoh.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah Examples Non Examples yang di maksud dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang metode belajarnya menggunakan contoh-contoh yang berupa gambar, bagan, skema yang relevan dengan kompetensi dasar.
2.2.2. Kelebihan dan Kekurangan Examples Non Examples
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tipe Examples Non Examples (Kusuma, 2008) adalah :
a. Kelebihan Examples Non Examples
1. Membuat siswa lebih aktif dan berpikir kritis dalam menganalisa gambar dari contoh-contoh materi pembelajaran pada saat proses kegiatan belajar mengajar.
2. Materi dapat disajikan dalam bentuk yang lebih praktis berupa contoh-contoh yang berupa bagan, gambar, maupun skema.
3. Siswa dapat mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar dan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Kekurangan Examples Non Examples
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk bagan, gambar, maupun skema.
2. Hanya materi pembelajaran yang bersifat eksperimen saja yang dapat diaplikasikan pada tipe Examples Non Examples.
3. Membutuhkan waktu yang lama untuk proses kegiatan belajar mengajar.
2.2.3. Langkah-langkah Examples Non Examples
Menurut Suprijono (2009), adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples adalah sebagai berikut :
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru membagi kelompok siswa
c. Guru menempel gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
d. Guru memberi petunjuk dan memberikan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis gambar.
e. Melalui diskusi kelompok 2 � 3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
f. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
g. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
h. Kesimpulan.
2.3. Prestasi Belajar
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni �prestasi� dan �belajar�. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang dipelajari (Djamarah,1994).
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktvitas dalam belajar.
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Slameto (2009), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor-faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berada dalam diri siswa, meliputi :
1. Faktor Jasmani
a) Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b) Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya, ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau menurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor Psikologis
a) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyusaikan ke dalam situasi yang baru dengan cakap yang efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif , mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada sesuatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siwa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasaan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
e) Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dpat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
g) Kesiapan
kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
Kelelahan dapat dihilangkan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara berikut:
a) Tidur
b) Istirahat
c) Mengusahan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
d) Menggunakan obat-obat yang bersifat melancarkan peredaran darah
e) Rekreasi dan ibadah yang teratur
f) Olahraga secara teratur
g) Mengimbangi makanan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalkan makanan yang memenuhi empat sehat lima sempurna.
h) Jika kelehan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang ahli, misalnya, dokter, psikiater, konselor, dan lain-lain.
b. Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri siswa, meliputi :
1. Faktor Keluarga
a) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidkan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh, dan sebagainya.
c) Suasana rumah
Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya belajarnya kacau.
d) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
e) Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan ganggu dengan tugas-tugas dirumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah.
f) Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak dalam belajar.
2. Faktor Sekolah
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya dan seefisien serta seefekfif mungkin.
b) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima,menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses itu juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
d) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain.
e) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
f) Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa masuk sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, hingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
g) Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi.
h) Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa.
i) Metode belajar
Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes.dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit.
j) Tugas rumah
Waktu belajar terutama di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktu.
b) Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.
c) Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
d) Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ.
2.4. Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2.5. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar siswa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi hasil dari proses belajar. Prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Empang tahun ajaran 2010/2011 masih jauh yang diharapkan dan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dengan memilih pendekatan yang sesuai dengan karakteristik materi pelajaran. Pendekatan pembelajaran yang digunakan tersebut harus dapat membangkitkan semangat belajar dan motivasi siswa selain itu juga harus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam menghadapi keadaan tersebut, guru memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples yang di mana konsep dasar dari model pembelajaran ini adalah menyusun materi pembelajaran dalam bentuk contoh-contoh berupa skema, gambar maupun bagan sehingga nantinya dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar dan motivasi siswa.
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Berdasarkan kerangka berpikir tersubut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah �Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan prestasi belajar biologi dan motivasi siswa di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011�.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Class Room Action Research), Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto,dkk. 2007;3)
Penelitian tindakan kelas ini akan berjalan dengan menggunakan siklus pembelajaran dan masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan yaitu, 1 kali pertemuan pemberian materi pelajaran dan satu kali pertemuan diakhir siklus peneliti akan melakukan evaluasi sebagai akhir dari siklus pertama.
Pada siklus kedua juga akan mendapat perlakuan yang sama dengan siklus pertama, dengan melihat segala kekurangan yang terjadi pada siklus pertama akan diperbaiki pada proses pembelajaran pada siklus ke dua.
3.2. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai prestasi belajar siswa pada materi pelajaran dengan menggunakan soal tes. Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan oleh peneliti dalam bentuk kalimat, kata atau gambar. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai motivasi melalui angket.
3.3. Tempat dan waktu penelitian
3.1.1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Empang.
3.1.2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap (II) Tahun Ajaran 2010/2011.
3.4. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan penelitian tindakan kelas, pada penelitian tindakan kelas ini rancangan penelitiannya terdiri atas dua siklus dengan ciri-ciri sebagai berikut:
3.4.1 Tahapan siklus pertama
a) Tahap Perencanaan
Tahap yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1. Peneliti mensosialisasikan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples kepada guru di sekolah.
2. Membuat rencana program pengajaran (RPP).
3. Menyusun format-format instrument penelitian, angket (Quesioner) serta tes hasil belajar siswa.
b) Tahap aksi atau Tindakan
1. Peneliti memperkenalkan tentang model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples dan menjelaskan alur-alur kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Melaksanakan semua hal yang telah direncanakan pada tahap perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang telah dituangkan dalam skenario pembelajaran.
c) Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan menafsirkan hasil proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.
d) Tahap Refleksi
Hasil yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar siswa disimpulkan secara analisis, sehingga dari hasil tersebut peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat data hasil tes tulis maupun tes angket yaitu identifikasi kekurangan, analisis sebab kekurangan dan menentukan perbaikan pada siklus berikutnya.
3.5.1. Siklus II
Tahap siklus kedua ini urutannya sama dengan urutan siklus pertama, akan tetapi umumnya tindakan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari siklus pertama yang tentu saja ditunjukkan untuk memperbaiki berbagai hambatan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Tahapan pada Siklus II sama dengan Siklus I yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan (implementasi)
3. Evaluasi
4. Analisis dan refleksi
Siklus PTK secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Skema : 3.1. Model Penelitian Tindakan Kelas ( Suharsimi, 2007;16 ).
3.5. Populasi dan sampel Penelitian
3.5.1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Sedangkan menurut Mardalis (2007), populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel. Pada kenyataannya populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa yang tersebar dalam dua kelas yaitu XI IPA1 berjumlah 28 siswa dan XI IPA2 berjumlah 27 siswa.
3.5.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Selanjutnya, menurut Arikunto (2009) sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jadi yang dimaksud dengan sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau wakil dari seluruh siswa/kelas yang diteliti.
Menurut Arikunto (2009), Apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA Semester II SMA Negeri 1 Empang Tahun Ajaran 2010/2011, jumlah keseluruhan siswa kelas XI IPA berjumlah 55 siswa. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Pada penentuan sampel untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan melihat nilai hasil ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Empang Tahun Pelajaran 2010/2011 didapatkan persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA1 28,57%, dan untuk kelas XI IPA2 37,04%. Dengan demikian sebagai kelas kontrol adalah kelas XI IPA2 dan sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI IPA1, karena persentase ketuntasan belajar untuk kelas XI IPA2 lebih besar dari kelas XI IPA1 (37,04%>28,57%).
3.6. Teknik pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode angket dan pemberian post tes (tes hasil belajar) yang telah diuji coba pada kelas yang lain. Data hasil tes kemudian dianalisis menggunakan statistik uji-t.
Untuk memperoleh data yang valid, reliabel dan dapat dipercaya sehingga akan memberikan hasil yang optimal, maka dalam penelitian ini ditetapkan teknis pengumpulan datanya sebagai berikut :
3.6.1. Angket
Angket merupakan teknit pengupulan data yang palinag efesien bila peneliti tau dengan pasti variable yang akan diukur dan tau apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,2009;199). Dalam penelitian ini penyusunanan angket berdasarkan pada skala Likert dengan standar skala adalah 1 sampai 5.
Setelah ditentukan respondennya maka dilanjutkan dengan membagikan angket. Angket dibagikan kepada responden dengan ketentuan lembar angket dan angket diisi kemudian angket ditarik kembali untuk dilakukan pembahasan.
3.6.2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006).
3.7. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006).
3.7.1. Lembar angket
Angket atau (Quisioner) adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang di distribusikan kepada responden baik secara langsung atau tdak langsung (melalui pos atau perantara). (Amirul, dkk.1998;99)
Angket digunakan untuk mendapatkan keterangan dari sampel atau sumber yang beraneka ragam. Selain itu angket juga secara umum meminta keterangan tentang fakta yang diketahui responden atau juga mengenai pendapat atau sikap. (Nasution. S. 2008;128).
Angket dalam penelitian ini yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang dibuat sedemikian rupa untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa sebagai pengaruh dari model pembelajaran artikulasi. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, item-item disusun dalam bentuk pernyataan dengan alternatif, jawaban :Jika memilih e diberi skor 1, b diberi skor 2, c diberi skor 3, b diberi skor 4, dan a diberi skor 5.
3.7.2. Soal Tes
Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari 20 item soal yang semuanya adalah pilihan ganda (multiple chois). Soal tes dalam penelitian ini diambil dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berupa perangkat tes hasil belajar (THB).
3.7.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran biasanya lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan di dalam kelas dimana rencana ini berisi gambaran global dari materi yang akan disampaikan.
3.8. Teknik analisis data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan statistik deskriptif sebagai berikut :
3.8.1. Analisis data angket motivasi dan pengetahuan siswa
Data angket motivasi dapat dianalisis secara kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tiap-tiap soal memilki item yaitu a, b, c, d, e masing-masing item mempunyai nilai berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1 denagn menentukan skor penilaian sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh penulis.
b. Berdasarkan skor tertentu dapat dijumlahkan skor total motivasi siswa.
c. Berdasarkan jumlah skor total tersebut dapat ditentukan motivasi siswa apakah termasuk kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang.
d. Penetuan motivasi siswa sesuai interval yang telah dibuat, yaitu interval 92-100 termasuk kategori sangat baik, 72-91 termasuk kategori baik, 49-71 termasuk kategori cukup, 25-48 termasuk kategori kurang, 0-24 termasuk kategori sangat kurang.
e. Penentuan tingkat motivasi siswa sesuai dengan interval yang ditentukan.
Rumus analisis angket
Pedoman kriteria penilaian skala 1-5 motivasi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.
Pada sekala Likert data interval dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skor setiap jawaban responden (Sugiyono, 2009;137)
Berdasarkan skor yang telah ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut :
jumlah skor yang di peroleh responden
skor ideal (kriterium) seluruh item
Konversi kategori angket motivasi
Selanjutnya kualifikasi motivasi siswa ditentukan berdasarkan pedoman konversi seperti pada tabel 3.1 (Suprijono, 2009) :
Tabel 3.1. Pedoman Konversi Penilaian Skala 1-5 Motivasi Siswa
No Konversi Nilai Kategori Mnat
1
2
3
4
5 92 � 100
72 � 91
49 � 71
25 � 48
0 � 24 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
3.8.2. Analisis hasil belajar
Setelah memperoleh data tes hasil belajar, maka data tersebut dianalisis dengan mencari nilai rata-rata, ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal. Kemudian dianalisis secara kuantitatif.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa digunakan kriteria sebagai berikut :
1. Ketuntasan individu
Hasil belajar siswa ditentukan berdasarkan acuan patokan, skor yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar akan digunakan untuk menentukan ketuntasan individual terhadap indikator yang telah ditetapkan. Ketuntasan individu ditentukan dengan rumus :
N =
Keterangan :
N = Nilai
X = Skor yang dicapai siswa
Z = Skor maksimal
Setiap siswa dalam proses belajar dikatakan tuntas terhadap materi pelajaran yang telah diberikan apabila memperoleh nilai 60.
2. Ketuntasan klasikal
Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan persaman sebagai berikut (Sudjana, 2003) :
KK=
Keterangan:
KK = Ketuntasan klasikal
X = Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60
Z = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Sesuai dengan teknik penilaian, siswa dikatakan tuntas secara klasikal terhadap materi yang telah diajarkan jika mencapai 85% siswa tuntas secara individu.
Sabtu, 21 Mei 2011
teori cara menyusui
BAB II dari "KTI keperawatan tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan menyusui yang baik dan benar pada ibu primigravida.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritis
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Secara teori pengetahuan merupakan tahap pertama perubahan perilaku atau penerimaan seseorang atau adopsi prilaku baru. Perubahan atau adopsi prilaku adalah suatu proses yang kompleks.
Menurut Notoadmodjo , pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, jadi tahu merupakan tingkatan paling dasar.
2) Memahami (comperhension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
4) Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam komponen-komponen, tetapi dalam suatu struktur organisasi, dsan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemepuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau obyek.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
1) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Wahid (2006):
a. Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan kurang menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan. Tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
c. Umur
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menmbah pengetahuannya.
2) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Mutarak ( 2006 ) :
a. Faktor yang ada pada individu itu sendiri dari :
1) Kematangan atau pertumbuhan
2) Kecerdasan atau intelektual
3) Latihan dan ulangan
4) Sifat-sifat pribadi seseorang
5) motivasi
b. faktor yang ada di luar individu atau faktor sosial terdiri dari :
1) Keadaan keluarga
2) Pendidikan dan cara mengajar
3) Alat-alat pelajaran
4) Moivasi sosial
5) Lingkungan dan kesempatan
2. Konsep Tindakan
1. Pengertian
Menurut (Notoatmodjo, 2007) Praktik (practice) kesehatan dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Setelah seseorang mengerai stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui proses selanjutnya diarahkan dan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang menguntungkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor dukungan (support) dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua.
2. Tingkatan Praktik
Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, meliputi:
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ibu sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
3. Pengukuran Praktik
Pengukuran praktik dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
3. Menyusui
A. Pengertian
Menyusui ialah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payudara Ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu (Sujiantini, 2009).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu menyusui adalah wanita yang telah melahirkan dan memberikan ASI kepada bayinya untuk diminum yang berasal dari payudaranya.
B. Manfaat menyusui
Menurut Jane Moody, dkk (2006), manfaat menyusui sebagai berikut :
1. Membugarkan tubuh
Menyusui mambantu tubuh untuk pulih lebih cepat dari proses melahirkan. Hormon-hormon yang dilepaskan ketika bayi menghisap air susu akan semaki mengerutkan rahim setiap kali menyusu. Hormon-hormon yang sama juga membantu membugarkan kembali otot-otot ibu, selain itu dapat membantu menjadi relaks dan merasa tenang begitu susu mulai mengalir.
2. Memberi kenikmatan dan manfaat yang besar
Menyusui membuat ibu lebih dekat dengan bayi. Terasa hangat, nyaman, baik untuk ibu maupun bayi. Dengan menyusui, bayi tidak harus menunggu, tetapi akan selalu tersedia susu di payudara ibu dan bisa segera untuk di berikan kepada bayi.
3. Melindungi secara alami
Menyusui membantu melindungi ibu dalam beberapa hal. Kajian menunjukkan bahwa menyusui dapat mencegah kanker payudara sebelum menopause dan kanker indung telur. Menyusui secara ekslusif, artinya tidak memberi apapun kecuali air susu ibu, juga melindungi dari kehamilan terlalu dini.
4. Makanan yang ideal bagi bayi
Air susu ibu adalah makanan terbaik yang pernah dimiliki bayi karena mengandung semua gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi maksimal.
5. Terbaik untuk pertumbuhan bayi
Susu formula memang dapat meniru beberapa nutrisi dasar dalam air susu ibu, tetapi ada sifat tertentu dalam air susu ibu yang tidak dapat ditiru.
6. Penting bagi kesehatan
Air susu ibu mengandung antibodi maka tindakan menyusui sangat penting dalam menjaga kesehatan bayi. Yang terpenting, menyusui dapat melindungi bayi dari bakteri yang berbahaya, yang menyebabkan diare. Menyusui juga melindungi terhadap masalah pernafasan dan infeksi dada, misalnya bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
7. Alergi
Memberi ASI membantu melindungi bayi dari alergi, seperti eksim dan asma.
C. Langkah-Langkah Menyusui Yang Baik dan Benar
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan disekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2. Bayi di letakkan menghadap perut ibu/ payudara.
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi di pegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu didepan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
a. Menyentuh pipi dengan puting susu.
b. Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepal bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.
6. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya, cara melepas isapan bayi:
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
b. Dagu bayi ditekan ke bawah.
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
8. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
D. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produk ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat:
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu menempel pada payudara ibu
e. Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi
f. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
i. Kepala tidak menengadah.
E. Masalah-Masalah Dalam Menyusui
Menurut Jane Moody, dkk, (2006), masalah dalam menyusui adalah sebagai berikut:
a. Bayi yang menagis
Bagi yang baru menjadi orangtua, sangat berat rasanya harus mendengar suara bayi menangis dan berbagai usaha untuk membuatnya tenang, hal tersebut belum tentu dapat menimbulkan kedamaian bagi bayi. Periode ketika bayi menangis tanpa bisa ditenangkan berlangsung lama dan menyebabkan stres untuk semua orang yang terlibat.
b. Kolik
Kadang-kadang dikatakan bahwa tangisan bayi disebabkan oleh kolik atau sakit perut. Masih belum ada kesepakatan tentang penyebab jenis tangisan seperti ini, yang sering kali digambarkan sebagai menangis menjerit-jerit. Tangisan ini memiliki kualitas dan suara yang kedengarannya berbeda bagi orangtua, yaitu seakan-akan bayi sedang sangat tertekan.
c. Menolak payudara
Salah satu yang paling menyusahkan ibu yang menyusui apabila bayi menolak menyusu dari payudaranya. Penyebab bayi menolak payudara adalah sebagai berikut:
1. Posisi bayi
2. Lidah terikat ke dasar mulut
3. Bingung dengan payudara
4. Mulut bayi terserang jamur
5. Pengaliran ASI yang kuat
6. Infeksi telinga pada bayi
7. Perubahan rasa ASI
8. Perubahan bau pada payudara
9. Menstruasi yang dapat mengakibatkan ASI menjadi sedikit dan terjadi perubahan rasa pada ASI
10. Tumbuh gigi pada bayi
11. Usia sulit, dimana pada usia empat sampai enam bulan bayi sangat mudah teralihkan perhatiannya dari payudara dan menolak menyusu.
d. Bayi yang menggigit
Ketika gigi bayi mulai tumbuh, biasanya ibu yang baru menyusui merasa khawatir bayinya akan menggigit saat menyusui. Pada kenyataannya, sebagian besar bayi mulai tumbuh gigi dan terus menyusu dengan nyaman melewati tahap ini. Bayi harus mendorong lidahnya keluar melewati gigi bawah saat menghisap.
e. Menyusui kembali
Air susu ibu adalah sumber daya yang lentur sehingga bisa saja berubah fikiran dan mulai menyusui kembali meskipun sudah mulai memberikan susu botol atau berhenti menyusu.
F. Faktor-faktor Yang Mendukung Keberhasilan Menyusui
Menurut Jane Mode, dkk (2006), sepuluh langkah untuk berhasil menyusui, yakni:
a. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara rutin kapada sesama staf perawatan kesehatan.
b. Memberi semua staf perawatan kesehatan latihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini.
c. Memberi tahu manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada semua wanita hamil.
d. Membantu para wanita untuk memulai menyusui sekitar setengah jam setelah melahirkan.
e. Menunjukkan cara menyusui dan cara mempertahankan pasokan ASI kepada para wanita bahkan pada situasi dimana mereka dipisahkan dari bayinya.
f. Tidak memberikan makanan dan minuman pada bayi yang baru lahir selain ASI.
g. Mempraktekkan kebijakan ibu dan bayi bersama-sama dalam satu ruangan selama 24 jam sehari.
h. Mendorong para wanita untuk menyusui sesuai kehendak bayi.
i. Tidak memberikan puting tiruan atau dot kepada bayi yang disusui.
j. Mendukung dibentuknya kelompok pendukung menyusui dan merujuk para wanita ke kelompok ini saat mereka dipulangkan dari Rumah Sakit atau Klinik.
Sedangkan menurut Nanis Sacharina Marzuki, (2007), menyebutkan kiat sukses menyusui (sebelum dan sesudah melahirkan), yakni:
1. Kiat sukses sebelum melahirkan
a. Bicarakan dengan suami karena dukungannya sangat penting.
b. Bicarakan dengan dokter kandungan.
c. Pilih Rumah Sakit yang mendukung pemberian ASI.
d. Siapkan pakaian ibu yang memudahkan aktifitas menyusui.
e. Sebaiknya rawat gabung sejang di Rumah Sakit.
2. Kiat sukses sesudah melahirkan
a. Pengisapan/sentuhan pada jam pertama sangat penting.
b. Walau masih menggunakan infuse ibu masih tetap bisa menyusui.
c. Sejak di Rumah Sakit bayi disusui sesering mungkin (setiap bayi menangis)
d. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi, dan/ atau konsultasi laktasi untuk persiapan bila menghadapi kesulitan.
4. Primigravida
a. Pengertian
Wanita yang hamil untuk pertama kalinya (Denisa Tiran, 2005). Wanita yang pertama kalinya : Gravida 1 (Diva Danis, 2005)
b. Perubahan prilaku pada ibu hamil
Setiap ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan prilaku pada si ibu, dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri harus benar-benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi pada si ibu baik perbahan fisik dan prilaku, agar suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat pasangan tidak harmonis. Perubahan perilaku pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Cendrung Malas
Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bikan timbul begitu saja, melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. Jika tidak ada sal;ahnya bila suami menggantikan peranan istri untuk bebrapa waktu.
2. Lebih Sensitif
Biasanya, wanita yang hamikl juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit tersinggung lalui marah. Apapun prilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangkan, hadapi dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya akan hilang. Bila suami membalas kembali dengan kemarahan. Akan mengakibatkan istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi janinnya.
3. Minta perhatian lebih
Prilaku lain yang kerap mengganggu dalah istri tiba-tiba lebih manja dan ingin selalu diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih ushakan untuk menanyakan keadaannya, saat itu perhatian yang diberiak suami walau sedikit dapar memicu tumbuhnya rasa aman yang bail untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan pegfal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.
4. Gampang cemburu
Tak jarang sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang teklat sedikit saja istri akan menanyakan hal-hal yang macam-macam. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan dengan bijaksana.
5. Akibat hormon progesteron
Perubahan prilaku pada ibu merupakan hal wajar karena produksi hormon progesteron sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang mengalami siklus haid. (Erlina, 2008).
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoadmodjo, 2003).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teoritis
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Secara teori pengetahuan merupakan tahap pertama perubahan perilaku atau penerimaan seseorang atau adopsi prilaku baru. Perubahan atau adopsi prilaku adalah suatu proses yang kompleks.
Menurut Notoadmodjo , pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, jadi tahu merupakan tingkatan paling dasar.
2) Memahami (comperhension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
4) Analisa (analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek dalam komponen-komponen, tetapi dalam suatu struktur organisasi, dsan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemepuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian suatu materi atau obyek.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
1) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Wahid (2006):
a. Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan kurang menghambat sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan. Tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
c. Umur
Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menmbah pengetahuannya.
2) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan menurut Mutarak ( 2006 ) :
a. Faktor yang ada pada individu itu sendiri dari :
1) Kematangan atau pertumbuhan
2) Kecerdasan atau intelektual
3) Latihan dan ulangan
4) Sifat-sifat pribadi seseorang
5) motivasi
b. faktor yang ada di luar individu atau faktor sosial terdiri dari :
1) Keadaan keluarga
2) Pendidikan dan cara mengajar
3) Alat-alat pelajaran
4) Moivasi sosial
5) Lingkungan dan kesempatan
2. Konsep Tindakan
1. Pengertian
Menurut (Notoatmodjo, 2007) Praktik (practice) kesehatan dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Setelah seseorang mengerai stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui proses selanjutnya diarahkan dan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).
Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang menguntungkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor dukungan (support) dari pihak lain misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua.
2. Tingkatan Praktik
Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan, meliputi:
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respons terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.
c. Mekanisme (mechanism)
Apabila seorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ibu sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
3. Pengukuran Praktik
Pengukuran praktik dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
3. Menyusui
A. Pengertian
Menyusui ialah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payudara Ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu (Sujiantini, 2009).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu menyusui adalah wanita yang telah melahirkan dan memberikan ASI kepada bayinya untuk diminum yang berasal dari payudaranya.
B. Manfaat menyusui
Menurut Jane Moody, dkk (2006), manfaat menyusui sebagai berikut :
1. Membugarkan tubuh
Menyusui mambantu tubuh untuk pulih lebih cepat dari proses melahirkan. Hormon-hormon yang dilepaskan ketika bayi menghisap air susu akan semaki mengerutkan rahim setiap kali menyusu. Hormon-hormon yang sama juga membantu membugarkan kembali otot-otot ibu, selain itu dapat membantu menjadi relaks dan merasa tenang begitu susu mulai mengalir.
2. Memberi kenikmatan dan manfaat yang besar
Menyusui membuat ibu lebih dekat dengan bayi. Terasa hangat, nyaman, baik untuk ibu maupun bayi. Dengan menyusui, bayi tidak harus menunggu, tetapi akan selalu tersedia susu di payudara ibu dan bisa segera untuk di berikan kepada bayi.
3. Melindungi secara alami
Menyusui membantu melindungi ibu dalam beberapa hal. Kajian menunjukkan bahwa menyusui dapat mencegah kanker payudara sebelum menopause dan kanker indung telur. Menyusui secara ekslusif, artinya tidak memberi apapun kecuali air susu ibu, juga melindungi dari kehamilan terlalu dini.
4. Makanan yang ideal bagi bayi
Air susu ibu adalah makanan terbaik yang pernah dimiliki bayi karena mengandung semua gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh dan berkembang menuju potensi maksimal.
5. Terbaik untuk pertumbuhan bayi
Susu formula memang dapat meniru beberapa nutrisi dasar dalam air susu ibu, tetapi ada sifat tertentu dalam air susu ibu yang tidak dapat ditiru.
6. Penting bagi kesehatan
Air susu ibu mengandung antibodi maka tindakan menyusui sangat penting dalam menjaga kesehatan bayi. Yang terpenting, menyusui dapat melindungi bayi dari bakteri yang berbahaya, yang menyebabkan diare. Menyusui juga melindungi terhadap masalah pernafasan dan infeksi dada, misalnya bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
7. Alergi
Memberi ASI membantu melindungi bayi dari alergi, seperti eksim dan asma.
C. Langkah-Langkah Menyusui Yang Baik dan Benar
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan disekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2. Bayi di letakkan menghadap perut ibu/ payudara.
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi di pegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu didepan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
a. Menyentuh pipi dengan puting susu.
b. Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepal bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara. posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap pada puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.
6. Melepas isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya, cara melepas isapan bayi:
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut
b. Dagu bayi ditekan ke bawah.
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan di sekitar kalang payudara, biarkan kering dengan sendirinya.
8. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi adalah :
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
D. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produk ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar, dapat dilihat:
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu menempel pada payudara ibu
e. Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi
f. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
i. Kepala tidak menengadah.
E. Masalah-Masalah Dalam Menyusui
Menurut Jane Moody, dkk, (2006), masalah dalam menyusui adalah sebagai berikut:
a. Bayi yang menagis
Bagi yang baru menjadi orangtua, sangat berat rasanya harus mendengar suara bayi menangis dan berbagai usaha untuk membuatnya tenang, hal tersebut belum tentu dapat menimbulkan kedamaian bagi bayi. Periode ketika bayi menangis tanpa bisa ditenangkan berlangsung lama dan menyebabkan stres untuk semua orang yang terlibat.
b. Kolik
Kadang-kadang dikatakan bahwa tangisan bayi disebabkan oleh kolik atau sakit perut. Masih belum ada kesepakatan tentang penyebab jenis tangisan seperti ini, yang sering kali digambarkan sebagai menangis menjerit-jerit. Tangisan ini memiliki kualitas dan suara yang kedengarannya berbeda bagi orangtua, yaitu seakan-akan bayi sedang sangat tertekan.
c. Menolak payudara
Salah satu yang paling menyusahkan ibu yang menyusui apabila bayi menolak menyusu dari payudaranya. Penyebab bayi menolak payudara adalah sebagai berikut:
1. Posisi bayi
2. Lidah terikat ke dasar mulut
3. Bingung dengan payudara
4. Mulut bayi terserang jamur
5. Pengaliran ASI yang kuat
6. Infeksi telinga pada bayi
7. Perubahan rasa ASI
8. Perubahan bau pada payudara
9. Menstruasi yang dapat mengakibatkan ASI menjadi sedikit dan terjadi perubahan rasa pada ASI
10. Tumbuh gigi pada bayi
11. Usia sulit, dimana pada usia empat sampai enam bulan bayi sangat mudah teralihkan perhatiannya dari payudara dan menolak menyusu.
d. Bayi yang menggigit
Ketika gigi bayi mulai tumbuh, biasanya ibu yang baru menyusui merasa khawatir bayinya akan menggigit saat menyusui. Pada kenyataannya, sebagian besar bayi mulai tumbuh gigi dan terus menyusu dengan nyaman melewati tahap ini. Bayi harus mendorong lidahnya keluar melewati gigi bawah saat menghisap.
e. Menyusui kembali
Air susu ibu adalah sumber daya yang lentur sehingga bisa saja berubah fikiran dan mulai menyusui kembali meskipun sudah mulai memberikan susu botol atau berhenti menyusu.
F. Faktor-faktor Yang Mendukung Keberhasilan Menyusui
Menurut Jane Mode, dkk (2006), sepuluh langkah untuk berhasil menyusui, yakni:
a. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara rutin kapada sesama staf perawatan kesehatan.
b. Memberi semua staf perawatan kesehatan latihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini.
c. Memberi tahu manfaat dan penatalaksanaan menyusui kepada semua wanita hamil.
d. Membantu para wanita untuk memulai menyusui sekitar setengah jam setelah melahirkan.
e. Menunjukkan cara menyusui dan cara mempertahankan pasokan ASI kepada para wanita bahkan pada situasi dimana mereka dipisahkan dari bayinya.
f. Tidak memberikan makanan dan minuman pada bayi yang baru lahir selain ASI.
g. Mempraktekkan kebijakan ibu dan bayi bersama-sama dalam satu ruangan selama 24 jam sehari.
h. Mendorong para wanita untuk menyusui sesuai kehendak bayi.
i. Tidak memberikan puting tiruan atau dot kepada bayi yang disusui.
j. Mendukung dibentuknya kelompok pendukung menyusui dan merujuk para wanita ke kelompok ini saat mereka dipulangkan dari Rumah Sakit atau Klinik.
Sedangkan menurut Nanis Sacharina Marzuki, (2007), menyebutkan kiat sukses menyusui (sebelum dan sesudah melahirkan), yakni:
1. Kiat sukses sebelum melahirkan
a. Bicarakan dengan suami karena dukungannya sangat penting.
b. Bicarakan dengan dokter kandungan.
c. Pilih Rumah Sakit yang mendukung pemberian ASI.
d. Siapkan pakaian ibu yang memudahkan aktifitas menyusui.
e. Sebaiknya rawat gabung sejang di Rumah Sakit.
2. Kiat sukses sesudah melahirkan
a. Pengisapan/sentuhan pada jam pertama sangat penting.
b. Walau masih menggunakan infuse ibu masih tetap bisa menyusui.
c. Sejak di Rumah Sakit bayi disusui sesering mungkin (setiap bayi menangis)
d. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi, dan/ atau konsultasi laktasi untuk persiapan bila menghadapi kesulitan.
4. Primigravida
a. Pengertian
Wanita yang hamil untuk pertama kalinya (Denisa Tiran, 2005). Wanita yang pertama kalinya : Gravida 1 (Diva Danis, 2005)
b. Perubahan prilaku pada ibu hamil
Setiap ibu yang mengalami kehamilan pasti ada perubahan prilaku pada si ibu, dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri harus benar-benar siap dengan segala perubahan yang akan terjadi pada si ibu baik perbahan fisik dan prilaku, agar suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat pasangan tidak harmonis. Perubahan perilaku pada ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Cendrung Malas
Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bikan timbul begitu saja, melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya. Jika tidak ada sal;ahnya bila suami menggantikan peranan istri untuk bebrapa waktu.
2. Lebih Sensitif
Biasanya, wanita yang hamikl juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit tersinggung lalui marah. Apapun prilaku ibu hamil yang dianggap kurang menyenangkan, hadapi dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis ini nantinya akan hilang. Bila suami membalas kembali dengan kemarahan. Akan mengakibatkan istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi janinnya.
3. Minta perhatian lebih
Prilaku lain yang kerap mengganggu dalah istri tiba-tiba lebih manja dan ingin selalu diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat letih ushakan untuk menanyakan keadaannya, saat itu perhatian yang diberiak suami walau sedikit dapar memicu tumbuhnya rasa aman yang bail untuk pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan pegfal-pegal dan linu pada tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan sambil memberikan perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering dialami wanita yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.
4. Gampang cemburu
Tak jarang sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa alasan. Pulang teklat sedikit saja istri akan menanyakan hal-hal yang macam-macam. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya, suami perlu menjelaskan dengan bijaksana.
5. Akibat hormon progesteron
Perubahan prilaku pada ibu merupakan hal wajar karena produksi hormon progesteron sedang tinggi. Hal inilah yang mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang mengalami siklus haid. (Erlina, 2008).
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. (Notoadmodjo, 2003).
Jumat, 20 Mei 2011
7 Mitos Seputar Menstruasi
MITOS seringkali dipercaya, berkembang dalam masyarakat dengan penyampaian informasi yang kurang tepat, kurang lengkap, bahkan terlalu berlebihan. Hal ini menimbulkan sikap antipati, defensif bahkan diskriminasi pada situasi tertentu.
Sesudah mitos mengenai seksualitas, ternyata mitos mengenai menstruasi juga beredar dalam masyarakat dan turun temurun diberitahukan. Beberapa di antaranya:
1. Menstruasi membuat tubuh menjadi lemah.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa darah menstruasi yang keluar banyaknya kira-kira hanya 150 ml atau sekitar empat sampai enam sendok saja. Jadi tidak benar kalau tubuh akan menjadi lemas hanya karena Anda sedang menstruasi.
2. Sedang menstruasi berarti sedang sakit.
Justru sebaliknya, menstruasi adalah proses alami yang dialami oleh setiap perempuan produktif. Menstruasi berarti perempuan tersebut sehat dan sistem reproduksinya bekerja dengan normal sebagaimana mestinya.
3. Ingin menstruasi lancar, sering-seringlah minum soft drink.
Banyak yang percaya selain memperlancar keluarnya darah, minum soft drink juga dapat mengurangi rasa sakit perut. Sebenarnya belum ada penelitian khusus mengenai hal ini. Sakit tidaknya perut saat menstruasi atau lancar tidaknya darah menstruasi yang keluar semua itu dipengaruhi oleh hormon serta faktor psikis seseorang.
4. Memakai pembalut saat menstruasi bisa menyebabkan kemandulan.
Secara medis justru merupakan metode selama masa menstruasi agar tetap bersih dan tidak lembap. Pada dasarnya semua pembalut itu sehat, tetapi sebagian perempuan ada yang juga mengalami alergi dan iritasi. Hal ini dikarenakan sensitivitas organ kelamin setiap perempuan berbeda. Oleh karena itu disarankan agar saat menstruasi mengganti pembalut sesering mungkin (idealnya setiap 4 jam), terutama ketika sedang banyak-banyaknya keluar darah menstruasi dan setelah buah air kecil atau besar.
5. Saat menstruasi dilarang berenang.
Selama memakai pembalut dan tidak merasa risih, berenang saat menstruasi boleh-boleh saja dilakukan. Dan ini sama sekali tidak berpengaruh pada kesehatan. Sebagai saran, jika perut merasa kram, barulah hentikan aktivitas berenang.
6. Menstruasi yang normal itu lamanya pasti seminggu.
Tentu saja pendapat ini salah. Setiap perempuan pasti memiliki masa menstruasi yang berbeda dan tidak selalu harus tujuh hari. Perempuan yang memiliki masa menstruasi tiga, empat atau lima hari masih dianggap normal
7. Jangan minum es saat menstruasi.
Sesungguhnya air dingin todak memiliki apapun saat menstruasi. Terutama efek menghambat aliran darah, selama tidak merasakan sakit ataupun perut kembung, minum air es sah-sah saja. (sumber: buku Kesproholic, Tim Mitra Inti)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
Sesudah mitos mengenai seksualitas, ternyata mitos mengenai menstruasi juga beredar dalam masyarakat dan turun temurun diberitahukan. Beberapa di antaranya:
1. Menstruasi membuat tubuh menjadi lemah.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa darah menstruasi yang keluar banyaknya kira-kira hanya 150 ml atau sekitar empat sampai enam sendok saja. Jadi tidak benar kalau tubuh akan menjadi lemas hanya karena Anda sedang menstruasi.
2. Sedang menstruasi berarti sedang sakit.
Justru sebaliknya, menstruasi adalah proses alami yang dialami oleh setiap perempuan produktif. Menstruasi berarti perempuan tersebut sehat dan sistem reproduksinya bekerja dengan normal sebagaimana mestinya.
3. Ingin menstruasi lancar, sering-seringlah minum soft drink.
Banyak yang percaya selain memperlancar keluarnya darah, minum soft drink juga dapat mengurangi rasa sakit perut. Sebenarnya belum ada penelitian khusus mengenai hal ini. Sakit tidaknya perut saat menstruasi atau lancar tidaknya darah menstruasi yang keluar semua itu dipengaruhi oleh hormon serta faktor psikis seseorang.
4. Memakai pembalut saat menstruasi bisa menyebabkan kemandulan.
Secara medis justru merupakan metode selama masa menstruasi agar tetap bersih dan tidak lembap. Pada dasarnya semua pembalut itu sehat, tetapi sebagian perempuan ada yang juga mengalami alergi dan iritasi. Hal ini dikarenakan sensitivitas organ kelamin setiap perempuan berbeda. Oleh karena itu disarankan agar saat menstruasi mengganti pembalut sesering mungkin (idealnya setiap 4 jam), terutama ketika sedang banyak-banyaknya keluar darah menstruasi dan setelah buah air kecil atau besar.
5. Saat menstruasi dilarang berenang.
Selama memakai pembalut dan tidak merasa risih, berenang saat menstruasi boleh-boleh saja dilakukan. Dan ini sama sekali tidak berpengaruh pada kesehatan. Sebagai saran, jika perut merasa kram, barulah hentikan aktivitas berenang.
6. Menstruasi yang normal itu lamanya pasti seminggu.
Tentu saja pendapat ini salah. Setiap perempuan pasti memiliki masa menstruasi yang berbeda dan tidak selalu harus tujuh hari. Perempuan yang memiliki masa menstruasi tiga, empat atau lima hari masih dianggap normal
7. Jangan minum es saat menstruasi.
Sesungguhnya air dingin todak memiliki apapun saat menstruasi. Terutama efek menghambat aliran darah, selama tidak merasakan sakit ataupun perut kembung, minum air es sah-sah saja. (sumber: buku Kesproholic, Tim Mitra Inti)
Sumber: www.lifestyle.okezone.com
4 Besar Penyebab Kematian Ibu Bersalin
SEMUA ibu hamil tentu ingin persalinannya lancar dan normal. Sayangnya, kadang-kadang ada yang mengalami komplikasi.
"Komplikasi ini dialami oleh sekitar 20 persen ibu hamil," sergah dr Indah Fauziah SpOG dari RS MH. Thamrin Internasional. Parahnya, hanya kurang dari 10 persen yang tertangani.
Kendalanya adalah tiga terlambat, yaitu terlambat mengenali bahaya, terlambat mengambil keputusan merujuk, dan terlambat memperoleh pelayanan yang optimal di fasilitas rujukan.
Tertinggi: Perdarahan
"Sayangnya sampai saat ini masih banyak calon ibu yang tidak mengetahui apa saja komplikasi persalinan itu dan bagaimana cara mencegahnya," sesalnya. Padahal, sebenarnya komplikasi persalinan pada ibu hamil, sejak dulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, eklampsia (hipertensi), persalinan yang lama, dan infeksi.
Perdarahan bertanggung jawab atas sekitar 28 persen kematian ibu. Eklampsia (kejang akibat hipertensi) merupakan penyebab nomor dua, yaitu sebanyak 13 persen kematian ibu. "Sesungguhnya kematian karena eklampsia dapat dicegah dengan asuhan antenatal yang baik," ungkapnya.
Lebih lanjut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan, penyebab kematian ibu lainnya adalah infeksi, yang menjadi kontributor 10 persen kematian ibu. Sebetulnya infeksi dapat dicegah dengan melakukan pertolongan persalinan bersih dan perawatan nifas yang baik. Sedangkan persalinan lama berkontribusi sekitar 9 persen atas kematian ibu di Indonesia.
Besar kecilnya risiko terkena komplikasi dipengaruhi oleh usia, jumlah kehamilan yang sudah dialami (paritas), dan jarak waktu persalinan. Risiko ini dipengaruhi pula oleh kesehatan si ibu, status gizi, dan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Perdarahan Pascapersalinan
Setelah persalinan pun seringkali ibu akan mengalami pendarahan. Menurut dokter kelahiran Jakarta, 2 April 1977 ini, penyebab tersering perdarahan pascapersalinan adalah atonia. Atonia adalah kegagalan rahim untuk berkontraksi segera setelah bayi dilahirkan. Pada kehamilan cukup bulan, kecepatan aliran darah yang masuk ke rahim adalah 450cc/menit. Sehingga bila perdarahan ini tidak cepat ditangani, dapat mengakibatkan kematian ibu dalam 10-15 menit persalinan akibat kehabisan darah.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan atonia rahim, antara lain peregangan rahim berlebihan. "Misalnya pada kehamilan kembar dan kehamilan dengan ketuban yang sangat banyak, kelahiran lebih dari lima kali, persalinan yang sangat cepat, dan kekurangan kalsium. Ingat kalsium sangat penting untuk kontraksi. Sisa plasenta dan gumpalan darah yang tertinggal dalam rahim, serta obat-obatan, seperti magnesium sulfat. Dan biasanya jika terjadi atonia, ibu akan diberikan obat-obatan untuk menimbulkan kontraksi. Seperti oksitosin, prostaglandin, atau ergonovine. Bila ini tidak berhasil maka akan dilakukan pengikatan pembuluh darah yang menuju ke rahim. Dan terakhir dapat dilakukan pengangkatan rahim bila cara-cara tadi tidak mampu menghentikan perdarahan," paparnya panjang lebar.
Penyebab perdarahan pascapersalinan lainnya adalah retensio plasenta (plasenta tertahan) yang derajatnya bervariasi dari mulai kegagalan plasenta untuk lahir spontan sampai dengan plasenta akreta (menembus otot rahim). Bila terdapat sisa bagian plasenta, maka penolong persalinan akan melakukan eksplorasi ke dalam rahim untuk mengeluarkan sisa plasenta tersebut, atau melakukan kuret. Risiko terjadinya plasenta akreta meningkat pada ibu dengan riwayat operasi cesar sebelumnya.
"Bila terjadi plasenta akreta, untuk menghentikan perdarahan akan dilakukan pengangkatan rahim," terangnya.
Menurut dr Indah, perdarahan pascapersalinan juga dapat disebabkan oleh robekan jalan lahir (vagina, serviks) yang dapat terjadi pada persalinan pervaginam yang berlangsung sangat cepat atau persalinan dengan bantuan alat (vakum atau forceps). Robekan bahkan bisa terjadi pada rahim, risiko lebih tinggi pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, bayi besar, dan persalinan dengan induksi yang tidak terpantau. Pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, pengawasan antenatal dan persalinan harus dilakukan oleh dokter kandungan.
Kejang Eklampsia
Kejang bisa terjadi terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.
"Sayangnya sampai saat ini belum diketahui penyebab hipertensi pada kehamilan. Namun risikonya meningkat pada ibu berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun, ibu dengan riwayat penyakit ginjal, diabetes, SLE, gizi buruk, dan sosial-ekonomi yang rendah. Semakin dini usia kehamilan saat hipertensi muncul, semakin besar risiko yang dihadapi ibu," kata pehobi traveling ini.
Pada ibu dengan hipertensi, pengawasan antenatal harus dilakukan oleh dokter. Ibu akan diberikan obat penurun tekanan darah dan pencegah kejang (magnesium sulfat) saat menjelang persalinan. Bila tekanan darah terkontrol, maka persalinan dapat dilakukan normal. Namun bila pada saat bayi akan lahir, tekanan darah menjadi tidak terkontrol, persalinan akan dipercepat dengan alat (forceps atau vakum).
"Untuk tindakan operasi cesar akan dipertimbangkan bila bayi harus segera dilahirkan untuk menyelamatkan nyawa ibu atau bayi, atau bila ada penyulit untuk lahir melalui vagina," imbuhnya.
Infeksi Pascapersalinan
Dr Indah menghimbau agar ibu hamil mewaspadai infeksi yang terjadi pada organ reproduksi setelah persalinan. Biasanya terjadi 3-4 hari setelah persalinan.
Kuman yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Gardnerella vaginalis, Streptokokkus grup B, Escherichia coli, Bacteroides, dan Mycoplasma. Gejala yang timbul adalah demam, nyeri di perut bawah dan kemaluan serta lokhia (darah nifas) yang berbau, yang dapat disertai mual dan muntah.
"Faktor risiko terjadinya infeksi adalah, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam terlalu sering saat persalinan, operasi cesar pada ibu dengan persalinan lama ataupun terhambat, robekan pada jalan lahir (serviks atau vagina), anemia atau kurang gizi," paparnya panjang lebar.
Untuk mencengah terjadinya infeksi, sebaiknya ibu hamil melakukan pembatasan pemeriksaan dalam, dan lakukan dengan sarung tangan yang steril. Pada ibu dengan risiko tinggi infeksi yang akan menjalani operasi cesar, berikan antibiotika 1 kali sebelum dan 1 kali setelah operasi.
"Jika terjadi infeksi pasca persalinan, dokter akan memberikan cairan infus, antibiotika dan obat-obatan untuk merangsang kontraksi rahim. Bila infeksi sangat berat, perawatan akan dilakukan di unit perawatan intensif," imbuh dr Indah.
"Komplikasi ini dialami oleh sekitar 20 persen ibu hamil," sergah dr Indah Fauziah SpOG dari RS MH. Thamrin Internasional. Parahnya, hanya kurang dari 10 persen yang tertangani.
Kendalanya adalah tiga terlambat, yaitu terlambat mengenali bahaya, terlambat mengambil keputusan merujuk, dan terlambat memperoleh pelayanan yang optimal di fasilitas rujukan.
Tertinggi: Perdarahan
"Sayangnya sampai saat ini masih banyak calon ibu yang tidak mengetahui apa saja komplikasi persalinan itu dan bagaimana cara mencegahnya," sesalnya. Padahal, sebenarnya komplikasi persalinan pada ibu hamil, sejak dulu tidak banyak berubah, yaitu perdarahan, eklampsia (hipertensi), persalinan yang lama, dan infeksi.
Perdarahan bertanggung jawab atas sekitar 28 persen kematian ibu. Eklampsia (kejang akibat hipertensi) merupakan penyebab nomor dua, yaitu sebanyak 13 persen kematian ibu. "Sesungguhnya kematian karena eklampsia dapat dicegah dengan asuhan antenatal yang baik," ungkapnya.
Lebih lanjut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan, penyebab kematian ibu lainnya adalah infeksi, yang menjadi kontributor 10 persen kematian ibu. Sebetulnya infeksi dapat dicegah dengan melakukan pertolongan persalinan bersih dan perawatan nifas yang baik. Sedangkan persalinan lama berkontribusi sekitar 9 persen atas kematian ibu di Indonesia.
Besar kecilnya risiko terkena komplikasi dipengaruhi oleh usia, jumlah kehamilan yang sudah dialami (paritas), dan jarak waktu persalinan. Risiko ini dipengaruhi pula oleh kesehatan si ibu, status gizi, dan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Perdarahan Pascapersalinan
Setelah persalinan pun seringkali ibu akan mengalami pendarahan. Menurut dokter kelahiran Jakarta, 2 April 1977 ini, penyebab tersering perdarahan pascapersalinan adalah atonia. Atonia adalah kegagalan rahim untuk berkontraksi segera setelah bayi dilahirkan. Pada kehamilan cukup bulan, kecepatan aliran darah yang masuk ke rahim adalah 450cc/menit. Sehingga bila perdarahan ini tidak cepat ditangani, dapat mengakibatkan kematian ibu dalam 10-15 menit persalinan akibat kehabisan darah.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan atonia rahim, antara lain peregangan rahim berlebihan. "Misalnya pada kehamilan kembar dan kehamilan dengan ketuban yang sangat banyak, kelahiran lebih dari lima kali, persalinan yang sangat cepat, dan kekurangan kalsium. Ingat kalsium sangat penting untuk kontraksi. Sisa plasenta dan gumpalan darah yang tertinggal dalam rahim, serta obat-obatan, seperti magnesium sulfat. Dan biasanya jika terjadi atonia, ibu akan diberikan obat-obatan untuk menimbulkan kontraksi. Seperti oksitosin, prostaglandin, atau ergonovine. Bila ini tidak berhasil maka akan dilakukan pengikatan pembuluh darah yang menuju ke rahim. Dan terakhir dapat dilakukan pengangkatan rahim bila cara-cara tadi tidak mampu menghentikan perdarahan," paparnya panjang lebar.
Penyebab perdarahan pascapersalinan lainnya adalah retensio plasenta (plasenta tertahan) yang derajatnya bervariasi dari mulai kegagalan plasenta untuk lahir spontan sampai dengan plasenta akreta (menembus otot rahim). Bila terdapat sisa bagian plasenta, maka penolong persalinan akan melakukan eksplorasi ke dalam rahim untuk mengeluarkan sisa plasenta tersebut, atau melakukan kuret. Risiko terjadinya plasenta akreta meningkat pada ibu dengan riwayat operasi cesar sebelumnya.
"Bila terjadi plasenta akreta, untuk menghentikan perdarahan akan dilakukan pengangkatan rahim," terangnya.
Menurut dr Indah, perdarahan pascapersalinan juga dapat disebabkan oleh robekan jalan lahir (vagina, serviks) yang dapat terjadi pada persalinan pervaginam yang berlangsung sangat cepat atau persalinan dengan bantuan alat (vakum atau forceps). Robekan bahkan bisa terjadi pada rahim, risiko lebih tinggi pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, bayi besar, dan persalinan dengan induksi yang tidak terpantau. Pada ibu dengan riwayat cesar pada kehamilan sebelumnya, pengawasan antenatal dan persalinan harus dilakukan oleh dokter kandungan.
Kejang Eklampsia
Kejang bisa terjadi terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil.
"Sayangnya sampai saat ini belum diketahui penyebab hipertensi pada kehamilan. Namun risikonya meningkat pada ibu berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun, ibu dengan riwayat penyakit ginjal, diabetes, SLE, gizi buruk, dan sosial-ekonomi yang rendah. Semakin dini usia kehamilan saat hipertensi muncul, semakin besar risiko yang dihadapi ibu," kata pehobi traveling ini.
Pada ibu dengan hipertensi, pengawasan antenatal harus dilakukan oleh dokter. Ibu akan diberikan obat penurun tekanan darah dan pencegah kejang (magnesium sulfat) saat menjelang persalinan. Bila tekanan darah terkontrol, maka persalinan dapat dilakukan normal. Namun bila pada saat bayi akan lahir, tekanan darah menjadi tidak terkontrol, persalinan akan dipercepat dengan alat (forceps atau vakum).
"Untuk tindakan operasi cesar akan dipertimbangkan bila bayi harus segera dilahirkan untuk menyelamatkan nyawa ibu atau bayi, atau bila ada penyulit untuk lahir melalui vagina," imbuhnya.
Infeksi Pascapersalinan
Dr Indah menghimbau agar ibu hamil mewaspadai infeksi yang terjadi pada organ reproduksi setelah persalinan. Biasanya terjadi 3-4 hari setelah persalinan.
Kuman yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Gardnerella vaginalis, Streptokokkus grup B, Escherichia coli, Bacteroides, dan Mycoplasma. Gejala yang timbul adalah demam, nyeri di perut bawah dan kemaluan serta lokhia (darah nifas) yang berbau, yang dapat disertai mual dan muntah.
"Faktor risiko terjadinya infeksi adalah, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam terlalu sering saat persalinan, operasi cesar pada ibu dengan persalinan lama ataupun terhambat, robekan pada jalan lahir (serviks atau vagina), anemia atau kurang gizi," paparnya panjang lebar.
Untuk mencengah terjadinya infeksi, sebaiknya ibu hamil melakukan pembatasan pemeriksaan dalam, dan lakukan dengan sarung tangan yang steril. Pada ibu dengan risiko tinggi infeksi yang akan menjalani operasi cesar, berikan antibiotika 1 kali sebelum dan 1 kali setelah operasi.
"Jika terjadi infeksi pasca persalinan, dokter akan memberikan cairan infus, antibiotika dan obat-obatan untuk merangsang kontraksi rahim. Bila infeksi sangat berat, perawatan akan dilakukan di unit perawatan intensif," imbuh dr Indah.
Awas, Kontraksi Palsu! (Tanda-tanda Kontrasi Palsu)
UMUMNYA, pada trimester ketiga, otot-otot pada dinding rahim ibu hamil mulai berlatih kontraksi. Inilah yang disebut kontraksi palsu (braxton hicks). Terkadang, kontraksi ini terasa begitu kencang, sehingga sang ibu menduga akan mengalami proses persalinan.
Perbedaan antara kontraksi palsu dengan kontraksi sebenarnya adalah:
Kontraksi Palsu
1. Kontraksi berlangsung sementara, terjadi dengan jarak waktu tak teratur dan lama, serta tak bertambah kuat dan cepat.
2. Nyeri pada perut bagian bawah
3. Jika diberi obat penghilang rasa sakit, sakitnya akan hilang
4. Kontraksi akan hilang bila Anda berbaring atau duduk bersandar sambil menyelonjorkan kaki.
Kontraksi Sebenarnya
1. Frekuensi dan intensitas kontraksinya, makin lama makin kuat. Durasinya makin lama, makin panjang, dan intervalnya makin lama makin pendek dan disertai dengan rasa nyeri.
2. Rasa nyeri ini menjalar dari pinggang bagian belakang ke perut, dan terasa mulas seperti orang sakit perut
3. Jika diberi obat penghilang rasa sakit, sakitnya tidak akan hilang
4. Kontraksi tidak akan hilang, walaupun Anda mengubah sikap tubuh Anda.
Perbedaan antara kontraksi palsu dengan kontraksi sebenarnya adalah:
Kontraksi Palsu
1. Kontraksi berlangsung sementara, terjadi dengan jarak waktu tak teratur dan lama, serta tak bertambah kuat dan cepat.
2. Nyeri pada perut bagian bawah
3. Jika diberi obat penghilang rasa sakit, sakitnya akan hilang
4. Kontraksi akan hilang bila Anda berbaring atau duduk bersandar sambil menyelonjorkan kaki.
Kontraksi Sebenarnya
1. Frekuensi dan intensitas kontraksinya, makin lama makin kuat. Durasinya makin lama, makin panjang, dan intervalnya makin lama makin pendek dan disertai dengan rasa nyeri.
2. Rasa nyeri ini menjalar dari pinggang bagian belakang ke perut, dan terasa mulas seperti orang sakit perut
3. Jika diberi obat penghilang rasa sakit, sakitnya tidak akan hilang
4. Kontraksi tidak akan hilang, walaupun Anda mengubah sikap tubuh Anda.
Langganan:
Postingan (Atom)