Blogger templates

Kamis, 13 Desember 2012

Konsep Dasar Penyakit Ensefalitis


 

a.      Pengertian

          Ensefalitis menurut Mansjoer dkk,(2000) adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa. Sedangakan meurut Soedarmo dkk,(2008) Ensefalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat di medula spinalis dan meningen yang di sebabkan oleh japanese ensefalitis virus yang ditularkan oleh nyamuk.

          Dari dua pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa ensefalit adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus dan menularkan penyakit tersebut melalui vektor nyamuk, sehingga akan tejadi gangguan di susunan syaraf pusat.

b.      Klasifikasi

Klasifikasi menurut Soedarmo dkk, (2008) adalah:

1)   Ensefalitis fatal yang biasanya didahului oleh viremia dan perkembang biakan virus ekstraneural yang hebat

2)   Ensefalitis subklinis yang biasanya didahului viremia ringan, infeksi otak lambat dan kerusakan otak ringan

3)   Infeksi asimptomatik yang ditandai oleh hmpir tidak adanya viremia, sangat terbatasnya replikasi ekstraneural

4)   Infeksi persisten.

Meskipun Indonesia secara klinis dikenal banyak kasus encephalitis tetapi baru     Japanese B encepalitis yang ditemukan (Soedarmo dkk,2008).


c.       Anatomi dan Fisiologi Sistem Persyarafan

a) Pengertian

Menurut Setiadi, (2007) sistem syaraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan syaraf kita dapat mengisap suatu rangsangan dari luar pengndalian pekerja otot.


b) Sel sel pada sistem syaraf

1)    Neuron

Unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari : Badan Sel, yaitu bagian yang mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Sedangakan Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini mengahantarkan impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain atau ke ke badan sel neuron yang menjadi asal akson ( arah menuju ke luar sel ). Maka, Semua akson dalam sistem syaraf perifer di bungkus oleh lapisan schwann ( neurolema ) yang di hasilkan oleh sel – sel schwann. Kemudian mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran impuls syaraf. Sedangkan Dendrit adalah Perpanjang sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang berfungsi sebagai penghantar impuls ke sel tubuh.

2)    Neuroglial

                 Sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai jaringan ikat yang mensuport sel dan nervous sistem.




3)    Sistam komunikasi sel

                 Rangsangan ini di sebut stimulus, sedangkan yang di hasilkan dinamakan respon. Alat penghantar stimulus yang berfungsi menerima rangsangan disebut reseptor,sedangkan yang menjawab stimulus di sebut efektor seperti otot,sel , kelenjar atau sebagainya.


1)    Perkembangan Otak

Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal,yaitu:

a)    Otak depan menjadi hamisfer serebri, korpus striatum, talamus, serta hipotalamus. Fungsinya menerima dan mengintegrasikan informasi mengenai kesadaran dan emosi.

b)   Otak tengah,mengkoordinir otot yang berhubungan dengan penglihatan dan pendengaran. Otak ini menjadi tegmentum, krus serebrium, korpus kuadriigeminus.

c)    Otak belakang ( pons ), bagian otak yang menonjol kebnyakan tersusun dari lapisan fiber ( berserat ) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan pernafasan. Otak belakang ini menjadi :

Pons vorali, membantu meneruskan informasi. Medula oblongata, mengendalikan fungsi otomatis organ dalam( internal ). Serebelum, mengkoordinasikan pergerakan dasar.

2)    Pelindung Otak

(a) Kulit kepala dan rambut

(b) Tulang tengkorak dan columna vetebral

(c) Meningen ( selaput otak )

3)    Bagian – bagian Otak

a)    Hemifer cerebral ( otak besar )di bagi menjadi 4     lobus, yaitu :

(1) Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk proses berfikir

(2) Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur.

(3) Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata.

(4) Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi dari telinga.

Area khusus otak besar (cerebrum ) adalah :

Somatic sensory area yang menerima impuls dari reseptor sensory tubuh. Primary motor area yang mengirim impuls ke otot skeletal broca's area yang terliabat dalam kemampuan bicara.

b)   Cerebelum ( otak kecil )

Fungsi cerebelum mengmbalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap :

(1)Perubahan ketegangan dalam otot untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh,

(2)Terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.

Ada tiga jens kelompok syaraf yang di bentuk oleh syaraf cerebrospinalis yaitu:

(a)Syaraf sensorik, ( syaraf afferen ), yaitu membawa impuls dari otak dan medulla spinalis ke perifer.

(b) Syaraf motorik ( syaraf efferen ), menghantarkan impuls dari otak dan medulla spinalis ke perifer.

(c)Syaraf campuran, yang mengandung serabut motorik dan sensorik, sehingga dapat mengantar impuls dalam dua jurusan.

4)    Medulla Spinallis

Disebut juga sumsum tulang belakang. Yang terlindung di dalam tulang belakang dan berfungsi untuk mengadakan komunikasi anatara otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting, heart rate contol atau denyut jantung, pengaturan tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah.


d) Susunan Syaraf Perifer

Sistem syaraf perifer menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS. Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu :

1)    Susunan syaraf somatic

Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja

2)    Susunan syaraf otonom

Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis.Menurut fungsinya susunan syaraf otonom terdiri dari dua bagian yaitu:

(a) Susunan syaraf simpatis

(b) Susunan syaraf para simpatis( Setiadi,2007).


d.      Etiologi

Berbagai macam organisme dapat menimbulkan Encephalitis, misalnya ozoa, cacing, jamur, spirokaeta, dan virus. Penyebab yang tersering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Encephalitis juga dapat diakibatkan oleh invasi langsung cairan serebrospinal selama pungsi lumbal.

Berbagai jenis virus dapat menimbulkan Encephalitis, meskipun gejala klinisnya sama. Sesuai dengan jenis virus serta epidemiologinya, diketahui berbagai macam Encephalitis virus. Menurut Soedarmo dkk,(2008) bahwa virus Ensefalitis berkembang biak dari sel hidup yaitu di dalam nukleus dan sitoplasma seperti babi, kuda, gigitan nyamuk,dan lain lain.


e.       Patofisiologi

Setelah nyamuk menggigit manusia yang rentan, virus menuju sistem getah bening sekitar tempat gigitan nyamuk (kelenjar regional) dan berkembang biak, kemudian masuk ke peredaran darah dan menimbulkan viremia pertama. Melalui aliran darah virus menyebar ke organ tubuh seperti susunan syaraf pusat dan organ eksterneural. Kemudian virus di lepaskan dan masuk ke dalam peredaran darah menyebabkan virema kedua yang bersamaan dengan penyebaran infeksi di jaringan dan menimbulkan gejala penyakit sistemik.

            Bagaimana cara virus masuk menembus sawar otak tidak diketahui dengan pasti, namun diduga setelah terjadinya viremia virus menembus dan berkembng biak pada endotel vaskular dengan cara endositosis, sehingga dapat menembus sawar darah otak. Setelah mencapai susunan saraf pusat, virus berkembang biak di dalam sel dengan cepat pada retikulum endoplasma yang kasar serta badan golgi dan setelah itu menghancurkannya. Akibat infeksi virus tersebut maka permeabelitas sel neuron, glia dan endotel meningkat, mengakibatkan cairan di luar sel masuk ke dalam sel dan timbullah edema sistoksik. Adanya edema dan kerusakan susunan saraf pusat ini memeberikan memberikan manifestasi klinis berupa ensefalitis. Area otak yang terkena dapat pada thalamus, ganglia basal, batang otak, hipokampus, dan krteks selebra (Soedarmo dkk,2008).


f.       Manifestasi Klinis

Gejala klinisnya adalah :

a)    Terjadi peningkatan tekanan intarakraniaum,berupa nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan muntah.

b)   Terjadi demam akibat infeksi

c)    Fotofobia (respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi saraf – saraf  kranial

d)   Ensefalitis biasanya memperlihatkan gejala awal yang dramatis berupa delirium dan penurunan progresif kesadaran. Dapat timbul kejang dan gerakan- gerakan abnormal (Corwin, 2001).


g.      Penatalaksanaan

1.   Pemeriksaan penunjang

1)   Pemeriksaan cairan serebrospinal

Warna jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50- 2000 sel. Dimana sel limfosit merupakan sel yang dominan, protein agak meningkat, sedangkan glukosa dalam batas normal.

2)   Pemeriksaan EEG

Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse "Bilateral" dengan aktivitas rendah.

3)   Pemeriksaan virus

Ditemukan virus pada CNS. Didapatkan kenaikan titer antibodi yang spesifik terhadap virus penyebab.

2.   Pengobatan pada encephalitis dilakukan dalam 2 cara, yaitu:

1)   Pengobatan penyebabnya adalah:

Diberikan apabila jenis virus diketahui.Herpes encephalitis: adenosine arabinose 15mg/kgBB/hari selama 5 hari.

2)   Pengobatan suportif adalah :

Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah pengobatan non spesifik yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh.

Pengobatannya antara lain:

(a) ABC ( Airway, Breathing, Circulation) harus dapat dipertahankan sebaik- baiknya.

(b) Pemberian makanan secara adekuat baik secara interal maupun parenteral dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan vitamin.

(c) Obat- obatan yang lain apabila diperlukan harus diberikan agar keadaan umum penderita tidak bertambah jelek,Misalnya:

Hiperpireksia, diberikan:  antipiretik paracetamol 10 mg/ kgBB/ X,kompres dingin. Kejang, diberikan: Diazepam 0,3- 0,5mg/kgBB/X diikuti dengan oemberian, Fenitoin 2 mg/ kgBB/ X untuk rumatan. Edema otak, diberikan: steroid: dexametasone 0,5 mg/ kgBB/ X dilanjutkan dengan dosis 0,1 mg /kg BB/ X tiap 6 jam, Monitol dosis 1-2 gr/ kgBB selama ± 15 menit diulangi 8- 12 jam apabila diperlukan.

3.   Perawatannya, yaitu :

Mata: cegah adanya exposure keratitis dengan pemberian BWC atau salep antibiotika. Cegah decubitus: dengan merubah posisi penderita tiap 2 jam. Penderita dengan gangguan menelan dan akumulasi sekret lakukan postural drainage dan aspirasi mekanis ( Soedarmo dkk,2008 ).


h.      Komplikasi

Kompikasi yang terjadi pada ensefalitis adalah : (1) pasien dapat mengalami ketidakmampuan permanen, kerusakan otak atau meninggal akibat ensefalitis, (2) dapat timbul kejang ( Corwin, 2001 ).


i.        Pemeriksaan Laboraturium dan Diagnostik

1)   Dilakukan pegambilan CSS untuk pemeriksaan sel darah putih dan sensitivitas mikro-organisme. Glukosa dan protein dalam CSS.

2)   Dapat digunakan CT scan atau MRI untuk mengevaluasi drajat pembengkakan dan tempat nekrosis ( Corwin, 2001).



DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Dr. Soetjiningsih, SPAK. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Dongoes, E. Marilyn,(2000) Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.ISBN

Setiadi. (2007). Anatomi Fisiologi Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu

Johnson ,Morrison, (2000). Nursing Outcome Classification.Mosby Year Book

Philadelphia.

Mc. Closkey, Joanne, (2004) Nursing Intervention Classification Mosby Year

Book Philadelphia.

Joyce, E. (2009). Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

NANDA, (2005). Nursing Diagnose:Definition and Classification. NANDA

international.

Nursalam, et al.(2007). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak . Jakarta: EGC.

Mansjoer, et al.(2001).Kapita Selekta Kedokteran Volume 1Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Wong, D, et al.(2008).Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 volume

2.Jakarta:EGC

Wong, D.(2004).Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4.Jakarta:EGC

Soedarmo,et al.(2008).Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Ilmu Kesehatan Anak FKUI

Rd. Arry yulianita, D.(2007). Buku Saku Keperawatan. Bandung:

Yusi Sofiyah.(2007).Cat Kuliah Anak.  Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sylvia. A Price.(1995). Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.

Effendy, N.(1998). Dasar – dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC.

 http://toko-alkes.com/

SAP Gastritis/maag

Leaflet maag atau gastritis


Pengertian:
Gastritis adalahsuatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan –kerusakan erosi/apabila tidak terjadi tidak lebih dalam dari muskularis

Macam gastritis
    1. gastritis akut
    2. gastritis kronis/menahun

Penyebab
  1. obat analgetik-antiinflamasi
    • aspirin
  2. bahan kimia misalnya lisol.
  3. Alkohol
  4. stress fisis yang di sebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan, gagal ginjal, kerusakan, susunan sarafpusat
  5. Refluk usus llambung
  6. endotoksin

Gejala Klinis
    • Nyeri pada efigastrium/daerah lambung.
    • Nause/kembung.
    • Muntah dan apabila berat dapat ditemukan muntah darah


Pengobatan di rumah/penata-laksanaan di rumah:.
    1. mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.seperti nyeri maupaun ual dan muntah
    2. nebgatasi penyebab dan menghindari penyebab apabila diketahui
    3. pemberia obat-obat H2 blocking seperti antasida atau obat ulkus lambung lainnya.

Jumlah Cairan Yang Di berikan:
    • Umur < 1 – 4 tahun: 100 – 200 cc (1/2 – 1 gelas).
    • Umur > 5 tahun: 200 – 300 cc (1/2 – 1 gelas).
    • Umur Dewasa: 300 – 400 cc (11/2 – 2 gelas).

Kapan dibawa ke sarana kesehatan?
    • Bila berak cair dengan frekuensi lebih dari normal, rasa haus bertambah, air kencing sedikit, muntah ber-ulang (Dehidrasi ringan)
    • Turgor/tegangan kulit menurun/ kulit jadi kendur, demam, ubun-ubun besar cekung, mata cowong, tidak dapat makan & minum seperti biasanya (Dehidrasi sedang).
    • Kesadaran menurun, kejang, ada darah (Dehidrasi berat).

Jenis Cairan:
    • Cairan rumah tangga: air tajin, kuah sayur, air kecap, dll.
    • LGG (larutan gula garam)
    • Oralit.

Pencegahan
    1. Pemberian ASI saja s/d 4-6 bulan.
    2. Hindari penggunaan susu botol.
    3. Memperbaiki cara penyiapan & penyimpanan makanan pendamping ASI.
    4. Menggunakan air bersih untuk mi-num.
    5. Mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum & sesudah menyiap-kan makanan & minuman.
    6. Membuang tinja, termasuk tinja bayi secara benar (menggunakan jam-ban/WC).
    7. Memperkuat daya tahan tubuh.
      • ASI minimal 2 tahun pertama.
      • Meningkatkan status gizi.
      • Imunisasi campak.

Oralit:
    1. Berikan oralit dosis pemeliharaan sesuai umur.

Umur
Setiap Mencret
Dalam Waktu 4 Jam
< 1 ta-hun
½ gelas
400 ml (2 bungkus)
1 - 4 ta-hun
1 gelas
600-800 ml (3-4 bungkus)
5 - 12 tahun
11/2 gelas
800-1000 ml (4-5 bungkus)
Dewasa
3 gelas
1200-2000 ml (6-10 bungkus)
Catatan: 1 bungkus oralit= 1 gelas = 200 ml. Perkiraan oralit untuk kebutu-han 2 hari.

    1. Cara membuat oralit:
1 bungkus oralit 200 ml dilarutkan dalam 1 gelas berisi air matang 200 ml, kemudian diaduk sampai mera-ta.
    1. Cara memberikan oralit:
Berikan pada anak kurang dari 2 tahun dengan sendok setiap 1-2 menit, pada anak yang besar dapat dengan gelas. Bila anak muntah, tunggu sebentar kemudian berikan lagi lambat-lambat. Bila diare terus berlangsung (tanpa dehidrasi) terus-kan dengan cairan rumah tangga di atas atau oralit lagi.
    1. Oralit bisa didapatkan di:
        1. Puskesmas atau rumah sakit.
        2. Posyandu.
        3. Toko obat, apotik.
        4. Warung atau toko tertentu.
    1. Larutan gula garam dapat di buat dengan cara sebagai berikut:
Air matang sebanyak 5 gelas di campur dengan 8 sendok teh gula dan ½ sendok teh garam.

Rabu, 12 Desember 2012

Mesotelioma Maligna

Mesotelioma Maligna adalah kanker sel mesotelium yang jarang di temukan, biasanya timbul pada pleura parietalis atau viseralis, meskipun juga dapat timbul (jauh lebih jarang) di peritonium dan perikardium. (kumar, vinay 2007: 566)

Tumor pleura yang ganas, mayoritas pasiennya terkait dengan pajanan asbes. Pajanan ini dapat berlangsung singkat dan biasanya waktu antara terpajan dan awitan klinik adalah 25 tahun. Mesotelioma maligna sangat ganas.(Price,sylvia anderson, 2005:846)

Mesotelioma Maligna adalah tumor primer yang berasal dari pleura. Tumor ini jarang di temukan bila tumor ini tersebar (difus) di golongkan sebagai tumor ganas karena dapa menyebabkan efusi pleura yang maligna. (Sudoyo, Aru W, 2009 : 2334)

 

 http://www.toko-alkes.com/

Manajemen Laktasi

Agar laktasi berjalan baik, diperlukan manajemen yang baik dalam laktasi, meliputi perawatan payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah dalam laktasi dan penatalaksanaannya.

*      http://www.toko-alkes.com/Perawatan Payudara

            Sejak kehamilan 6-8 minggu terjadi perubahan pada payudara berupa pembesaran payudara, terasa lebih padat, kencang, sakit dan tampak jelas gambaran pembuluh darah di permukaan kulit yang bertambah serta melebar. Kelenjar Montgomery daerah aerola tampak lebih nyata dan menonjol.


Perawatan payudara yang diperlukan :

v  Mengganti BH sejak hamil 2 bulan dengan ukuran yang lebih sesuai dan dapat menopang perkembangan payudara. Biasanya diperlukan BH dengan ukuran 2 nomor lebih besar.

v  Latihan gerakan otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk menunjang produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa laktasi.Bentuk latihan : duduk sila di lantai. Tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri ( dekat siku ), tangan kiri memegang lengan bawah kanan. Angkat kedua siku sejajar pundak. Tekan pegangan tangan kuat-kuat kearah siku sehingga terasa adanya tarikan pada otot dasar payudara.

v  Menjaga higiene sehari-hari, termasuk payudara, khusus daerah puting dan aerola.

v  Setiap mandi, puting susu dan aerola tidak disabuni untuk menghindari keadaan kering dan kaku akibat hilangnya 'pelumas' yang dihasilkkan kelenjar Motgomery.

v  Lakukan persiapan puting susu agar lentur, kuat, dan tidak ada sumbatan sejak usia kehamilan 7 bulan, setiap hari sebanyak 2 kali.

v  Mengoreksi puting susu yang datar/terbenam agar menyebul keluar dengan bantuan pompa puting pada minggu terakhir kehamilan sehingga siap untuk disusukan kepada bayi.


*      Beberapa hal yang perelu diperhatikan agar ibu hamil sehat dan mampu menyusui bayi :

v  Gizi ibu hamil

v  Istirahat

v  Tidak merokok dan menjauhi asap rokok orang lain

v  Pemakaian obat selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau dokter

v  Memperhatikan kebersihan diri dan menggunakan pakaian, yaitu yang longgar, ringan, mudah dipakai dan mudah menyerap keringat

v  Memperhatikan dan memeriksakan diri bila ada keluhan pada daerah gigi mulut karena dapat menjalar keorgan tubuh lain dan mengganggu kehamilan

v  Sebaiknya sejak kehamilan 3 bulan terakhir telah mengenal dan memeilih dokter yang akan mengawasi kesehatan anaknya kelak.


*      Tahap Proses Laktasi

v  Pembentukan air susu pada kehamilan

v  Periode sesudah bayi lahir saat ASI dibentuk dan dikeluarkan disebut masa laktasi. Lama masa laktasi tergantung motivasi dan kemampuan penerapan manajemen laktasi. Perlu diprhatikan agar setiap bayi dalam 4-6 bulan pertama kehidupan hanya diberi ASI  (termasuk kolostrum ). Bayi dalam kondisi baik dirawat gabung dengan ibunya untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan fisik dan psikis bayi. Selama ASI belum keluar pada 2-3 hari setelah kelahiran, bayi sehat tidak perlu diberi makanan/cairan lain, tetepi hanya perlu menghisap kolostrum. Setelah usia 4-6 bulan, secara bertahap berikan makanan pendamping ASI. ASI dapat terus diberikan sampai usia anak 2 tahun.


 class=http://www.toko-alkes.com/

LAPORAN PENDAHULUAN Bronchopnemonia

 class=


A. Definisi

Bronchopnemoni adalah peradangan yang terjadi pada bronchus dan parenchyma paru yang disebabkan oleh berbagai macam (FKUI, 1982)

B. Etiologi

•    Bakteri

•    Virus

•    Jamur

•    Benda asing

Penyebab terbanyak adalah golongan pnemococcus

C. Patofisiologi

Pnemococcus masuk melalui saluran nafas dengan cara droplet dan dapat mencapai alveoli. Untuk mencapai alveolus pnemococcus menyerang bronkus mencapai 4 stadium yaitu:

1.    Stadium kengesti

•    Kpiler paru melebar (kongesti)

Bakteri dalam jumlah banyak

•    Terjadi 4-12 jam pertama

•    Gangguan awal badan menggigil, suhu tubuh naik dengan cepat (39-40C)

•    Batuk, kadang disertai pilek dengan sputum

•    Pernafasan tachipnea

2.    Stadium hepatitis merah

•    Terjadi 48 jam

•    Ganguan seperti pada stadium kengesi, disamping itu suara nafas lemah, terdengar ronchi

3.    Stadium hepatisasi kelabu

•    Terjadi 3 – 8 hari

•    Suara ronchi menghilang

•    Hamper selalu terjadi hiksemia dalam tingkat tertentu

4.    Stadium resolusi

•    Terjadi 7 – 11 hari

•    Ronchi terdengar lebih jelas pada inspeksi dan palpasi

•    Pergeseran thorax yang terkena pnemococus berkurang

Stadium resolusi dapat sembuh tanpa pengobatan dengan waktu 5 –9 hari, tetapi jika diberikan anti biotic yang tepat akan sembuh dalam waktu kurang lebih 3 hari.

 

 http://www.toko-alkes.com/

PREPARASI DAN DRAPPING

  class=

A.    Preparasi


Pengertian


Adalah suatu tindakan yang dilakukan pada bagian tubuh atau area operasi agar bebas dari debu, mikroorganisme atau minyak yang menempel pada kulit.


Tujuan


Menekan seminimal mungkin bahaya infeksi oleh sayatan kulit sehingga komplikasi yang mungkin timbul tidak terjadi.


Persiapan area operasi


1.  Mencukur ?


·     Rambut dianggap sebagai penunjang pertumbuhan bakteri


2.  Pencucian daerah operasi


·     Menggunakan antiseptik, dapat mengangkat lemak, debu, kotoran kulit, membasmi MO yang melekat dikulit dan membilas kulit.


3.  Preparasi


a.     Set preparasi;


·        2 mangkok


·        1 spong holding forcep


·        1 dressing forcep


·        Kassa steril


·        Duk bolong


b.     Sarung tangan steril


c.      Bethadin 10 %


d.     Nacl 0,9 %


e.     Alkohol


f.       Clorhexidin 4 %


g.     Cateter


h.     Urin bag


i.        Spuit 10 cc






Cara kerja


a.     Buka set preparasi


b.     Tuangkan NaCl 0,9% + savlon/clorhexidin ke dalam mangkok 1


c.      Tuangkan bethadin pada mangkok 2


d.     Buka sarung tangan, cateter, spuit, urin bag


e.     Gunakan sarung tangan


f.       Siapkan cateter, urin bag, spuit yang sudah diisi cairan


g.     Ambil mangkok yang berisi cairan antiseptik dengan beberapa kassa


h.     Bersihkan area operasi dengan antiseptik dari arah dalam keluar


i.        Keringkan dengan kasa steril


j.       Bilas dengan alkohol


k.     Dengan spong holding forcep keringkan area operasi yang sudah diberi alkohol


l.        Ambil mangkok bethadin, jepit kasa dengan spong holding dengan menggunakan bethadin lakukan preparasi area operasi dengan memutar dari arah dalam menuju periper


m.  Lakukan berulang


n.     Buang kasa ketempat sampah


4.  Pemasangan catheter


5.  Drapping




B.    Drapping


Pengertian


·     Suatu tindakan untuk membatasi lapangan pembedahan dengan kain linen steril


·     Dilakukan di meja operasi


·     Setelah pasen teranestesi


·     Setelah dilakukan preparasi dan pemasangan cateter


Tujuan


Membuat pembatas/barrier area operasi terhadap kontaminasi yang mungkin terjadi.






Syarat alat tenun drapping


·        Bahan terbuat dari katun/kertas (NONWOVEN)


·        Tidak menyolok


·        Warna hijau tua, biru berbeda dengan bahan yang digunakan di ruang perawatan


·        Panjang linen harus meutupi daerah yang steril dan tidak menyentuh lantai.


Linen


·     Mudah basah


·     Supple akan jatuh dengan baik


·     Perlu dicuci, pelipatan, pensterilan


·     Opsite


Jumlah linen


·     Tromol, terdiri dari: Gaun 5 buah, TPB 4 buah (180 x 140 cm), TPA 6 buah (150 x 90 cm), Duk bolong besar 1 buah


·     Dibungkus


·     Sesuai kebutuhan daerah operasi


Nonwoven


·     Single use


·     Waterproof


·     Kaku


·     Mudah terkontamiasi


Prinsip pelaksanaan drapping


·     Harus dilakukan dengan hati-hati


·     Scrub nurse harus memahami dengan tepat prosedur drapping


·     Jaga kesterilan


·     Menggunakan towel klem pada setiap sisi agar tidak bergeser


·     Tim bedah yang sudah memakai baju steril harus selalu menghadap tempat yang sudah dilakukan drapping


Perlengkapan drapping


·     Towel merupakan perlengkapan dasar yang digunakan dalam drap


·     4 buah towel klem digunakan didaerah immediet operasi




Hal-hal yang harus diperhatikan dalam drapping


·     Jika alat tenun terkontaminasi harus diganti


·     Sekitar lantai tidak boleh terdapat genangan air


·     Hindari mengibas alat tenun terlalu tinggi


·     Lindungi sarung tangan dengan cara tangan dibawah lipatan pada saat drap


·     Rencanakan drapping dengan baik, siapkan drap sebelum dimulai


·     Mulai meletakkan drap dari yang pertama akan di gunakan               http://www.toko-alkes.com/


Sistem Rujukan

 class=


Definisi

Sistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.

Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.

                                             

Tujuan Depkes

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka kematian bayi.


Tugas Sistem Rujukan

Memeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya.





Syarat Rujukan


·               Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang menerima rujukan

·                                                                               Adanya pencatatan tertentu :

ü   Surat rujukan

ü   Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu

ü   Pencatatan yang tepat dan benar

ü   Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)

·                                                                               Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan

·                                                                               Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan

·                                                                               Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).


Jenis Rujukan

·               Rujukan medis :

o   Rujukan pasien,

o   Rujukan pengetahuan, dan

o   Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan.

·               Rujukan Kesehatan :

o   Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan, misalnya :pengiriman dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten

o   Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam jangka waktu tertentu.

o   Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.

o   Alih pengetahuan dan ketrampilan di bidang klinik, manajemen dan pengoperasian peralaan.

·               Rujukan Manajemen

o Pengiriman informasi

o Obat, biaya, tenaga, peralatan

o Permintaan bantuan : survey epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)


Manfaat Rujukan

a.             Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

§  Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.

§  Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.

§  Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan

b.            Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

§     Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang

§     Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan

c.             Dari sudut tenaga kesehatan

§  Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.

§  Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan kerjasama

§  Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu


Alur Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal

Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif an sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.

Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal yang datang ke Puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai Prosedur tetap sesuai dengan Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola di tingkat Puskesmas PONED atau dilakukan rujukan ke RS PONEK untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya.

·               Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal.

·               Bidan didesa dan Polindes dapat memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau atas rujuka kader/ masyarakat. Selain menyelenggarakan pelayanan pertolongan persalinan normal, bidan di desa dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada Puskesmas, Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK sesuai dengan tingkat pelayanan yang sesuai.

·               Puskesmas non PONED sekurang – kurangnya harus mampu melakukan stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obetetri dan neonatal yang datang sendiri maupun dirujuk oleh kader/ dukun/ bidan di desa sebelum melakukan rujukan ke Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK.

·               Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin/ ibu nifas dan bayi baru lahir yang datang sendiri atau atas rujukan kader/ masyarakat, bidan di desa dan Puskesmas. Puskesmas PONED dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada Rumah Sakit PONEK.









Skizofrenia paranoid

Skizofrenia Paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (delusi grandeur) atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya. Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya (Durand, at all 2007).
Salah satu tipe dari skozofrenia adalah skizofrenia paranoid, dimana ditandai dengan adanya waham kejar (rasa menjadi korban atau dimata-matai) atau waham kebesaran, halusinasi dan kadang-kadang keagamaan yang berlebihan, atau perilaku agresif dan bermusuhan (Videbeck, 2001). Dari gejala yang timbul tersebut, skizofrenia paranoid cenderung berpontensi untuk melakukan perilaku kekerasan.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa skizofrenia paranoid adalah gangguan psikotik yang rusak yang melibatkan gangguan dalam berfikir, persepsi, pembicaraan, emosi dan perilaku, yang ditandai dengan adanya waham kejar, waham kebesaran, halusinasi, perilaku agresif  dan bermusuhan.
http://www.toko-alkes.com/

HERNIA INGUINALIS

 

A        Pengertian

Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2003).

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).

Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 2004).

Hernia Inguinalis adalah  suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).


B        Anatomi Fisiologi

Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis, musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth, 2000)

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian proksimedial (Martini, H 2001).

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis (Martini, H 2001)

C        Klasifikasi

Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :

1.       Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).

2.       Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).


D        Etiologi

Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :

1.    Kelemahan otot dinding abdomen.

1.       Kelemahan jaringan

2.       Adanya daerah yang luas diligamen inguinal

3.       Trauma

1.    Peningkatan tekanan intra abdominal.

1.       Obesitas

2.       Mengangkat benda berat

3.       Mengejan  Konstipasi

4.       Kehamilan

5.       Batuk kronik

6.       Hipertropi prostate

1.    Faktor resiko: kelainan congenital


E         Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah  penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000).

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

F         Manifestasi Klinik

1.       Penonjolan di daerah inguinal

2.       Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.

3.       Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen.

4.       Terdengar bising usus pada benjolan

5.       Kembung

6.       Perubahan pola eliminasi BAB

7.       Gelisah

8.       Dehidrasi

9.       Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong.


G       Pemeriksaan Penunjang

1.       Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.

2.       Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.


H       Komplikasi

1.       Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.

2.       Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.

3.       Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.

4.       Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.

5.       Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.

6.       Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

7.       Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,

8.       Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9.       Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.


I          Manajemen bedah

1.    Perawatan pre operasi

Persiapan fisik dan mental pasien dan pasien puasa dan dilavamen pada malam sebelum hari pembedahan.

2.       Perawatan post operasi

a.       Hindari batuk, untuk peningkatan ekspansi paru, perawat mengajarkan nafas dalam.

b.      Support scrotal dengan menggunakan kantong es untuk mencegah pembengkakan dan nyeri.

c.       Ambulasi dini jika tidak ada kontraindikasi untuk meningkatkan kenyamanan dan menurunkan resiko komplikasi post operasi.

d.      Gunakan tehnik untuk merangsang pengosongan kandung kemih.

e.      Monitoring intake dan output.

f.        Palpasi abdomen dengan hati-hati.

g.       Intake cairan > 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan fungsi perkemihan.

h.      Bila pasien belum mampu BAK, dapat dipasang kateter karena kandung kemih yang distensi dapat menekan insisi dan menyebabkan tidak nyaman.

i.         Pemakaian celana suppensoar.

3.       Discharge Planning :

a.       Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat.

b.      Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap hari dan kalau perlu.

c.       Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan adekuat.


J          Penatalaksanaan

1.       Konservatif

a.       Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.

b.      Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.

c.       Celana penyangga

d.      Istirahat baring

e.      Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

f.        Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

2.       Pembedahan (Operatif) :

a.       Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.

b.      Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.

c.       Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.


K        Diagnosa yang mungkin muncul :

1.         Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

2.         Cemas berhubungan dengan krisis situasional,  rencana operasi

3.         Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya kognitif pasien.

4.         Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika post pembedahan

5.         Defisit / syndrom defisit self care berhubungan dengan kelamahan


RENPRA HERNIA

No    Diagnosa    Tujuan    Intervensi

1    Nyeri Akut b/d agen injuri fisik     Setelah dilakukan askep …. jam nyeri terkontrol, peningkatan kenyamanan dengan KH:

•   Klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3

•   Ekspresi wajah tenang & dapat istirahat, tidur.

•   V/S dbn (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt).    Manajemen nyeri :

•   Kaji nyeri secara komprehensif ( Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).

•   Observasi  reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.

•   Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

•   Berikan lingkungan yang tenang

•   Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.

•   Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.

•   Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.

•   Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

•   Monitor V/S

•   Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.


2    Cemas berhubungan dengan krisis situasional, rencana operasi    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, cemas klien terkontrol.

Kriteria Hasil

a.       Ekspresi wajah tampak tenang, rileks dan kooperatif.

b.      Mengenali, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol kecemasan.

c.       Menemukan sikap tubuh, ekspresi wajah, isyarat dan tingkat kegiatan yang menggambarkan berkurangnya penderitaan.

d.      Menunjukkan beberapa kemampuan untuk menenangkan diri    Penurunan kecemasan

•         Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

•         Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (tachicardia, tachypnea, ekspresi cemas non verbal)

•         Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.

•         Berusaha memahami keadaan klien

•         Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.

•         Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan

•         Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas.

•         Tentukan kemampuan pasien untuk mengambil keputusan

•         Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

•         Kolaborasi untuk pemberian obata penurun cemas , jika memungkinkan

Peningkatan Koping

•         Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit

•         Hargai dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi.

•         Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan.

•         Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis.

•         Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini.

•         Libatkan keluarga atau orang terdekat dengan klien.

•         Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang efektif.

•         Beri penyuluhan tentang prosedur pre operasi dan post operasi.

•         Berikan pujian untuk menggunakan sumber koping yang efektif.

3    Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya kognitif pasien.    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, pengetahuan klien meningkat. Dengan Kriteria Hasil

a.       Pasin mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.

b.      Berpartisipasi dalam pengobatan    Peningkatan pengetahuan

•         Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.

•         Jelaskan proses penyakit

•         Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus.

•         Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila dipelrukan.

•         Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain.

•         Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan.

•         Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi.

•         Diskusikan tentang terapi dan pilihannya.

•         Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/mendukung.

•         Instruksikan kapan harus kepelayanan.

•         Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan.

4    Risiko infeksi b/d adanya luka operasi, imunitas tubuh menurun, prosedur invasive    Setelah dilakukan askep …. jam risiko infeksi Terkontrol, terdedekti dg KH:

•   Bebas dari tanda & gejala infeksi

•   Angka lekosit normal (4-11.000)

•   Suhu normal ( 36 – 37 c     Kontrol infeksi :

•    Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

•    Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/ istirahat yang cukup

•    Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien.

•    Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.

•    Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.

•    Gunakan baju, masker dan sarung tangan sebagai alat pelindung.

•    Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.

•    Lakukan perawatan luka sesuai indikasi

•    Lakukan dresing infus,dan dresing kateter sesuai indikasi.

•    Tingkatkan intake nutrisi. & cairan yang adekuat

•    Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai program.


Proteksi terhadap infeksi

•    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

•    Monitor hitung granulosit dan WBC.

•    Monitor kerentanan terhadap infeksi.

•    Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.

•    Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.

•    Inspeksi keadaan luka dan sekitarnya

•    Monitor perubahan tingkat energi.

•    Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas dan latihan.

•    Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.

•    Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.dan melaporkan kecurigaan infeksi.


5    Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya    Setelah dilakukan askep … jam klien dan keluarga dapat merawat diri : activity daily living (adl) dengan kritria :

•   kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi (makan, berpakaian, toileting, berhias, hygiene, oral higiene)

•   klien bersih dan tidak bau.    Bantuan perawatan diri

•   Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri yang mandiri

•   Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan, berhias

•   Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri

•   Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

•   Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya

•   Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin

•   dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

•   Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan.

http://www.toko-alkes.com/


METODE CUCI TANGAN BEDAH

 class=


METODE CUCI TANGAN BEDAH

1.    Time methode

2.    Brush metohde

Sama efektif bila dilakukan dengan baik dan benar

TIME METHODE

    Basahi tangan dan lengan

    Cuci dengan anti septik sampai dengan 5 cm diatas siku

    Bilas dengan air dengan posisi tangan lebih tinggi dari sikut

    Ambil sikat steril, tambahkan 2-3 cc antiseptik, sikat kuku, tangan, lengan masing-masing ka/ki selama ½ menit

    Gosok tangan kanan oleh tangan kiri dan sebaliknya dengan antiseptik masing-masing 1 ½ menit

    Bilas tangan dan lengan dengan air yang mengalir

BRUSH STROKE SURGIcAL METHODE

    Basahi tangan dan lengan

    Cuci dengan antiseptik sampai dengan 5 cm diatas siku

    Dengan pembersih kuku plastik bersihkan daerah bawah kuku dengan air mengalir

    Bilas dengan air dengan posisi tangan lebih tinggi dari sikut

    Ambil sikat steril, tambahkan 3 cc antiseptik

    Sikatlah ;

    Semua ujung jari 30 gosokan

    Kuku jari 30 gosokan

    Punggung tangan 20 gosokan

    Telapak tangan 20 gosokan

    Lengan sampai dengan 5 cm diatas sikut 30 gosokan

    Bilas tangan dan lengan dengan air yang mengalir

http://www.toko-alkes.com/