Tak dipungkiri, prasangka orang terhadap pasangan suami-istri
(pasutri) yang belum juga mendapatkan momongan setelah cukup lama
menikah terkesan negatif.
Pasutri yang mengalaminya pun akan
berpikir balik tentang bagaimana pandangan orang terhadap mereka,
sehingga muncullah rasa was was, cemas, tidak nyaman bahkan barangkali
jengkel.
Apalagi bagi seorang wanita, akan menjadi sangat
sensitif ketika mengalami penantian panjang untuk bisa hamil. Bahkan,
pertanyaan yang mungkin terucap secara iseng seperti: sudah isi belum?
Kapan nih dapet keponakan? Kok belum hamil juga?, isa menjadi hal yang
sangat menyedihkan dan menimbulkan rasa bersalah bagi wanita yang tak
kunjung hamil setelah sekian lama menikah.
Kondisi ketidakmampuan
wanita menikah untuk hamil setelah melakukan hubungan seksual secara
teratur selama 1 tahun, atau 6 bulan pada wanita berusia > 35 tahun
disebut sebagai infertilitas (ketidaksuburan). Wanita menikah yang telah
hamil, namun kehamilannya tidak bisa bertahan, juga bisa dikatakan
infertil (tidak subur).
Kehamilan dapat terjadi jika terjadi
proses berikut: tubuh wanita melepaskan sel telur dari salah satu indung
telur (ovulasi), sel telur tersebut akan berjalan melewati tuba falopi
menuju uterus (rahim), selama perjalanan tersebut harus ada sperma dari
pria yang akan bergabung (membuahi) dengan sel telur, dan sel telur yang
telah dibuahi akan menempel ke bagian dalam uterus (implatansi). Adanya
gangguan/masalah di salah satu proses tersebut dapat menyebabkan
infertilitas.
Kebanyakan kasus infertilitas pada wanita
disebabkan oleh adanya gangguan/masalah pada proses ovulasi. Tanpa
ovulasi, tidak ada sel telur untuk dibuahi. Proses ovulasi yang tidak
normal seringkali ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur
atau tidak menstruasi (amenorrhea).
Gangguan pada proses ovulasi
tersebut sering disebabkan oleh polycystic ovarian syndrome (PCOS),
yaitu kondisi ketidakseimbangan hormon. Selain itu, juga dapat
disebabkan oleh primary ovarian insufficiency (POI) yang terjadi ketika
indung telur tidak berfungsi sebelum berusia 40 tahun. POI tidak sama
dengan menopause dini.
Penyebab lainnya, antara lain: tuba falopi
tersumbat akibat penyakit radang panggul (pelvik), endometriosis, atau
operasi pada kehamilan ektopik; kelainan pada uterus dan adanya benjolan
jinak yang berisi gumpalan jaringan atau otot pada dinding uterus
(uterine fibroid).
Risiko infertilitas pada wanita juga dapat
meningkat karena beberapa faktor berikut: usia, kebiasaan merokok dan
minum alkohol, stres, kurang gizi, teralu berat beraktivitas, berat
badan terlalu rendah atau overweight, penyakit menular seksual.
Pada
wanita, pemeriksaan untuk mengetahui infertilitas diawali dengan
pemeriksaan riwayat medis dan fisik oleh dokter. Pada pemeriksaan
riwayat medis, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan seperti
riwayat menstruasi, kehamilan, penyakit infeksi menular, dan penggunaan
kontrasepsi. Dari pemeriksaan ini, terkadang dokter dapat mencurigai
penyebab infertilitas, namun perlu dipastikan dengan pemeriksaan lain
misalnya pemeriksaan darah dan ultrasound.
Pemeriksaan darah
biasanya digunakan untuk mengevaluasi proses ovulasi, yaitu meliputi :
Thyroid-stimulating Hormone (TSH), Prolaktin, Luteinizing Hormone (LH),
Folicle-stimulating Hormone (FSH), dan Progesteron. Sementara
pemeriksaan ultrasound yang dilakukan, antara lain Hysterosalpingography
(HSG) dan Laparoscopy.
Menemukan penyebab infertilitas pada
wanita dapat menjadi proses yang panjang dan mungkin akan melelahkan
secara emosional. Butuh waktu yang panjang untuk melakukan semua
pemeriksaan yang dibutuhkan dan menemukan penyebab pastinya. Jadi,
jangan khawatir jika tidak segera ditemukan masalah.