Blogger templates

Rabu, 12 Desember 2012

Sistem Rujukan

 class=


Definisi

Sistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.

Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.

                                             

Tujuan Depkes

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka kematian bayi.


Tugas Sistem Rujukan

Memeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya.





Syarat Rujukan


·               Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang menerima rujukan

·                                                                               Adanya pencatatan tertentu :

ü   Surat rujukan

ü   Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu

ü   Pencatatan yang tepat dan benar

ü   Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)

·                                                                               Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan

·                                                                               Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan

·                                                                               Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).


Jenis Rujukan

·               Rujukan medis :

o   Rujukan pasien,

o   Rujukan pengetahuan, dan

o   Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan.

·               Rujukan Kesehatan :

o   Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan, misalnya :pengiriman dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten

o   Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam jangka waktu tertentu.

o   Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.

o   Alih pengetahuan dan ketrampilan di bidang klinik, manajemen dan pengoperasian peralaan.

·               Rujukan Manajemen

o Pengiriman informasi

o Obat, biaya, tenaga, peralatan

o Permintaan bantuan : survey epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)


Manfaat Rujukan

a.             Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan

§  Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.

§  Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.

§  Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan

b.            Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan

§     Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang

§     Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan

c.             Dari sudut tenaga kesehatan

§  Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.

§  Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan kerjasama

§  Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu


Alur Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal

Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif an sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.

Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal yang datang ke Puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai Prosedur tetap sesuai dengan Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah pasien akan dikelola di tingkat Puskesmas PONED atau dilakukan rujukan ke RS PONEK untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya.

·               Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan kegawatdaruratan obstetric dan neonatal.

·               Bidan didesa dan Polindes dapat memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin dan ibu nifas baik yang datang sendiri atau atas rujuka kader/ masyarakat. Selain menyelenggarakan pelayanan pertolongan persalinan normal, bidan di desa dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada Puskesmas, Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK sesuai dengan tingkat pelayanan yang sesuai.

·               Puskesmas non PONED sekurang – kurangnya harus mampu melakukan stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obetetri dan neonatal yang datang sendiri maupun dirujuk oleh kader/ dukun/ bidan di desa sebelum melakukan rujukan ke Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK.

·               Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil/ ibu bersalin/ ibu nifas dan bayi baru lahir yang datang sendiri atau atas rujukan kader/ masyarakat, bidan di desa dan Puskesmas. Puskesmas PONED dapat melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada Rumah Sakit PONEK.









Skizofrenia paranoid

Skizofrenia Paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (delusi grandeur) atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya. Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara mencolok tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya (Durand, at all 2007).
Salah satu tipe dari skozofrenia adalah skizofrenia paranoid, dimana ditandai dengan adanya waham kejar (rasa menjadi korban atau dimata-matai) atau waham kebesaran, halusinasi dan kadang-kadang keagamaan yang berlebihan, atau perilaku agresif dan bermusuhan (Videbeck, 2001). Dari gejala yang timbul tersebut, skizofrenia paranoid cenderung berpontensi untuk melakukan perilaku kekerasan.
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa skizofrenia paranoid adalah gangguan psikotik yang rusak yang melibatkan gangguan dalam berfikir, persepsi, pembicaraan, emosi dan perilaku, yang ditandai dengan adanya waham kejar, waham kebesaran, halusinasi, perilaku agresif  dan bermusuhan.
http://www.toko-alkes.com/

HERNIA INGUINALIS

 

A        Pengertian

Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal (Lewis,SM, 2003).

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).

Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 2004).

Hernia Inguinalis adalah  suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).


B        Anatomi Fisiologi

Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis, musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan mendorong dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth, 2000)

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus. Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit, tungkai atas bagian proksimedial (Martini, H 2001).

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis (Martini, H 2001)

C        Klasifikasi

Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :

1.       Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM, 2003).

2.       Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).


D        Etiologi

Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B Saunders, penyebab hernia inguinalis adalah :

1.    Kelemahan otot dinding abdomen.

1.       Kelemahan jaringan

2.       Adanya daerah yang luas diligamen inguinal

3.       Trauma

1.    Peningkatan tekanan intra abdominal.

1.       Obesitas

2.       Mengangkat benda berat

3.       Mengejan  Konstipasi

4.       Kehamilan

5.       Batuk kronik

6.       Hipertropi prostate

1.    Faktor resiko: kelainan congenital


E         Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah  penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000).

Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2001).

F         Manifestasi Klinik

1.       Penonjolan di daerah inguinal

2.       Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.

3.       Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen.

4.       Terdengar bising usus pada benjolan

5.       Kembung

6.       Perubahan pola eliminasi BAB

7.       Gelisah

8.       Dehidrasi

9.       Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong.


G       Pemeriksaan Penunjang

1.       Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.

2.       Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3) dan ketidak seimbangan elektrolit.


H       Komplikasi

1.       Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.

2.       Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.

3.       Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.

4.       Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.

5.       Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan obstipasi.

6.       Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

7.       Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,

8.       Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

9.       Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.


I          Manajemen bedah

1.    Perawatan pre operasi

Persiapan fisik dan mental pasien dan pasien puasa dan dilavamen pada malam sebelum hari pembedahan.

2.       Perawatan post operasi

a.       Hindari batuk, untuk peningkatan ekspansi paru, perawat mengajarkan nafas dalam.

b.      Support scrotal dengan menggunakan kantong es untuk mencegah pembengkakan dan nyeri.

c.       Ambulasi dini jika tidak ada kontraindikasi untuk meningkatkan kenyamanan dan menurunkan resiko komplikasi post operasi.

d.      Gunakan tehnik untuk merangsang pengosongan kandung kemih.

e.      Monitoring intake dan output.

f.        Palpasi abdomen dengan hati-hati.

g.       Intake cairan > 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan fungsi perkemihan.

h.      Bila pasien belum mampu BAK, dapat dipasang kateter karena kandung kemih yang distensi dapat menekan insisi dan menyebabkan tidak nyaman.

i.         Pemakaian celana suppensoar.

3.       Discharge Planning :

a.       Hindari mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat.

b.      Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap hari dan kalau perlu.

c.       Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan adekuat.


J          Penatalaksanaan

1.       Konservatif

a.       Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.

b.      Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.

c.       Celana penyangga

d.      Istirahat baring

e.      Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.

f.        Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.

2.       Pembedahan (Operatif) :

a.       Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.

b.      Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.

c.       Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.


K        Diagnosa yang mungkin muncul :

1.         Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

2.         Cemas berhubungan dengan krisis situasional,  rencana operasi

3.         Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya kognitif pasien.

4.         Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, lika post pembedahan

5.         Defisit / syndrom defisit self care berhubungan dengan kelamahan


RENPRA HERNIA

No    Diagnosa    Tujuan    Intervensi

1    Nyeri Akut b/d agen injuri fisik     Setelah dilakukan askep …. jam nyeri terkontrol, peningkatan kenyamanan dengan KH:

•   Klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3

•   Ekspresi wajah tenang & dapat istirahat, tidur.

•   V/S dbn (TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-20x/mnt).    Manajemen nyeri :

•   Kaji nyeri secara komprehensif ( Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ).

•   Observasi  reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.

•   Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.

•   Berikan lingkungan yang tenang

•   Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.

•   Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.

•   Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.

•   Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

•   Monitor V/S

•   Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.


2    Cemas berhubungan dengan krisis situasional, rencana operasi    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, cemas klien terkontrol.

Kriteria Hasil

a.       Ekspresi wajah tampak tenang, rileks dan kooperatif.

b.      Mengenali, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol kecemasan.

c.       Menemukan sikap tubuh, ekspresi wajah, isyarat dan tingkat kegiatan yang menggambarkan berkurangnya penderitaan.

d.      Menunjukkan beberapa kemampuan untuk menenangkan diri    Penurunan kecemasan

•         Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

•         Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (tachicardia, tachypnea, ekspresi cemas non verbal)

•         Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.

•         Berusaha memahami keadaan klien

•         Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.

•         Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan

•         Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas.

•         Tentukan kemampuan pasien untuk mengambil keputusan

•         Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

•         Kolaborasi untuk pemberian obata penurun cemas , jika memungkinkan

Peningkatan Koping

•         Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit

•         Hargai dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi.

•         Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan.

•         Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis.

•         Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini.

•         Libatkan keluarga atau orang terdekat dengan klien.

•         Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang efektif.

•         Beri penyuluhan tentang prosedur pre operasi dan post operasi.

•         Berikan pujian untuk menggunakan sumber koping yang efektif.

3    Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya berhubungan dengan kurangnya informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi, terbatasnya kognitif pasien.    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama .... x 24 jam, pengetahuan klien meningkat. Dengan Kriteria Hasil

a.       Pasin mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.

b.      Berpartisipasi dalam pengobatan    Peningkatan pengetahuan

•         Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.

•         Jelaskan proses penyakit

•         Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus.

•         Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila dipelrukan.

•         Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain.

•         Jelaskan tentang program pengobatan dan alternatif pengobatan.

•         Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin digunakan untuk mencegah komplikasi.

•         Diskusikan tentang terapi dan pilihannya.

•         Eksplorasi kemungkinan sumber yang bisa digunakan/mendukung.

•         Instruksikan kapan harus kepelayanan.

•         Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan.

4    Risiko infeksi b/d adanya luka operasi, imunitas tubuh menurun, prosedur invasive    Setelah dilakukan askep …. jam risiko infeksi Terkontrol, terdedekti dg KH:

•   Bebas dari tanda & gejala infeksi

•   Angka lekosit normal (4-11.000)

•   Suhu normal ( 36 – 37 c     Kontrol infeksi :

•    Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

•    Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/ istirahat yang cukup

•    Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien.

•    Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan.

•    Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.

•    Gunakan baju, masker dan sarung tangan sebagai alat pelindung.

•    Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat.

•    Lakukan perawatan luka sesuai indikasi

•    Lakukan dresing infus,dan dresing kateter sesuai indikasi.

•    Tingkatkan intake nutrisi. & cairan yang adekuat

•    Kolaborasi untuk pemberian antibiotik sesuai program.


Proteksi terhadap infeksi

•    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

•    Monitor hitung granulosit dan WBC.

•    Monitor kerentanan terhadap infeksi.

•    Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.

•    Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.

•    Inspeksi keadaan luka dan sekitarnya

•    Monitor perubahan tingkat energi.

•    Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas dan latihan.

•    Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.

•    Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.dan melaporkan kecurigaan infeksi.


5    Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya    Setelah dilakukan askep … jam klien dan keluarga dapat merawat diri : activity daily living (adl) dengan kritria :

•   kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi (makan, berpakaian, toileting, berhias, hygiene, oral higiene)

•   klien bersih dan tidak bau.    Bantuan perawatan diri

•   Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri yang mandiri

•   Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan, berhias

•   Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri

•   Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

•   Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya

•   Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin

•   dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

•   Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan.

http://www.toko-alkes.com/


METODE CUCI TANGAN BEDAH

 class=


METODE CUCI TANGAN BEDAH

1.    Time methode

2.    Brush metohde

Sama efektif bila dilakukan dengan baik dan benar

TIME METHODE

    Basahi tangan dan lengan

    Cuci dengan anti septik sampai dengan 5 cm diatas siku

    Bilas dengan air dengan posisi tangan lebih tinggi dari sikut

    Ambil sikat steril, tambahkan 2-3 cc antiseptik, sikat kuku, tangan, lengan masing-masing ka/ki selama ½ menit

    Gosok tangan kanan oleh tangan kiri dan sebaliknya dengan antiseptik masing-masing 1 ½ menit

    Bilas tangan dan lengan dengan air yang mengalir

BRUSH STROKE SURGIcAL METHODE

    Basahi tangan dan lengan

    Cuci dengan antiseptik sampai dengan 5 cm diatas siku

    Dengan pembersih kuku plastik bersihkan daerah bawah kuku dengan air mengalir

    Bilas dengan air dengan posisi tangan lebih tinggi dari sikut

    Ambil sikat steril, tambahkan 3 cc antiseptik

    Sikatlah ;

    Semua ujung jari 30 gosokan

    Kuku jari 30 gosokan

    Punggung tangan 20 gosokan

    Telapak tangan 20 gosokan

    Lengan sampai dengan 5 cm diatas sikut 30 gosokan

    Bilas tangan dan lengan dengan air yang mengalir

http://www.toko-alkes.com/

Fungsi lobus frontal

Lobus frontal adalah bagian depan belahan otak besar. Daerah anterior pada lobus frontal berhubungan dengan kemampuan berfikir dan konsentrasi. Lobus frontal juga membantu mengendalikan pergerakan otot terlatih, mood, perecanaan masa depan, penentuan target dan prioritas.


bawah ini terdapat gambar tentang letak lobus frontal

                                                     

  Gambar 2.2


                           Area Lobus Frontal


              Sumber : (www.kankerotak.org)


Fungsi lobus frontal


1)            Presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah, lengan, tungkai, batang, bertangggung jawab untuk aktivitas motorik volunteer.


2)            Area broca's merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominant


3)            Suplementari motor area untuk gerakan kotralateral kepala dan lirikan mata


4)            Area prefrontal merupakan pusat control inhibisi untuk miksi dan defekasi (Sloane E, 2004:169).

 http://www.toko-alkes.com/

 

KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

  class=


A. Definisi

Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) mengatakan Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga pada unit atau kesatuan yag dirawat, denngan sehat sebagai tujuan melalui pegobatan sebagai saran atau penyalur.

1.Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat

Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara _esame anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.

Alasan keluarga sebagai Unit Pelayanan (Ruth B Freeman, 1981)

·         Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat

·         Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, megabaikan, atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya

·         Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya

·         Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagi pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan keluarganya

·         Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat

2.      Keluarga sebagai pasien

Dalam melihat keluarga sebagi pasien ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat, diantaranya :

1.      Setiap keluarga memiliki cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para anggotanya

2.      Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagi segi :

a.       Pola komunikasi

b.      Pengambilan keputusan

c.       Sikap dan nilai-nilai dalam keluarga

d.      Kebudayaan

e.       Gaya hidup

3.      Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah pedesaan

4.      Kemandirian dari tiap-tiap keluarga

Dalam memberikan asuhan perawatan terhadap keluarga, lebih ditekankan pada keluarga-keluarga dengan keadaan sosial perekonomian yang rendah. Keadaan social ekonomi yang rendah pada umunya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidak mampuan dan ketidak tahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang meraka hadapi.

Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga utuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga terhadap kebutuhan gizi, perumahan dan lingkungan sehat, pendidikan dan kebutuhan lainnya. Jelas kesemuannya itu dengan mudah meyababkan suatu peyakit.

B.     Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang megambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.

Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah :

a.       Hak dan Tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga

b.      Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga

c.       Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah

C.    Keluarga Kelompok Risiko Tinggi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehata keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:

a.       Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut:

·         Tingakat social ekonomi keluarga rendah

·         Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi maslaah kesehatan sendiri

·         Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan

b.      Keluarga degan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:

·         Umur ibu (16th atau lebih 35th)

·         Menderita kekurangan gizi atau anemia

·         Menderita hipertensi

·         Primipara atau multipara

·         Riwayat persalinan dengan komplikasi

c.       Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:

·         Lahir prematur atau BBLR

·         Lahir degan cacat bawaan

·         ASI ibu kurang sehigga tidak mencukupi kebutuhan bayi

·         Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya

d.      Kelurga mempunyai maslah dalam hubungan antara anggota keluarga:

·         Anak yag tidak dikehendaki dan pernah dicoba untun digugurkan

·         Tidak ada kesesuaiana pendapatantara anggota keluarga dan sering cekcok dan ketegangan

·         Ada anggota keluarga yang sering sakit

·         Salah satu orang tua (suami atau istri) meinggal, caria, atau lari meninggalka keluarga

D.    Kesehatan Keluarga Sebagai tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga

Peningkatan status kesehatn keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, agar keluarga tersebut dapat meningkatkan produktifitasnya, bila produktifitas keluarga meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula.

E.     Tujuan Perawatan Kesehatan Kelaurga

Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga:

Tujuan umum :

Untuk meningktakan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehigga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga.

Tujuan Khusus :

a.       Meningkatka kemampuan keluarga dlam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

b.      Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

c.       Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.

d.      Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggita keluarga yang sakit dan dalam megatasi masalah kesehatan anggota keluarga.

e.       Meningkatkan produktifitas kelaurga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

F.     Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yag harus dilakukan oleh keluarga, yaitu:

a.       Mengenal gangguan perkembangan setiap kesehatan anggotanya

b.      Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

c.       Memberika keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan tidak dapat membatu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda

d.      Mempertahankan suasana dirumah yang mengutungkan kesehtan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

e.       Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

G.    Perawatan Sebagai Sarana

Dalam mencapai tujuan kesehatan keluarga, asuhan keperawatan yang diberikan merupakan sarana yang diberikan untuk mencapai tujuan tersebut . hal itu sangat tergatung kepada perawat yang memberikan asuhan keperawatan yang bermutu kepada keluarga dalam mempengaruhi keluarga untuk lebih dapat mengenal dam melaksanakan tugas-tugasnya dalam bidang kesehatan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja secara tim dan bekerjasama dengan profesi lain untuk mencapai tujuan asuhan perawatan keluarga dalam melaksanakan asuhan keperwatan, perwat bekerja sama dengan dokter, penilik kesehatan, ahli gizi, pekerja social dan sebagainya yang bekerja sebagai tim untuk meningkatkan kesehatan keluarga.

H.    Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Perawatan Keluarga

Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:

a.       Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

b.      Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga

c.       Coordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga

d.      Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya

e.       Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat

I.       Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam Memecahkan Masalah Kesehatan Keluarga

Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah:

1.            Hambatan dari keluarga

    1. pendidikan keluarga yang rendah
    2. keterbatasan sumber-sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan prasarana)
    3. kebiasaan-kebiasaan yang melekat
    4. sosial budaya yang menunjang

2.      Hambatan dari perawat

a.   sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi, seperti: PHN Kit, transportasi

b.   kondisi alam (geografi yang sulit)

c.   kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)

d.   keterbatasannya pengetahuan perawat tentang kultur keluarga

L. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga

Ada beberapa prinsip penting yangperlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:

Ø    Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

Ø    Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.

Ø    Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.

Ø    Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.

Ø    Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan prefentif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan prefentif.

Ø    Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.

Ø    Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga keseluruhan.

Ø    Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dalam menggunakan proses keperawatan.

Ø    Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan dirumah.

Ø    Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.

M.   Implikasi dari Pelayanan Kesehatan Dipusatkan kepada Keluarga

Ada beberapa implikasi dalam pemberian pelayanan kesehatan yang dipusatkan pada keluarga, diantaranya:

Ø    Pelayanan kesehatan dan keperawatan diarahkan untuk membantu seluruh keluarga dalam meningkatkan cara-cara hidup sehat sehingga meningkatkan produktivitas dan derajat kesehatan keluarga.

Ø    Cakupan pelayanan kesehatan dan keperawatan lebih luas, karena banyak anggota keluarga yang dapat dicakup, dan sumber-sumber keluarga yang anda dapat diarahkan untuk meningkatkan kesehatan keluarga.

Ø    Pelayanan kesehatan dan keperawatan dipusatkan kepada keluarga sebagai satu kesatuan yang utuh.

Ø    Pelayanan kesehatan dan keperawatan keluarga ditekankan pada waktu-waktu rawan didalam kehidupan dan keluarga-keluarganya dengan resiko tinggi.

Ø    Agar dapat mencapai tujuan dan sasaran dalam pelayanan kesehatan keluarga diperlukan kontinyuitas pelayanan pada keluarga-keluarga rawan terhadap masalah kesehatan dan keperawatan.

Ø    Perlu mempersiapkan tenaga-tenaga perawat kesehatan keluarga yang mempunyai kemampuan yang tujuan ganda dalam memberikan pelayanan.

Ø    Perlu pengembangan dan peningkatan sumber-sumber yang ada dalam masyarakat untuk kepentingan asuhan pelayanan keperawatan kesehatan keluarga.

PROGRAM PEMERINTAH UNTUK MENCIPTAKAN

PERNIKAHAN DAN KELUARGA SEHAT

ž  Konseling pranikah

ž  Tes kesehatan pranikah

ž  Penundaan usia nikah

ž  Penundaan usia hamil

ž  Kelurga berencana

ž  Adanya UUD KDRT

ž  Adanya UUD anti perdagangan wanita dan anak