Blogger templates

Minggu, 19 Juni 2011

Tingkat Pengetahuan klien tentang Penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi) di Desa Ungge Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arthritis Rheumatoid merupakan gangguan klinis yang menyerang berbagai sistem organ.penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok jaringan difus yang di perantarai oleh imunitas, pada pasien biasanya terjadi distruksi sendi progresif, walaupun episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi (Price. S. 2006.)
Kebanyakan diderita pada umur 25-55 tahun dan tiga kali lebih banyak diderita oleh wanita dari pada pria.Walaupun penyakit ini tidak merupakan penyakit yang dapat mempertinggi angka kematian tetapi sangat mempengaruhi fisik maupun psikologisnya, untuk itu perawat sebagai tenaga profesional diharapkan mampu memberi asuhan keperawatan pada pasien Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi) sehingga dapat membantu Klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaannya. Arthritis merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh peradangan pada suatu sendi atau banyak sendi. Persendian akan terasa sakit atau nyeri pada saat tulang bergesekan dengan tulang lain (Crepitus), akhirnya jaringan fibrosa akan menggantikan tulang rawan dan kapsul sendi sehingga menyebabkan sublukasi (dilokasi sendi parsial), Ankylosis (sendi yang menyatu) dan pengerasan sendi yang sakit (Charlene J Reeves, 199).
Kurang lebih dua puluh persen sampai tiga puluh persen penderita Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi) terjadi akibat kelainan sistem purin dalam jumlah besar yang menyebabkan kelebihan asam urat dalam darah dan tujuh puluh lima persen Gout terjadi akibat kelebihan produksi asam urat, tapi pengeluarannya tidak sempurna. Dengan peningkatan produksi asam urat atau retensi asam urat, kadar asam urat serum pada penderita Gout lebih dari 6,5-7,0 mg/dll (Roth.S.1987).
Penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi) adalah bukan penyakit menular seperti penyakit AIDS dan TBC, dimana biasanya tidak secara langsung menyebabkan kematian, walaupun kematian dapat saja terjadi pada kasus beberapa tipe Arthritis yang parah. Perjalanan Arthritis terdiri atas beberapa stadium. Tanda-tanda penyakit Arthritis pada stadium permulaan ditandai oleh Hiperurisemia Asimtomatis selama beberapa tahun tanpa diketahui oleh penderitanya karena pada tahap awal tidak ada gangguan apapun yang dirasakan oleh penderita (Gordon N, 1997).
Dari sepuluh besar penyakit yang kami data di Puskesmas Darek, pada tiga bulan terakhir ternyata penyakit Arthritis Rheumatoid termasuk didalamnya. Artinya bahwa penyakit Arthritis Rheumatoid banyak yang diderita oleh masyarakat kita. Berdasarkan data di Puskesmas Darek pada tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Nopember 2007 terdapat 261 penderita, pada bulan Desember 2007 terdapat 209 penderita, dan terakhir pada bulan Januari 2008 terdapat 442 penderita. Dari jumlah penderita tersebut ternyata paling banyak terdapat di Desa Ungge dari pada desa-desa yang lain dengan wilayah kerja Puskesmas Darek
. Perincian jumlah penderita dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Nama Desa Penderita Bulan Nopember 2007 Penderita Bulan Desember 2007 Penderita Bulan Januari 2008

Nama Desa
Penderita Bulan Nopember 2007
Penderita Bulan Desember 2007
Penderita Bulan Januari 2008
Darek
42 Penderita
25 penderita
74 penderita
Ungge
67 penderita
71 penderita
93 penderita
Plambek
34 penderita
21 penderita
61 penderita
Ranggegate
48 penderita
34 penderita
68 penderita
Kabul
22 penderita
28 penderita
57 penderita
Mt. Sapah
17 penderita
10 penderita
34 penderita
Pandan Indah
31 penderita
20 penderita
55 penderita
Total Penderita
261 penderita
209 penderita
442 penderita
�Rekapitulasi penderita arthritis Rheumatoid Wilayah kerja puskesmas darek�.
Dari keterangan-keterangan klien, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan Klien tentang penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi) sangat bervariasi demikian juga nyeri sendi yang merupakan keluhan selama proses penyakit berlangsung dimana klien menganggap Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi) sebagai penyakit yang biasa dan penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya tanpa diberikan obat atau therapi, padahal penyakit tersebut dapat di cegah melalui diit rendah purin untuk menetralkan kadar asam dalam darah dan urin (Almatsir S. 2004).
Berkaitan dengan uraian diatas maka penulis tertarik ingin meneliti Tingkat Pengetahuan klien tentang Penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi) di Desa Ungge Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan klien tentang penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi)�?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tantang � Pengetahuan Klien mengenai Penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi)�.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasikan pengetahuan klien tentang pengertian penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi).
b. Untuk mengidentifikasi pengetahaun klien tentang penyebab penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi).
c. Untuk mengidentifikasi pengetahuan klien tentang tanda dan gejala penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi).
d. Untuk mengidentifikasi pengetahuan klien tentang penatalaksanaan penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi).
e. Untuk mengidentifikasi pengetahuan klien tentang upaya pencegahan penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi).
f. Untuk mengidentifikasi pengetahuan klien tentang perawatan penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi).

D. Manfaat Penelitian
1. Klien
Diharapkan dari hasil penelitian ini diharapkan klien dapat mengerti tentang Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi), serta penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, penatalaksanaan, serta perawatan dari penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang Sendi).
2. Ilmu Keperawatan
Membantu melengkapi referansi keilmuan berhubungan dengan pengetahuan klien tentang penyakit Arthritis Rheumatoid (Radang sendi).
3. Bagi peneliti
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

E. Relevansi Penelitian
Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini banyak informasi, terutama masalah-masalah penyakit ilmu bedah yang diterima masyarakat yang pernah atau sedang menderita penyakit Arthritis Rheumatoid , banyak yang belum lengkap atau masih kurang sehingga adanya penelitian ini akan memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat tersebut.

pengaruh pemberian aktivitas ROM (Rage of Motion) terhadap perubahan kualitas tidur pasien Diabetes Mellitus di ruang Mawar RSUP NTB

skripsi keperawatan                                                            

penerapan model pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project) untuk meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII.D SMP Negeri 15 mataram tahun pelajaran 2007/2008. PDF

Rabu, 15 Juni 2011

Laporan tentang Hepatitis

Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis virus merupakan jenis yang paling dominan . Dimana juga merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima golongan besar jenis virus , antara lain :
? Virus Hepatitis A ( HAV )
? Virus Hepatitis B ( HBV )
? Virus Hepatitis C ( HCV )
? Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta
? Virus Hepatitis E ( HEV )
Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri , tetapi jenis ini jarang ada.
Luka pada organ liver dengan peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan bahan kimia dari inhalasi , ingesti , atau pemberian obat secara parenteral ( IV ) . Toxin dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya hepatotoxin , seperti : industri toxins , alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam terapi medik.

Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-virus lainnya , seperti :
? Cytomegalovirus
? Virus Epstein-Barr
? Virus Herpes simplex
? Virus Varicella-zoster
Klien biasanya dapat sembuh secara total dari hepatitis , tetapi kemungkinan mempunyai penyakit liver residu . Meskipun angka kematian dari hapetitis relatif lama atau panjang , pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian

PATHOFISIOLOGI
Setelah liver membuka sejumlah agen , seperti virus. Liver menjadi membesar dan mendesak dengan meradangnya sel-sel hati , lymfosit-lymfosit , bertambahnya cairan , sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak nyaman . Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit , pembelahan sel-sel hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas , nekrosis dan regenerasi dari sel-sel hepar.
meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi disebabkan karena masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam pembelahan jaringan-jaringan hepar ( sel-sel hepar ) . Oedema dari saluran-saluran empedu hati yang terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.
Data spesifik pada patogenesis hepatitis A , hepatitis C , hepatitis D , dan hepatitis E sangat terbatas . Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinik dari peradangan akut HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien . Komplex kekebalan � Kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk manifestasi extrahepatik dari hepatitis akut B . Hepatitis B diyakini masuk kedalam sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam dinding pembuluh darah dan aktif dalam sistem pengisian. (Dusheiko,1990) . Respon-respon klinik terdiri dari nyeri bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.
Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adlah ditandai dengan aktifitas fagositosis dan aktifitas enzym , perbaikan sel-sel hepar . Jika tidak sungguh-sungguh komplikasi berkembang , sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien secara normal setelah hepatitis virus kalah . Regenerasi lengkap biasanya terjadi dalam dua sampai tiga bulan .

KLASIFIKASI HEPATITIS
Hepatitis Virus
Lima jenis penyakit hepatitis virus akut dengan melalui ragam penyerangan, ragam permulaan dan masa inkubasi . Virus ini untuk jenis parenteral dan non parenteral sehubungan dengan mekanisme transmisi (penyerangan).
Jenis non-parenteral : Hepatitis A dan Hepatitis E , penyebaran virus melalui route oral-fecal . Jenis parenteral : Hepatitis B , Hepatitis C , dan Hepatitis D , penyebarannya melalui transfusi darah melalui pembuluh darah vena dan hubungan sex.

Hepatitis A
Bahan penyebab yang dapat menjangkit Hepatitis A kemungkinannya adalah virus RNA dari golongan enterovirus . Karakteristik Hepatitis A adalah sama dengan sifat khas dari syndroma virus dan sering kali tidak dapat dikenali . Penyebaran Hepatitis A melalui route oral-fecal dengan ingesti oral dari ketidakbersihan fecal.
Air yang tidak bersih mengandung sumber penyakit atau infeksi, kerang-kerang yang diambil dari air yang tercemar , dan makanan yang tidak bersih karena terjamah oleh HAV . Virus dapat juga tersebar melalui aktivitas sex oral-anal dan kadang-kadang melalui pembukaan pengeluaran fecal dalam Rumah Sakit. Dalam kasus yang sama , Hepatitis A dapat juga bertransmisi dalam aliran darah . Masa inkubasi Hepatitis A antara dua sampai enam minggu dengan rata-rata waktu empat minggu . Penyakit ini dapat mengancam hidup manusia ( sangat berbahaya bagi hidup manusia ).

Hepatitis B
Hepatitis B berbentuk sebagai serum hepatitis . Virus Hepatitis B ( HBV ) adalah partikel double-sheel berisi DNA yang terdiri dari antigen ( HBcAg ) , permukaan antigen ( HBsAg) dan protein independent ( HBeAg ) dalam sirkulasi darah.
Jenis penyebaran HBV adalah route terkontaminasinya jaringan percutaneous dengan darah . Selain itu juga penyebarannya melalui mukosa membran dengan lewat :
? Kontak dengan cairan tubuh , seperti : semen , saliva , dan darah .
? Kontaminasi dengan luka yang terbuka .
? Peralatan dan perlengkapan yang terjangkit.
Contoh waktuterjadinya transmisi ( penyebaran ) , antara lain :
? Jarum suntik ( secara sengaja atau kebetulan ).
? Transfusi darah yang terkontaminasi dengan luka , goresan atau lecet
? Mulut atau mata yang terkontaminasi selama irigasi luka atau suction.
? Prosedur bedah mulut atau gigi.
HBV dapat terjadi klien yang menderita AIDS . HBV lebih menjangkit atau berbahaya dari pada HIV , dimana sebagai penyebab AIDS . Untuk penyebab ini Hepatitis B mendapat tempat terbesar untuk perawatan kesehatan profesional .
Hepatitis B dapat tersebar melalui hubungan sex dan khususnya para gay (male-homo) (Dindzans,1992). Virus ini dapat juga tersebar dengan melalui penggunaan peralatan �tato� dan pelubang daun telinga ; penggunaan yang terkontaminasi pada perlengkapan pembagian obat ( terkontaminasinya perlenkapan pembagian obat ) ; berciuman ; dan perlengkapan lainnya seperti : cangkir , pasta gigi , dan rokok.
Perjalanan penyakit Hepatitis B sangat beragam. Hepatitis B kemungkinan mempunyai serangan tipuan dengan sinyal yang lemah dan sekumpulan penyakit atau komplikasi yang serius , seperti : masa inkubasi 40 sampai dengan 180 hari , tetapi Hepatitis B secara umum akan berkembang 60 sampai 90 hari setelah pembukaan (terserang) . Penyakit liver kronik berkembang 5% pada klien dengan infeksi HBV akut.

Hepatitis C
Virus Hepatits C (HCV) sama dengan HBV, dan mempunyai pengurai seperti flavi-virus, virus pemutus rantai RNA. HCV penebarannya melalui darah dan produksi darah dan terindentitas pada gay , tersebar selama hubungan sex . Symptom berkembang 40 sampai 100 hari setelah penyerangan virus . Masa inkubasi adalah 2 sampai 22 minggu , dengan rata-rata masa inkubasi 8 minggu.
Akibat meningkatnya Hepatitis C dan Hepatitis B pada klien yang sama , epidemiologi dan hepatologi dipelajari dengan seksama . Klien yang menggunakan obat secara IV menyebabkan 40% terjangkit HCV .

Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan karena terinfeksi HDV , virus RNA yang tidak sempurna membutuhkan fungsi pembantu HBV. HDV bergabung dengan HBV dengan kehadirannya dibutuhkan untuk replikasi virus. Virus delta dapat menjangkit pada klien secara simultan dengan HBV atau bisa juga dengan meninfeksi secara superimpose pada klien yang terinfeksi HBV super infeksi kemungkinan mempunyai waktu hidup yang sama dengan Hepatitis B kronik dan mungkin juga berkembang dalam keadaan carrier yang kronik . Transmisi primer penyakit ini melalui route non-percuntaneous , terutama hubungan personal yang tertutup (selingkuh).
Durasi infeksi HDV ditentukan dengan durasi infeksi HBV tidak lebih lama dari infeksi HBV. Bagaimanapun infeksi HDV kronik menunjukkan adanya kemajuan yang cepat dari penyakit liver, penyebab penambah kerusakan hati yang telah siap disatukan dari infeksi HBV kronik.

Hepatitis E
Virus hepatitis sangat mudah dikenal dengan epidemis cairan dari hepatitis, sejak ditemukan epidemi di Asia, Afrika dan Mexico. Di AS dan Canada hepatitis E terjadi pada orang � orang yang mengunjungi daerah endemic. Virus rantai tunggal RNA dikirimkan melalui rute oral � fecal dan menyerupai virus hepatitis A. HEV mempunyai periode inkubasi 2 � 9 minggu. Hepatitis E tidak menuju infeksi kronik atau carier.

RACUN DAN PENGARUH OBAT ( KIMIA ) HEPATITIS
2 Tipe Utama Toxic Hepatitis Yang Dikenal :
1. Direct Toxic Hepatitis ( DTH )
DTH dihasilkan dalam nekrosis dan infiltrasi lemak dari liver. Penyebab racun hepatitis adalah racun yang umum yang sistematis atau diubah di liver dari metabolisme toxic. Masyarakat yang mempunyai kebiasaan buruk seperti alcoholic dapat memiliki DTH sebagai contoh, Acetaminophen ( Tylenol, Exdol ), dalam penggunaan secara bersamaan Over The Counter ( OTC ) analgesik dapat menyebabkan nekrosis hepatic yang hebat. Industri toxin, seperti Carbon Tetrachloride, Trichloroethylene dan phosphor kuning, juga memiliki efek direct toxic pada liver.
2. Iodiosyncratic Toxic Hepatitis ( ITH )
ITH dihasilkan dari pergantian morfologi liver yang sama ditemukan divirus hepatitis. Dalam reaksi obat Iodiosyncratic, kasus hepatitis tidak terprediksi dan jarang. Ini mungkin terjadi disetiap saat selama atau dalam waktu dekat setelah membuka obat.
Agen yang dihasilkan di ITH meliputi :
� Halothane, agent anestesi.
� Methyldopa ( Aldomet, Dopamet ), obat anti hipertensi.
� Isoniazid ( INH, Isotamine ), agent anti tuberculosa.
� Phenytoin ( Dilantin ), anti konvulsant.

KOMPLIKASI HEPATITIS
Kegagalan sel liver untuk regenerasi, dengan kemajuan proses nekrotik dihasilkan secara hebat, sering membentuk hepatitis yang fatal yang lebih dikenal dengan hepatitis fulminan. Bentuk nekrosis hepatitis secara besar � besaran sangat jarang. Hepatitis kronik terjadi seperti hepatitis B atau hepatitis C. Infeksi sangat tidak mungkin pada agent delta hepatitis ( HDV ), dalam klien dengan penampakan antigen hepatitis B atau HbS Ag mungkin menuju hepatitis kronik yang akut dan kemunduran klinis. Dalam beberapa kasus hepatitis fulminan dengan kematian mungkin terjadi.
Pada seseorang dengan hepatitis kronik aktif ( CAH ) kerusakan liver yang meningkat dan dikarakteristikkan oleh nekrosis hepatitis secara terus � menerus, inflamasi akut dan fibrosis. Klien mungkin tidak ada gejala untuk waktu yang lama dari proses penyakit liver atau fibrosis yang terus menerus mungkin menuju ke kerusakan liver, sirosis, dan kematian.
Hepatitis kronik aktif mungkin di manifestasikan oleh :
� Gejala klinik persistent dan hepatomegali.
� Adanya kelanjutan dari HbS Ag.
� Pengangkatan, turun naiknya tingkatan serum aspartate amino transferase ( AST ), billirubin dan alkaline phospatase untuk 6 � 12 bulan setelah terjadi hepatitis akut.
Biopsi liver lebih mudah oleh keseimbangan diagnosa hepatitis kronik. Pada seseorang dengan hepatitis kronik persistent dan hepatitis kronik lobar,kerusakan liver tidak meningkat setelah tanda pengambilan.Tipe dari hepatitis dihasilkan dari infeksi dengan dan virus hepatitis B dan hepatitis C. Pada kesalahan yang tidak meningkat, perkembangan serosis jarang. Banyak klien dengan hepatitis kronik persisten tidak ada gejala dan fisiknya terlihat normal. Data laboratorium mungkin menampakkan peningkatan serum AST dan alkaline phospatase yang mungkin tetap bertahan sampai 1 tahun.

ETIOLOGI
Penyebab hepatitis meliputi :
� Infeksi virus.
� Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
� Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.

Peradangan virus pada hati umumnya dalam bentuk hepatitis. Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A dan Hepatitis B juga terinfeksi oleh virus hepatitis B. Virus hepatitis C ( HCV ) belum dapat diidentifikasi. Ini menunjukkan bahwa sedikitnya dua virus dalam klasifikasi ini. HCV negatif non A, hepatitis non B mungkin timbul karena infeksi oleh virus yang belum terisolasi atau terinfeksi HCV yang tidak dapat teridentifikasi oleh penanda serologi.
Empat tipe virus hepatitis, delta hepatitis hanya terjadi pada virus hepatitis B dan disebabkan oleh virus hepatitis D. Hepatitis E disebabkan oleh virus hepatitis E.
Penyaringan rutin dari donor darah dan menghapuskan penjualan sumber darah membuat penurunan terjadinya hepatitis B setelah transfusi darah. Bagaimanapun resiko vital hepatitis setelah transfusi merupakan masalah penyebab utama dan tergantung pada metode dimana produksi darah diproses. Berbagai macam produk darah membawa resiko besar klien dengan hemodialisis juga membawa resiko tinggi terkena hepatitis B.
Laporan kasus pada DEPKES daerah untuk semua tipe hepatitis vital diketahui jumlahnya untuk mencegah penyebaran.

PENERANGAN PERAWATAN PENCEGAHAN HEPATITIS VIRUS
� Gunakan pencegahan umum atau pencegahan substansi tubuh untuk menjaga perpindaham kuman antara klien atau antara klien dengan staf perawat kesehatan
� Menghapuskan penggunaan jarum dan benda tajam lainnya dengan mengganti sistem penggunaan jarum
� Ambil vaksin hepatitis B ( hepatovax-B, recombinex HB ) diberikan dengan tiga seri suntikan. Vaksin ini juga untuk menjaga atau mencegah hepatitis B
� Untuk postexposure mencegah hepatitis B, lihat atau cari segera perhatian medis untuk kemungkinan administrasi imuno globulin hepatitis B ( HBIG ) atau imuno globulin ( IG )
� Laporkan semua kasus hepatitis pada DEPKES Daerah.

PENCEGAHAN HEPATITIS VIRUS
� Memelihara sanitasi yang baik dan kebersihan diri. Cuci tangan kamu sebelum makan dan setelah dari toilet.
� Minum air yang sudah masak oleh sistem pencucian air
� Jika transportasi tidak berkembang atau kota non industri, minum hanya dengan air botol. Hindarkan makanan yang telah dicuci dengan air, seperti sayuran mentah, buah dan sop.
� Pergunakan sanitasi yang baik untuk mencegah panyebaran kuman antar anggota keluarga. Jangan menggunakan bagian tempat tidur dari linen, handuk, alat makan dan gelas minuman sesama keluarga,
� Jangan berbagi jarum suntikan.

KEJADIAN / PENGARUH
Hepatitis A umumnya kebanyakan tipe hepatitis virus dunia. Dan yang tertinggi adalah hepatitis B. Dan jumlahnya 40 % tercatat kasus hepatitis vital (Dindanz, 1992 )
Ini meningkat kejadiannya pada wabah penggunaan obat IV. Kebersihan rendah merupakan bentuk penyebab utama dari perpindahan pada kelompokm ini.
Sekitar 5 % dari populasi dunioa terinfeksi virus hepatitis B ( Wright, 1992). Hepatitis B utamanya terjadi pada dewasa muda di USA. Dengan 75 % terjadi pada kasus antara umur 15 dan 39 tahun. Kejadian ini meningkat selama 1980 dan awal 1990. Kira � kira 300.000 kasus baru dari terjadinya hepatitis B di USA setiap tahun 59 % dari semua kasus pengguna obat IV, heteroseksual dengan gantai pasangan dan homoseksual laki-laki. 3 % dari semua kasus terjadi pada pekerja perawat kesehatan.
Hepatitis C ( Infeksi HCV ) jumlahnya kira � kira 20 % dari semua kasus hepatitis vital yang tercatat oleh perawat kontrol kuman Amerika (CDC) dan biasanya ddisebabkan oleh penyebaran hepatitis. Penyebab 80 % dari kasus penyebarab hepatitis kronik ( Dindanz, 1992 ).
Kejadian ini mungkin diremehkan karena belum terlaporkan / rendahnya laporan. Beberapa klien dengan hepatitis kronik, 95 % terinfeksi dengan jalan transfusi darah. Hepatitis kronik berkembang sekitar 50 % dari klien dengan infeksi HCV akut dan terjadinya sirosis 20 % dari klien ini ( Wright, 1992 )

Pertimabangan Perubahan Bentuk
Infeksi dengan agen delta telah menyebar di seluruh dunia bagaimanapun di negara Mediterania, Afrika Timur, Eropa Selatan dan Timur Tengah. Infeksi delta mewabah pada beberapa orang dengan hepatitis B. Penyakit hepatitis E telah ditemukan di India dan telah tercatat sedikit kasus di Asia, Afrika dan Meksiko (Herrera, 1993 )

MANAJEMEN KOLABORASI
TINDAKAN.
Riwayat :
Ketika diperoleh riwayat dari klien dengan dicurigai hepatitis vital perawat mengatakan pada klien bahwa dia diketahui mengidap hepatitis A atau B. Pearawat menanyakan apakah klien baru � baru ini melakukan transfusi darah atau melakukan hemodialisis untuk penyakit ginjal. Perawat bertanya tentang :
- Aktifitas social termasuk hubungan seksual ( heteroseksual, biseksual atau homo seksual )
- Penggunaan obat � obatan
- Menggunakan anting atau tattoo
- Akomodasi kehidupan seperti barak militer yang penuh, institusi yang benar atau apartemen yang padat, atau pusat penampungan orang dengan lambat mental.
Riwayat pekerjaan klien dimasukkan. Perawat mempunyai pertanyaan khusus tentang pekerjaan sebagai berikut :
- Pekerja perawat kesehatan seperti teknisi laboratorium
- Perawat di area beresiko tinggi seperti ruangan operasi, ruangan darurat, klinik perawatan kritis dan klinik hemodialisis dan feresis.
- Seorang pegawai di pusat perkembangan lambat mental.
Perawat menanyakan pada klien apakah baru � baru ini melakukan perjalanan ke negara asinga atu daerah yang sanitasinya jelek / fasilitas air yang jelek. Juga ditanyakan tentang penyerapan air dan kemungkinan sumber kontaminasi atau penyerapan dari kerang � kerangan seperti oister.

TINDAKAN FISIK / MANIFESTASI KLINIK
Hepatitis Vital
Sumber dan penyebab dari manifestasi klinik dari semua kelima tipe hepatitis vital adalah sama. Perawat menetapkan keluhan subyektif klien secara umum, menentukan apakah terjadi gejala akut ( hepatitis A atau E ) atau tipuan ( hepatitis B atau C )
Klien mungkin merasa lelah dan kehilangan selera. Selanjutnya perawat memeriksa kelanjutan untuk mengira perjalanan klien ;
� Perasaan umum yang tidak nyaman
� Lemah
� Mialgias ( nyeri otot )
� Sakit kepala
� Arthritis
� Intabilitas
� Depresi
� Nausea
� Muntah
Perawat menanyakan pada klien apakah kehilangan selera pada akhir � akhir ini. Makan makanan kotor. Perokok yang tidak suka sigaret.
Perawat palpasi pada kuadran kanan atas abdominal untuk melihat hati tidak lembut dan letaknya. Klien mungkin merasa nyeri hati dengan pergerakan kulit, sclera, dan membran mucus diperiksa untuk melihat penyakit kuning. Klien mungkin melakukan perawatan medis hanya setelah terlihat penyakit kuning, dipercaya bahwa gejala samar yang lain adalah sindrom seperti influenza yang terus menerus.
Penyakit kuning pada hepatitis dihasilkan dari penyumbatan intra hepatic dan disebabkan oleh oedema dari saluran empedu hati. Urine gelap dan berwarna seperti tanah liat sering dialami oleh klien tersebut. Perawat mengambil urine dan contoh spesimen untuk inspeksi visual dan analisis laboratorium.
Perawat juga melihat kulit apakah timbul kudis ( gatal ) pada klien dengan diagnosa hepatitis B dan C. Benjolan tidak teratur dari erythema, berwarna merah atau urtycaria mungkin terjadi. Klien sering mengalami pruritus ( gatal ) dan mungkin mempunyai abrasi kulit karena garukan.
Klien dengan hepatitis A biasanya merasa demam, suhunya mungkin diantara 38?C � 40?C. Demam mungkin dalam grade rendah atau tidak dengan hepatitis B / C

RACUN DAN OBAT PENYEBAB HEPATITIS
Penggambaran klinik pada racun dan obat penyebab hepatitis tergantung pada agen kausatif. Reaksi idiosyncratic mungkin menghasilkan manifestasi klinik yang tidak dapat dibedakan dari beberapa hepatitis vital atau mungkin seolah � olah merupakan gejala pipa empedu ekstrahepatik seperti sakit kuning yang keras, kudis, arthalgias dan demam.

TINDAKAN PSIKOSOSIAL
Hepatitis vital biasanya terjadi pada penderita akut. Gejala ini mungkin meringankan dan mengurangi dengan cepat atau tidak diketahui. Manifestasi klinik dari hepatitis B dapat tetap dalam usaha selama 6 bulan.
Problem emosional untuk menyenangkan klien sering terpusat pada perasaan mereka atau marah karena sakit dan merasa lelah dari pengungkapan selera. Perasaan tidak umum secara umum tidak aktifitas dan keluhan samar menunjukkan depresi dan keputusasaan. Klien khawatir tentang efek panas dan komplikasi.
Klien dengan hepatitis vital sering merasa bersalah bahwa mereka membawa virus untuk orang lain. Injfeksi adanya penyakit hepatitis dapat menyebabkan kesenjangan sosial, kien akan merasa malu dengan adanya tindakan isolasi dan perasaan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dan akhirnya berkelanjutan di rumah. Adanya ras malu inilah menyebabkan klien membatasai interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Klien takut akan penyebarab virus kepada keluarga dan teman.
Anggota keluarga klien setiap takut kontak dengan penyakit dan mereka akan menjaga jarak dengan klien. Perawat memberi ijin kepada klien beserta keluarganya untuk saling mengungkapkan perasaannya dan mengetahui penyebab penyebarannya. Tindakan pencegahan berupa isolasi membuat klien beserta keluarganya menjadi gelisah.
Jika penyebarab Hepatitis B disebabkab oleh tindakan tingkah laku sosial yang buruk seperti ; penggunaan obat-obatan terlarang dan perilaku homoseksual maka klien akan merasa malu dan bersalah. Klien tidak dapat kembali bekerja sampai hasil tes darah yang menunjukkan serologi bernilai negatif. Kerugian biaya pengobatan dan rawat inap bagi klien dengan tampa adanya asuransi kesehatan menyebabkan pasien beserta keluarganya sangat cemas akan keuangan yang harus ditanggung.

Pengkajian Laboratorium.
Ditemukannya Hepatitis A dan B menunjukkan tingkatan nilai enzim hatinya yang akut, ditunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati dan khususnya nilai serologi.

Serum Enzim-enzim Liver.
Tingkatan alanine aminotransferase atau ALT bernilai lebih dari 1000 mU/mL dan mungkin lebih tinggi sampai 4000 mU/mL dalam beberapa kasus virus Hepatitis nilai aspartat aminotransferase atau AST antara 1000 � 2000 mU/mL. Alanine pospatase nilai normalnya 30 � 90 IU/L atau sedikit lebih tinggi. Nilai serum total bilirubin naik kepuncak 2,5 mG/dL dan berlangsung ketat dengan tanda-tanda klinik penyakit kuning. Tingkatan nilai bilirubin juga terdapat pada urine.

Pemeriksaan serologi.
Dinyatakan terkena Hepatitis A jika virus Hepatitis A anti body ( Anti-HAV ) terdeteksi dalam darah. Peradangan pada liver yang terjadi secara terus � menerus disebabkan oleh HAV adalah bukti nyata munculnya antibody Imonoglobin M ( Ig M ) yang bertahan dalam darah 4 � 6 minggu. Infeksi senbelumnya diindikasi dengan munculnya antobodi Imonoglobin G atau Ig G. Antobodi ini terdapat dalam serum dan melindungi kekebalan HAV secara permanen.
Kemunculan virus Hepatitis B ( HBV ) dapat dinyatakan jika test serologi memperkuat kemunculan sistem antogen antibody Hepatitis B dalam darah. HBV adalah virus DNA double � shelled yang terdirri dari dalam intim dan diluar kerangka. Antigen terletak diatas permukaan ataau kerangka virus ( HBSAG ) sangat penting bagi pemeriksaan serologi dan mereka akhirnya memunculkan diagnosa Hepatitis B. Selama HBSAG terdapat dalam darah maka klien diperkirakan dapat menularkan Hepatitis B. Ketakutan para peneliti selorogi selama lebih dari 6 bulan menunjukkan faktor pembawa pada Hepatitis atau hepatitis kronik. Secara normal tingkatan HBSAG akan mengalami kemunduran dan bahkan menghilang setelah masa Hepatitis B akut. Munculnya antibody terhadap HBSAG dalam darah menunjukkan kesembuhan dan kekebalan terhadap Hepatitis B.
Hepatitis B bermula saat antigen ( Hbe AG ) ditemukan didalam serum 1 minggu setelah kemunculan HBs AG, kemunculan inilah yang menentukan kondisi klien. Seseorang klien yang hasil testnya pada HbsAG dan HbeAG bernilai positif lebih menularkan penyakit dari pada klien yang testnya untuk HbsAG positif ddan HbeAG negatif.
Kemunculan Hepatitis D bisa dipastikan dengan mengidentifikasi antigen D pada intrahepatik atau sering kali didapatkan dengan naiknya titer antibody virus Hepatitis D ( Anti � HD ). Penyebaran antigen Hepatitis D ( HDAG ) merupakan diagnosa penyakit akut, tetapi hanya dapat diketahui melalui laporan pemeriksaan serum.
Mereka mempunyai kecanggihan atau alat yang canggih untuk memeriksa test serologi pada Hepatitis C. Penemuan perdana : Enzim ImonoAssay ( EIA ) yang digunakaan untuk memriksa antibody virus Hepatitis C ( anti HCV ). Pengujian mereka tidak membedakaan antara IgM dan IgG. Saat ini penemuan kedua : Enzim ImonoAssay dengan kemampuan dapat mendeteksi antibody dengan menambahkan antigen sebelum digunakan dan sekarang ini EIA tidak dapat diandalkan untuk test serologi scrining untuk mgidentifikasi Hepatitis C. Hal ini akan menambahkan nomor hasil positif yang palsu dengan adanya test screening yang dilakukan. Pada kejadian yang sama serokan versi dengan Hepatitis C akan tertunda sanpai tahun depan. Meskipun meningkatnya hasil ImonoAssay akan menambah spesifikasi dan sensitifitas untuk test. Anti HCV menentukan diagnosa yang tepat, merupakan kombinasi dari pemeriksaan secara klinis biokimia dan hasil serologi. Hal ini bukan untuk para peneliti serologi Hepatitis E.

Pengkajian Radiografi.
Hanya dengan penggunaan X-Ray dapat menemukan pembesaran liver dengan menempatkan X-Ray tepat diatas bagian abdominal.

Pengkajian Diagnosa Yang Lain.
Hepatitis kronik merupakan diagnosa biasa biopsy jaringan perkutan pada liver. Biopsi membedakan antara antif kronik dengan Hepatitis kronik persisten.
Penemuan jaringan lemak yang masuk pada spesimen biopsy liver dan peradangan dengan neutrofil yang tetap dengan Hepatitis Laennecs ( yang disebabkan oleh alkohol ).

ANALISA
Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan digunakan pada klien dengan Hepatitis virus akut yang disebabkan oleh :
1. Intoleransi aktifitas sehubungan dengan ketidaknyamanan ataau rasa tidak nyaman.
2. Berubahnya nutrisi yang masuk kedalam tubuh atau kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan anoreksia, nausea dan vomiting.

Diagnosa Keperawataan Tambahan.
Klien dengan Hepatitis virus merupakan bukti problem sekunder yang disebabkan oleh :
1. Anxietas sehubungan dengan rawat inap dirumah sakit dan waktu sakit yang cukup lama.
2. Nyeri sehubungan dengan peradangan pada liver.
3. Berubahnya aktifitas yang semakin berkurang sehubungan dengan isolasi sosial.
4. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan kulit sehubungan dengan kekurangan dan kruritus.
5. Isolasi sosial sehubungan dengan resiko penyebarab infeksi.

RENCANA DAN TINDAKAN
A. Intoleransi Aktifitas.
Perencanaan : Meningkatkan aktifitasnya ssampai seperti pada saat sebelum sakit.
Intervensi : Klien dengan Hepatitis virus akut diyakini adanya peradangan yang ganas pada liver. Klien yang tidak dirawat inap untuk Hepatitis virus tidak perlu mendapatkan perawatan secara spesifik kecuali Hepatitis C. Hepatitis C diobati dengan menggunakan alpha � interferon, dimana berguna untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Rencana keperawatan untuk semua klien-klien dengan Hepatitis virus didasarkan ukuran liver yang normal, maningkatkan regenerasi selular dan mencegah adanya komplikasi.
Selama stadium akut pada hepatitis virus interensi ditujukan menghentikan peradangan liver sampai meningkatkan regenerasi sel hepar. Istirahat merupakan interensi yang penting untuk mengurangi permintaan metabolis liver dan meningkatkan suplay darah. Keperawatan biasanya berupa dukungan.
Berdasarkan Secara Fisik : Perawat mengkaji respon klien terhadap aktifitas dan periode istirahat. Bedrest secara total dianjurkan selama fase ikteri halus pada Hepatitis. Klien biasanya lelah dan tampak malas, tetapi waktu istirahat diselang-seling dengan waktu aktifitas dianjurkan dan biasanya sekali-kali dilakukan untuk meningkatkan penyembuhan hepar.
Rencana keperawatan pada klien dan perubahan-peruahan yang dibutuhkan untuk menunjukkan sekumpulan gejala-gejala keganasan dan hasil dari test fungsi hati ddan menentukan enzim-enzim. Masa istirahaat tetap dilakukan aktifitas sepeerti perawataan diri sendiri berjalan-jalan dilakukan sampai dapat ditoleransi sebagai aktifitas tetap.
Berdasarkan Secara Psikis :Istirahat secara psikis dan emosional sangatlah penting. Karena bedrest dan in aktifitas menyebabkan ansietas. Perawat memasukkan pengalihan aktifitas dalam rencanaa keperawatannya misalnya, perawat menanyakan keperluan klien dengan membawa sesuatu materi bacaan : majalah, buku, Koran. Rumah sakit menyediakan TV dan telephon. Perawat juga menganjurkan pada staf dan anggota keluarga untuk meluangkan waktu untuk masuk kekamar klien.

B. Perubahan Nutrisi Yang Masuk Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.
Perencanaan : Intake nutrisi dan kalori yang optimal pada klien sehingga meningkatkan penyembuhan jaringan liver.
Intervensi : Dorongan terapi nutrisi ditujukan untuk meningkatkan regenerasi sel-sel hepar atau oleh kelebihan cairan seperti biasanya dan diet balance yang baik. Hal ini tidaklah selalu tepat karena nausea dan vomiting, anoreksia dan biasanya tidak suka terhadap makanan.
Tindakan keperawatan untuk meningkatkan intake nutrisi yang baik dengan :
1. Terapi diet.
2. Obat-obat pengontrol nausea.
3. Perlakuan menyenangkan yang biasa dilakukan.

Terapi Diet .
Diet spesial biasanya tidak dikehendaki. Diet tinggi karbohidrat dan kalori dengan kualitas lemak dan protein yang layak sedikitnya, sering makan akan lebih baik dari pada tiga kali makan dalam porsi besar. Perawaat bertanya tentang makaanan pilihan klien karena makanan favorit ditoleransi lebih baik dari pada makanan yang diberikan secara acak. Klien dianjurkan menyiapkan menu diet, menyelaksi makanan yang menarik. Perawat berkonsultasi dengan ahli gizi tentang sumber-sumber gizi yang mengandung kalori tinggi seperti susu.
Dokter spesialis memerintahkan untuk tambahan vitamin jika intake kalori sangat kurang seperti ensure. Jika klien tidak dapat menerima makanan secara oral, makanan diberikan secara sonde.
Erawat menanyakan kepada keluarga klien apkah menyiapkan makanan favorit dari rumah dan membawanya ke RS jika mungkin. Makanan yang berlemak dan makanan yang digoreng perlu dihindari dan menyediakan makanan tinggi karbohidrat dan protein.

Terapi Obat.
Dokter menulis resep obat anti-emetic untuk menghilangkan rasa mual seperti : trimethobenzamide hydrochorida (Tigon,Tegamide ) dan Dimenhydrinate ( Dramaamine, Travomine ), Proclhorperazine maleate ( Compazine ) , Phenothiazine, dilarang atau dihindari karena potensial akan efek hepatotoxic.

Perlakuan Yang Menyenangkan.
Setia makanan dan aroma kemungkinan merangsang nausea. Perawaat menghentikan atau menghilangkan penyebab pendorong nausea bila perlu. Suatu usaha untuk mendorong napsu makan.. Pasien menyediakan atau perawatan mulut atau melatih melakukan oral higine sebelum makan . Hindarkan makan dengan tidur, klien makan dengan duduk di kursi di atas meja. Ini sulit dilakukan dirumah sakit tapi harus dilakukan dirumah. Perawat menyediakan bedpan, urinal didekat klien dan menyediakan penyegar ruangan.

RENCANA PEMULANGAN
* Persiapan perawatan di rumah
Jika mungkin klien disedikan kamar mandi sendiri untuk personal higien, mesin cuci sendiri, handuk sendiri, alat makan dan minum sendiri, pisau cukur sendiri, dan makanan klien disendirikan.
*Pendidikan kesehatan
Perawat mengajarkan klien dan keluarga untuk mengobservasi pencegahan transmisi infeksi. Perawat menganjurkan klien untuk menghindari alkohol dan minum obat yang tidak diresepkan oleh dokter. Misal acetominophen (Tylenol,Exdol) selama 3-12 bulan. Klien harus mengukur pola istirahat dari toleransi fisik peningkatan aktivitas. Perawat menganjurkan klien beraktivitas untuk mencegah kelelahan. Klien makan makanan ringan, tinggi karbohidrat dan rendah lemak. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diit dan perencanaan menu. Perawat mengajarkan klien tentang penyebab penyakit dan menghindari aktivitas seksual sampai test HBsAg negatif.
Panduan pendidikan virus hepatitis
- Hindari obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter
- Hindari alkohol
- Istirahat yang cukup dan tidur di malam hari secara adekuat
- Makan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
- Hindari aktivitas seksual sampai test antibody negatif
- Ikuti panduan pencegahan transmisi penyakit
* Persiapan Psikososial
Dirumah, klien mermerlukan peningkatan aktivitas social tapi terjadi isolasi social karena penyebab. Perawat memberikan dukungan emosional. Perawat menjelaskan klien dapat kontak dengan orang lain selama personal hygine baik. Kontak yang dekat seperti berpelukan, berciuman harus dicegah sampai tes HbsAg negatif
* Sumber Perawatan Kesehatan
Klien dengan virus hepatitis dan keluarga harus kontak dengan pelayanan kesehatan untuk mendapatkan informasi dalam mengontrol infeksi. Klien dirumah diberi batasan toleransi aktivitas/ dukungan keluarga minimal dalam melakukan aktivitas sehari- hari, persiapan makanan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
Kriteria hasil : Klien dapat meningkatkan aktivitasnya.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah
Kriteria hasil : Klien mendapatkan intake nutrisi dan kalori secara optimal untuk meningkatkan penyembuhan jaringan liver.

INTERVENSI
Diagnosa no 1
1. Beri waktu pada klien untuk istirahat
2. Lakukan perawatan yang tidak melelahkan
3. Anjurkan bedtrest untuk masa penyembuhan
4. Beri jadwal aktivitas pada klien , misal : perawatan diri sebelum ambulasi
Rasional no 1- 4 : Istirahat meningkatkan penyembuhan liver, mengurangi radang Sel hepatic.
5. Berikan aktivitas yang disukai klien , misal : membaca, menoton Tv
6. Anjurkan pada keluarga dan pengunjung untuk tidak terlalu lama menjenguk
Rasional no 5 � 6 : Kunjungan dan aktivitas independaen menurunkan kecemasan. Perawat harus mencegah kunjungan yang terlalu lama karena menimbulkan kelelahan.

Diagnosa no 2
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet TKTPRL
R : Diet tinggi karbohidrat memberikan energi, protein memberikan regenerasi Sel hepatic.
2. Berkan makanan ringan ( camilan )
3. Berikan makanan yang disukai klien dan diizinkan oleh menu
4. Berkan makanan tinggi protein misal : susu
5. Berikan suplemaen vitamin dan makanan cair seperti Ensure/Ensure plus
6. Hindari makanan berlemak dan kering yang dapat menimbulkan mual
Rasional no 2 � 6 : Makanan berat menyebabkan anoreksia, makan terlalu banyak menyebabkan distensi abdomen, mual dan muntah.
7. Beri anti antiemetic seperti trimothobensamide hydrochloride ( Tigan ) sesuai resep dokter
R : Antiemetic untuk menurunkan mual dan muntah .
8. Hindarkan bau yang tidak enak dari klien
R : Bau yang tidak enak menyebabkan mual .
EVALUASI
Pada diagnosa keperwatan dan dukungan intervensi perawatan kesehatan, perawat mengevaluasi perawatan pada klien :
1. Klien akan membatasi aktivitas fisik
2. Klien akan melakukan isolasi yang diperlukan
3. Klien akan meningkatkan intake nutrisi
4. Klien akan rutin melakukan perawatan medis dan pemeriksaan laboratorium

Sabtu, 11 Juni 2011

Implementasi Improving Learning dengan teknik inquiry sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik
Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM baik fisik, mental maupun spiritual. Sejalan dengan konsep pendidikan yang dicanangkan oleh PBB bahwa pendidikan ditegakan oleh 4 pilar, yaitu lern to know, learn to do, learn to live together dan learn to be. Pilar pertama dan kedua lebih diarahkan untuk membentuk sense of having yaitu bagaimana pendidikan dapat mendorong terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas di bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga mendorong sikap proaktif, kreatif dan inovatif ditengah kehidupan masyarakat. Sementara pilar ketiga dan keempat diarahkan untuk membentuk karakter bangsa atau sense of being, yaitu bagaimana harus terus menerus belajar, dan membentuka karakter yang memiliki integritas dan tanggung jawab serta memiliki komitmen untuk melayani sesama. Sense of being ini penting karena sikap dan perilaku seperti ini akan mendidik siswa untuk belajar saling memberi dan menerima serta belajar untuk menghargai serta menghormati perbedaan atas dasar kesetaraan dan toleransi ( Upik : 2005 ).

Dengan diberlakukanya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di sekolah baru-baru ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang diperolenya dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran.
Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar.Sikap anak didk yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk metematika.
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran metematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut : 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 3) Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang, 4) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas. Hal ini menggambarkan efektifitas belajar mengajar dalam kelas masih rendah.
Dalam pengajaran matematika diharapkan siswa benar-benar aktif. Sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan tindakan adalah menggunakan pendekatan tertentu dalam pembelajaran, karena suatu pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sempurna untuk mencapai suatu tujuan pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas belajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Pendekatan ini merupakan peran yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang diinginkan.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut yang berkelanjutan maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model yang variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar matematika. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan Improving Learning dengan menggunakan teknik Inquiry.
Hakikat Improving Learning adalah pembelajaran dengan menggunakan penekanan pada proses pembentukan suatu konsep dan memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses tersebut. Adapun solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan teknik Inquiry, karena dalam inquiry siswa dilatih untuk selalu bertanya, bermula dari pertanyaan siswa menentukan strategi atau cara menjawab. Akhirnya ditemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri. Dalam menyelesaikan permasalahan siswa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan serta mereka harus melaporkan hasil-hasil temuanya baik secara lisan maupun tertulis. Kemudian mereka membandingkan hasil temuanya itu dengan yang ditemukan oleh siswa lain dan kemudian mengambil keputusan dari temuan-temuan tersebut.
Untuk menerapkan pendekatan ini guru harus betul-betul berpikir dan berperilaku yang memfasilitasi karena siswa dituntut untuk dapat membuat identifikasi apa yang akan dipelajari. Guru membantu siswa dalam membuat pertanyaan, menentukan strategi mengumpulkan informasi dan mengolah informasi ( Ayub : 2005 ). Dengan Improving Learning siswa akhirnya menemukan banyak hal menarik yang kita temukan dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Implementasi Improving Learning dengan teknik inquiry sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan bahwa keberhasilan pembelajaran matematika tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru serta tercapainya materi pembelajaran melainkan keaktifan siswa secara langsung juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika.
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar masih belum nampak. Misalnya, siswa enggan mengajukan pertanyaan jika ada suatu hal yang belum jelas, siswa kurang aktif dalam mengerjakan latihan-latihan soal sendiri dan kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal-soal didepan kelas. Hal hal tersebut secara tigak langsung menyebabkan hasil belajar matematika relatif masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Peran aktif siswa dapat ditingkatkan melalui pengimplementasian improving learning dengan teknik inquiri, yaitu suatu cara penyampaian pelajaran dengan melibatkan siswa dalam proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan membuat kesimpulan.
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dikhususkan pada keberanian siswa untuk bertanya, keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dan keaktifan siswa untuk mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka rumusan secara umum dari penelitian ini yaitu, �Apakah pengimplementasian improving learning dengan teknik inquiri dapat meningkatkan keaktifan siswa yang secara langsung juga akan meningkatkan hasil belajar siswa ?�. Dari permasalahan umum ini dapat dirinci menjadi dua permasalahan khusus, yaitu :
1. Apakah pengimplementasian improving learning dengan teknik inquiri dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran?
2. Apakah peningkatan peran aktif siswa dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
3. Apakah pengimplementasian improving learning denagn teknik inquiry dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan menguji apakah pengimplementasian improving learning dengan teknik inquiri dapat meningkatkan keaktifan siswa yang secara langsung juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis dan menguji peningkatan keaktifan siswa melalui Improving Learning dengan teknik inquiri.
2. Menganalisis dan menguji peningkatan hasil belajar siswa melalui peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.
3. Menganalisis dan menguji peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran melalui Improving Learning dengan teknik inquiri.

F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap semoga hasil penelitian dapat memberikan manfaat konseptual utamanya kepada pembelajaran matematika. Disamping itu juga kepada penelitian peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran matematika SMP.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan Improving Learning dengan teknik inquiri.
b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan Improving Learning.
c. Bagi siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran matematika melalui Improving Learning terutama dengan menggunakan teknik inquiri.
b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi guru kelas VII tentang suatu alternatif pembelajaran matematika dalam student centered untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa dengan Improving Learning.
c. Bagi siswa terutama sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar matematika secara aktif, kreatif dan menyenangkan melalui kegiatan penyelidikan sesuai perkembangan berfikirnya.

BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan pustaka, kajian teori, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis. Tinjauan pustaka merupakan sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Kajian teori yang dipaparkan adalah teori-teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian yang akan dibahas beserta indikator-indikatornya. Kerangka berfikir akan membahas tentang landasan teori dan hipotesis akan berhubungan antar semua variabel dalam peelitian. Hipotesis tindakan akan mengulas tentang jawaban sementara melalui tindakan-tindakan yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan.

A. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai strategi pembelajaran lebih cenderung merupakan penelitian aspek psikologi dari suatu sistem atau struktur. Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka penelitian kualitas pembelajaran tersebut diantaranya :
Wahyu Widiyastuti (2003) dalam penelitianya yang berjudul Eksperimentasi Pengajaran Matematika dengan Metode Penemuan melalui Tanya Jawab pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa, yang menyimpulkan bahwa (1) Ada dampak yang berarti antara metode mangajae guru terhadap prestasi belajar matematika, (2) Ada dampak yang berarti antara aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, (3) Tidak ada dampak yang berarti antara metode mangajar guru dengan aktivitas belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika.
Rias Ernawati (2005) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Discoveri melalui Media Gambar. Kesimpulan dari penelitianya adalah (1) Ada peningkatan motivasi siswa dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya 11 siswa (33,33 %). Peningkatan persentase dari putaran I dan putaran II mencapai 12,5% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 27,75%. (2) Ada peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya tiga siswa (9,09%), peningkatan persentase dari putaran I dan II mencapai 5,2% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 16,66%. (3) Ada peningkatan kreativitas siswa pada percobaan yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya delapan siswa (24,24%). Peningkatan persentase dari putaran I dan II mencapai 16,87% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 23,63%. (4) Ada peningkatan kemampuan matematika siswa selama proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya tujuh siswa (21,21%). Peningkatan persentase dari putaran I dan II mencapai 13,33% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 36,05%.
Subandriyo (2006) dalam tesisnya yang berjudul Studi Tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sikap Percaya Diri Siswa yang menyimpulkan bahwa Hasil analisis data pada taraf signifikan 5% sebagai berikut : 1) Terdapat perbedaan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang diajar dengan metode inkuiri dengan kelompok siswa yang diajar secara konvensional, 2) Terdapat perbedaan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi, kelompok siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang dan kelompok siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah, 3) Terdapat interaksi antara metode inkuiri dan sikap percaya diri siswa dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika.
Sularmi (2006) dalam tesisnya yang berjudul Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (Eksperimen di Sekolah Dasar Kecamatan Gatak Sukoharjo). Hasil analisis dari penelitian ini yaitu,(1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode inquiry-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA, (2) terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, dan (3) terdapat pengaruh interaksi antara metode (Inquiry-Discovery dan Konvensional) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
Dari penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan dari setiap penelitian yaitu antara lain : Penelitian Slamet mengkaji tentang perbandingan metode penemuan terbimbing dengan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar, penelitian Rias Ernawati mengkaji tentang metode discovery melalui media gambar untuk meningkatkan hasil belajar, penelitian B. Subandriyo mengkaji tentang keefektifan metode inkuiri ditinjau dari sikap percaya diri dalam pembelajaran matematika, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sularmi mengkaji tentang perbedaan metode inquiry-discovery dengan metode konvensional terhadap proses belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa. Dengan demikian penelitian � penelitian diatas mendukung penelitian ini yang menekankan pada penerapan Improving Learning dengan menggunakan teknik Inquiry sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
Tabel 2.1 Perbedaan variabel-variabel yang diteliti
No Variabel
Peneliti Tanya Jawab Metode Penemuan Motivasi Belajar Prestasi Aktivitas Pembelajaran Matematika
1 Wahyu Widyastuti v ? ? ? ?
2 Rias Ernawati ? ? ? ?
3 Subandriyo ? ? ?
4 Sularmi ? ?
5 Hema Nur Farida ? ? ? ?

B. Tinjauan Teori
1. Pembelajaran
a. Pengertian pembelajaran
Gagne (dalam Hidayat dkk 1990 : 2 ), belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar dan pengajar.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan �tahu� terhadap pengetahuan dan pada akhirnya �mampu� untuk melakukan sesuatu. Prinsip dasar KBM adalah memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif ( 2006 ).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, yaitu pengertian belajar dan kegiatan belajar mengajar maka terdapat istilah yang relevan sesuai dengan perkembangan pendidikan sekarang yaitu pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku di manapun dan kapanpun ( Wikipedia : 2007 ).
b. Jenis-jenis Pembelajaran
1) Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah berarti tindakan memberi respon terhadap suatu masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntunganya.
Pemecahan masalah adalah suatu tindakan (action) yang dilakukan guru agar para siswanya termotivasi untuk menerima tantangan yang ada pada pertanyaan (soal) dan mengarahkan para siswa dalam proses pemecahannya.
2) Improving learning
Improving learning adalah pembelajaran yang di dalamnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif belajar dan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi matematika. Sifat pembelajarannya dengan �mengalami� atau dengan �melakukan�, istilah itu digunakan untuk rangkaian pendekatan belajar berdasarkan kegiatan termasuk eksperimen, main peran, metode �penemuan� dan diskusi.
3) Lembar Kerja (LK)
LK merupakan salah satu cara dan variasi agar siswa dapat lebih aktif selama proses pembelajaran. LK adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru kepada tiap siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan/aktivitas belajar mengajar.
4) Suatu Studi Kasus: Model Missouri Mathematics Project (MMP)
MMP adalah model pembelajaran yang memuat langkah-langkah: pendahuluan atau review, pengembangan, latihan dengan bimbingan guru, kerja mandiri dan penutup (membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan).
5) NHT (Mumbered Heads Together)
NHT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
2. Pendekatan Improving Learning
Pendekatan secara umum memiliki arti yang sangat kompleks. Dalam Wikibooks Indonesia (2007) dikatakan bahwa Pendekatan adalah suatu upaya penyederhanaan masalah sampai batas-batas tertentu sehingga masih dapat ditoleransi untuk memudahkan penyelesaiannya. Upaya ini digunakan hampir dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan di mana suatu masalah baru umumnya diselesaikan dengan menggunakan modifikasi cara pemecahan yang telah diketahui bagi permasalahan lain.
Basis pendekatan yang telah diubah terhadap pengajaran dan pembelajaran adalah bahwa pemikir dunia pendidikan dalam perempat abad 20 terakhir memusatkan perhatiannya agar para siswa dapat belajar dengan berhasil dalam konteks pembelajaran yang baru. Piaget (dalam Hamzah, 2001:6) menyatakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan.
Improving Learning pertama kali dikembangkan oleh Glover Law, beliau orang Amerika. Improving Learning dikembangkan di Indonesia bertujuan untuk membuat proses pembelajaran menjadi efesien, efektif dan menyenangkan. Atau dalam masyarakat sering dikenal dengan pembelajaran yang lebih aktif. Improving lebih menekankan pada hasil yang dicapai, bukan metode yang digunakan. Selain itu improving learning cenderung didasarkan pada keaktifan siswa. Jadi improving learning adalah model perbaikan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi matematik.
Teori belajar Improve memandang anak sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Guru yang dipandang sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sebaiknya mengetahui tingkat kesiapan anak untuk menerima pelajaran, termasuk memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental, yaitu (1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3) gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, guru seharusnya mengetahui hakikat matematika itu sendiri, hakikat anak dan cara mengajarkan matematika menurut teori yang diterapkan. Menurut teori belajar Improve, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru (Hamzah, 2001 : 6).
West-Burnham (1992), mengidentifikasi pendekatan improving learning yang sifat pembelajarannya lewat �mengalami� atau dengan melakukan. Ia memberikan pemeri-pemeri mengenai kisaran guru dari �guru pengajar� ke �guru-fasilitator�, dan kisaran siswa dari �yang pembudak� ke �siswa yang belajar secara aktif�. Kemampuan menfasilitasi siswa-siswa pelajar aktif tercermin dalam pendekatan yang dibuat terhadap pengajaran dan dalam menggunakan ketrampilan berpikir pendukung sebagai basis perencanaan pelajaran.
Untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Improve ini digunakan teknik Inquiry. Menurut buku Making The PYP Happen yang diterjemahkan oleh Gatut Samuel ( 2004 : 78-80 ) berpendapat bahwa pembelajaran unit berdasarkan inquiri merupakan point penting dalam belajar matematika dimana siswa akan mengalami seakan berfikir dan bertindak sebagai ahli matematika. Siswa dan guru mengidentifikasi bersama apa yang mereka sudah ketahui yang relevan dengan inquirinya, apa yang ingin mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan bagaimana cara terbaik untuk menemukan jawabannya.
Peaget (dalam Mulyasa, 2005 : 108) menyatakan inquiry merupakan teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya. Inquiry sebagai teknik pengajaran mengandung arti bahwa dalam proses kegiatan berlangsung mengajar harus dapat mendorong dan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Adapun langkah-langkah pelaksanaanya:
1) Membina suasana yang responsif diantara siswa. Penjelasan arti dan proses Improve dengan menggunakan Inquiry.
2) Mengemukakan permasalahan untuk di Inquiry (ditemukan) melalui cerita, film, gambar dan sebagainya, kemudian mengajukan pertanyaan kearah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan dari cerita atau gambar.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Mengajukan pertanyaan yang bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.
4) Merumuskan hipotesis (asumsi atau perkiraan yang merupakan jawaban dari permasalahan tersebut). Perkiraan jawaban ini akan terlihat tidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantunya dengan pertanyaan pancingan.
5) Menguji hipotesis. Guru mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis.
6) Pengambilan kesimpulan. Perumusan kesimpulan ini dilakukan oleh guru dan siswa.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
a. Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 17) aktivitas diartikan sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998: 13). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang.
Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan Aktivitas merupakan asas yang terpenting dari asas-asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Ahmad Rohani, 2004: 6).
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Pardjono, 2001: 2006), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: (1) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, (3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi, (4) interaksi sosial dari kerjasama harus diberi peranan penting dalam kelas.
Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa (peserta didik) harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dan karena sekolah merupakan sebuah miniator dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dia pelajari. Dengan mengalaminya sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
b. Beberapa Aktivitas Siswa
Pendidikan saat ini menghendaki peranan aktivitas siswa dalam kegiatan interaksi dalam pembelajaran. Hal ini tidak berarti guru pasif atau tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, tetapi guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif belajar.
Herman Handoyo (dalam Rias, 1988 : 121-123) mengklasifikasikan aktivitas belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa, seperti pada uraian di bawah ini :
Pertama, menguji. Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan. Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan lmajinasi, pikiran atau eksperimen.
Kedua, mengungkapkan. Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan atau table dengan menggunakan symbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksi model � model matematika dari situasi masalah yang dihadapi.
Ketiga, membuktikan. Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argument atau alas an yang terstruktur.
Keempat, mengaplikasikan masalah. Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan kesituasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.
Kelima, menyelesaikan masalah. Dari suatu masalah komplek yang dihadapai namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dngan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.
Keenam, mengkomunikasikan. Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing � masing dengan menggunakan symbol yang ama. Para siswa harus mendapat kesenpatan untuk menyatakan gagasan matematikanya secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan � gagasan yang nyatakan siswa lain.
Klasifikasi aktivitas belajar dari Herman Hudoyo di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapar secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.
c. Dampak Aktivitas Siswa
Dalam belajar sangat diperlukan adanya suatu aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi kegiatan. Tidak akan ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja oleh siswa, tetapi juga harus dilakukan di luar kelas, kapanpun, dimanapun agar mendapat prestasi yang baik. Biasa melakukan, seperti halnya aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap waktu tanpa ada harus menunggu disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh guru, rajin mencoba mengerjakan soal-soal yang terdapat didalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk meningkatkan prestasi.
Kecenderungan dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif sendiri. Bruner (dalam Erizal Gani, 2003) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar dan pengajar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subyek haruslah aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktvitas, belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik.
4. Hubungan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Dalam proses belajar yang sedang berlangsung di kelas melibatkan siswa dan menuntut siswa untuk melakukan aktiviatas belajar. Para siswa dituntut untuk mendengar, memperhatikan, dan mencerna pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu siswa juga harus aktif bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas. Siswa harus lebih kritis, kreatif lebih perhatian dalam menerima pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. Begitu juga sebaliknya guru juga harus memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan juga harus dapat menciptakan suasana belajar dalam kelas yang menimbulkan aktivitas siswa sehingga akan tercipta prose belajar mengajar yang baik dan akan menyebabkan interaksi di dalam kelas yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi didiknya.
Aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan prestasi belajar siswa, karena di dalam proses kegiatan belajar mengajar tanpada adanya suatu keaktifan siswa, maka belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Siswa yang aktif dalam belajar akan mendapatkan prestasi yang baik dibandingkan siswa yang kurang aktif di dalam belajar. Dengan demikian aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar karena segala sesuatu tidak akan tercapai secara maksimal bila setiap individu tidak aktif dalam melaksanakan suatu kegiatan.
C. Kerangka Berfikir
Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Penelitian ini diperlukan evaluasi awal untuk mengetahui penyebab rendahnya keaktifan siswa dan observasi awal sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa.
Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas melalui strategi, pendekatan, metode dan teknik pengajaran yang tepat dengan penerapannya kondisional yang mengacu pada perencanaaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya. Dalam penelitian setiap tindakan penelitian akan mengamati reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan didepan kelas. Dalam sekali tindakan biasanya permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga siklus tersebut harus terus berulang sampai permasalahan tersebut teratasi.
Gambar 2.1
Kerangka berfikir penelitian

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka, kajian teori dan kerangka berfikir dapat dirumuskan sebagai berikut jika guru menerapkan improving learning dengan menggunakan teknik inquiry maka keaktifan siswa akan meningkat.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas , (PTK) yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika.
Penelitian kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c) pengumpulan data (observing), d) menganalisis data / informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut.
Setelah dilakukan refleksi yang mencakup analisa, sintesa dan penelitian terhadap hasil pengamatan serta hasil tindakan, biasanya muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru tetap dan peneliti. Kegiatan perencanaan awal dimulai dari melakukan studi pendahuluan. Pada kegiatan ini juga mendiskusikan cara melakukan tindakan pembelajaran dan bagaimana cara melakukan pengamatannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai implementasi improving learning dengan teknik inquiri sebagai usaha meningkatkan keaktifan belajar siswa di SMP Muhammadiyah I Surakarta. Sekolah ini merupakan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang termasuk kategori �Menengah�. Bukan merupakan sekolah �Unggulan� dan bukan pula sekolah yang �Terbelakang�. Peneliti mengadakan penelitian di sini dengan pertimbangan sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian direncanakan pada semester I, bulan Agustus 2007 sampai dengan September 2007, secara terperinci sebagai berikut:
Kegiatan penelitian Bulan pelaksanaan tahun 2006/2007
Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap persiapan
a. Kajian studi pustaka
b. Pembuatan desain penelitian
c. Konsultasi rancangan penelitian
d. Perumusan rancangan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Perencanaan
b. Implementasi tindakan
c. Pengamatan kelas
d. Refleksi
e. Analisis dan interprestasi data
f. Perumusan hasil
3. Tahap Pelaporan
a. Penyusunan laporan
b. Penulisan laporan
c. Revisi dan editing
d. Penggandaan data
e. Penyetoran laporan
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah I Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dengan pertimbangan bahwa siswa pada sekolah ini memiliki kemampuan yang heterogen. Dalam penelitian ini dipilih satu kelas yaitu kelas VII SMP Muhammadiyah I Surakarta. Pemilihan dan penentuan subyek penelitian ini berdasarkan pada purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa secara keseluruhan, karena menurut guru tetap, siswa memiliki kemampuan akademik yang heterogen dan secara keseluruhan berkemampuan sedang.

D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan berbasis kelas kolaboratif. Suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional dan konteksual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di SMP. Kepala sekolah, guru dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan keaktifan siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika serta perolehan manfaat yang lebih baik. Kepala sekolah, guru matematika dan penelitian dilibatkan sejak dialog awal sampai evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: 1). Dialog awal 2). Perencanaan tindakan 3). Pelaksanaan tindakan 4). Observasi dan monitoring 5). Refleksi 6). Evaluasi.
Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus perlakuan pembelajaran matematika diilustrasikan dalam siklus sebaga berikut:

Putaran I

Putaran II

Gambar 3.1
Proses Penelitian Tindakan
Sumber: Modifikasi sari Kemmis dan MC Taggart (Sutama, 2000: 92)

1). Dialog awal
Dialog awal dilakukan peneliti, guru matematika dan kepala sekolah untuk melakukan pengenalan, penyatuan ide dan berdiskusi untuk membahas masalah yang muncul. Serta cara-cara peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika yang terfokus pada interaksi antara guru dan siswa. Peserta dialog juga membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan dikembangkan. Dialog ini nantinya akan menyepakati penanganan masalah peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui improving learning.
2) Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk mengadakan tindakan terdiri dari:
a. Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika
Setiap guru pasti menemui berbagai masalah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga akan lebih baik jika guru mengajukan masalah kemudian peneliti memberi bantuan. Hal ini yang dapat dilakukan peneliti adalah melihat guru dalam pembelajaran melakukan suatu kemudian memberi masukan.
1) Mengenai materi matematika yaitu mengidentifikasi materi matematika kelas VII semester I yang akan diajarkan dan mendiskusikan penyebab rendahnya keaktifan siswa.
2) Mengenai metodologi pembelajaran yaitu mendiskusikan bagaimana manfaat berbagai strategi pembelajaran dan mendiskusikan bagaimana memanfaatkan strategi pembelajaran yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal.
b. Identifkasi Masalah dan Penyebabnya
Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika. Tindakan yang ditawarkan pada identifikasi masalah antara lain:
1) Diskusi peneliti dengan guru kelas VII
Diskusi ini dilakukan untuk membahas batasan-batasan masalah yang terjadi pada siswa kelas VII.
2) Tes yang diberikan pada saat tindakan kelas
Tes yang diujikan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasikan materi yang dirasa sulit bagi siswa.
c. Identifikasi siswa
Proses identifikasi dilakukan untuk menemukan siswa yang aktif atau yang pasif dalam belajar melalui kegiatan rangkaian pengumpulan data. Tindakan yang ditawarkan pada identifikasi siswa ini antara lain:
1) Diskusi dengan guru kelas VII sebelum pelaksanaan tindakan
2) Mengacu pada dokumen hasil tes tentang materi yang diberikan pada saat dilaksanakan tindakan.
d. Perencanaan Solusi Masalah
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah menerapkan improving learning dengan menggunakan teknik inquiry.
3) Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana suatu tindakan yang diputuskan mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena itu rencana tindakan harus bersifat tentatif dan sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada sebagai usaha kearah perbaikan. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama dua minggu terbagi dalam tiga putaran.
4) Observasi dan Monitoring
Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktek profesional melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang lebih kritis.
Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan peneliti, tingkah laku siswa serta kelemahan dan kelebihan yang ditemukan.
5) Refleksi
Dalam pengambilan keputusan secara efektif perlu dilakukan refleksi yaitu merenungkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi. Mengapa segala sesuatu terjadi dan atau tidak terjadi pada observasi implementasi tindakan serta mencari solusi atau jalan alternatif lainnya yang perlu ditempuh pada perencanaan tindakan selanjutnya.
Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langsung lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir pembelajaran matematika, tetapi secara informal dapat dilakukan dialog menangani masalah yang muncul.
6) Evaluasi
Kegiatan ini sebagai proses pengumpulan data, mengolah data dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan dari bukti-bukti dari peningkatan keaktifan siswa belajar matematika yang terjadi setelah suatu tindakan.

E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran matematika dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengambilan data dilakukan dengan:
2. Metode Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sample untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dikelas.
3. Metode Tes
Suharsimi Arikunto (1998:139) menyatakan �Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok�. Metode tes digunakan sebagai instrumen penelitian dalam pengumpulan data untuk mengetahui siswa yang mau mengerjakan soal dan yang tidak mengerjakan soal. Bentuk tes berupa uraian, karena dengan tes uraian akan terlihat kemampuan siswa dalam mempresentasikan setiap soal yang diberikan disamping melihat langkah-langkah pengerjaan dari soal.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam lembar observasi bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran.
5. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas VII, serta foto rekaman proses tindakan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel
a. Improving Learning
Improving learning adalah pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa belajar. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan improving learning digunakan teknik inquiry.
b. Meningkatkan
Pada penelitian ini yang dimaksudkan meningkatkan adalah usaha untuk menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi yang dapat diciptakan atau diusahakan melalui pelaksanaan belajar mengajar dikelas, khususnya pada pelajaran matematika guna meningkatkan keaktifan siswa.
c. Keaktifan
Keaktifan yang dimaksudkan adalah kemampuan siswa untuk bertanya, berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan soal pada waktu pembelajaran matematika.
d. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar mengajar matematika dikelas yang melibatkan siswa, guru, materi ajar matematika dan lingkungan belajar. Pada pembelajaran matematika siswa sebagai subyek sedangkan guru berfungsi sebagai pembimbing, pemotifasi dan pengelola kegiatan belajar.
2. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru matematika, dengan menjaga validitas isi. Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian ini menggunakan observasi. Dalam melakukan observasi, menggunakan pedoman observasi (terlampir). Pedoman ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Observasi tindak mengajar,
b. Observasi tindak belajar yang beraitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika,
c. Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak belajar yang belum tercapai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati. Dalam pengumpulan data digunakan beberapa instrumen sebagai berikut:
1. catatan lapangan
2. test
3. observasi
3. Validitas Isi Instrumen
Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian, maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 1998:178).
Penelitian ini menggunakan triangulasi penyelidikan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau penguatan untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru matematika kelas VII dan kepala sekolah itu sendiri dapat membantu mengulangi kemenangan dalam pengumpulan data.

G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman dalam pengajaran data dalam penelitian ini digunakan analisis interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penadikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Menurut M. B. Miles (1992 : 20) proses analisis interaktif dapat digambarkan dalam skema berikut:
Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.2 Proses Analisis Interaktif
Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami, dilakukan secara bertahap adri kesimpulan sementara kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, Rias. 2005. Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Discoveri melalui Media Gambar. Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan)

Law, Glover. 2005. Improving Learning, Jakarta: Grasindo.

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta: UI-Press..

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Subandriyo, B. 2006. Studi Tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sikap Percaya Diri Siswa. Tesis. Surakarta: UNS http://pasca.uns.ac.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=81

Sularmi. 2006. Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri. Tesis. Surakarta: UNS. http://pasca.uns.ac.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=60

Sutama. 2000. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Pembenahan Gaya Mengajar Guru di SLTP Negeri 18 Surakarta. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UMY (tidak dipublikasikan).

Widiyastuti, Wahyu. 2003. Eksperimentasi Pengajaran Matematika dengan Metode Penemuan melalui Tanya Jawab pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan)