Blogger templates

Rabu, 12 Desember 2012

Tumbuh Kembang Bayi dan Balita

 class=

http://www.toko-alkes.com/


Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak, diantaranya dengan pengukuran antopometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi.

1.    Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran :

1.    Berat badan

2.    Tinggi badan/panjang badan

3.    Lingkar kepala

4.    Lingkar lengan atas.

Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam pengukuran :

1.    Berdasarkan Usia. Misalnya Berat badan berdasarkan usia.

2.    Tidakberdasarkan usia. Misalnya pengukuran berat badan berdasarkan tinggi badan.

•    Pengukuran Berat Badan

Pengukuran ini digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh misalnya tulang,otot, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selin itu berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.

Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan pertama adalah sekitar 700-1000 gra/bulan, pada triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350-400 gram/bulan, dan pada triwulan IV sekitar 250350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah kurang lebih 0,25 kg/bulan. Pada tahap adolensia (remaja) akan terjadi penambahan berat badan secara cepat.

Selain dengan perkiraan tersebut  berat badan juga dapat diperkirakan dengan menggunakan pedoman dari Berhman (19992), yaitu :

1.    Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg

2.    Berat badab usia 3-12 bulan, menggunakan rumus :

Umur (bulan) + 9  =    n+ 9

    2          2

3. Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus :

    (umur (tahun) x 2) + 8 = 2n + 8

    Keterangan: n adalah usia anak.


•    Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan dengan berdasarkan rumus Berhman (1992), yaitu :

1.    Perkiraan panjang lahir : 50 cm

2.    Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir

3.    Perkiraan tinggi badan uia 2-12 tahu = (Umur x 6) + 77 = 6n + 77

Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan.


•    Pengukuran Lingkar Kepala

Pengukuran ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini, dapat dideteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak. Dengan  penilaian ini dapat dideteksi dini apabila terjadi pertumbuhanotakmengecilyang abnormal (mikrosefali) yang dapat mengakibatkan adanya retardasimental atau pertumbuhan otak membesar yang abnormal (makrosefali)yamg dapat disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis.

•    Pengukuran Lingan Lengan Atas

Penilaian inidigunakan untukmenilai jaringan lemakdan otot, namun penilaian ini tidak banyak berpengaruh pada keadaan jaringan tubuh apabila diobandingkan dengan berat badan.Penilaian ini juga dipakai untuk menilai status gizi pada anak.

2.    Pemeriksaan Fisik

Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik,meilhat bentuk tubuh,membandingkan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya,menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan atas,bokong dan paha, menentukan jaringan lemak dengan cubitan tipis pada kulit bawah triseps dan subskapular, melakukan pemeriksaan pada triseps serta menentukan pemeriksaan rambut dan gigi, perlu diperhatikan kapan tanggal dan erupsi gigi susu atau gigi permanen.


3.    Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan ini dilakukan guna menilai keadaan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkaitan dengan keberadaan penyakit. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan serum protein, hormonal, dan pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dapat menunjang pada penegakan diagnosis suatu penyakit ataupun evaluasinya.

4.    Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai usia tumbuh kembang, seperti usia tulang apabila dicurigai adanya gangguan pertumbuhan.


5.    Penilaian Perkembangan Pada Anak

Untuk penilaian perkembangan anak,hal yang dapat dilakukan pertama kali adalah melakukan wawancara tentang kemungkinan yang menyebabkan gangguan dalam perkembangan, tes skrining perkembangan anak dengan DDST,Tes IQ dan tes psikologi ataupemeriksaan lainnya. Selain itu juga dapat dilakukan tes seperti evaluasi fungsi penglihatan, pendengaran, bicara, bahasa serta melakukan pemeriksaan fisik lainnya seperti pemeriksaan neurologis,metabolik, dan lain-lain.

Denver Develpoment Screening Test (DDST)

Pada awalnya tes ini dikenaldengan menggunakan istilah DDST, kemudian terjadirevisi dengan nama DDST-R dan saat ini menggunakan istilah DDST II yang sudah mengalami penyempurnaan dalampengukuran.

Penilaian DDST ini menilai perkembangan anak dalam empat faktor diantaranya penilaian terhadap personal sosial, motorik halus, bahasa, bahasa, dan motorik kasar dengan persyaratan tes sbb :

1.    Lembar formulir DDST II

2.    Alat bantu atau peraga seperti benang wol merah, manik-manik, kubus berwarna merah, kuning, hijau, dan biru, permainan bola kecil, serta bola kertas dan pensil.

Adapun cara pengukuran DDST dijabarkan sbb:

1.    Tentukan usia anak pada saat pemeriksaan

2.    Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan usia yang telah ditentukan.

3.    Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal sosial.

4.    Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan, atau abnormal sesuai yang ada pada formulir

5.    Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P), gagal tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah melampaui batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan kesempatan tugas atau anak menolak melakukan tugas (No opportunity = NO). Setelah itu dihitung pada masing-masing sector, berapa yang P, F, dan D, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil itu diklasifikasikan dalam:

1. Abnormal

a. Bila ada dua atau lebih keterlambatan, pada dua sektor atau lebih.

Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan dua keterlambatan ditambah satu sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

1. Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

2. Meragukan

a. Bila pada satu sektor didapatkan dua keterlambatan atau lebih.

b. Bila pada satu sektor atau lebih didapatkan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal.

3. Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas. (Soetjiningsih,1998).

Selasa, 11 Desember 2012

Keuntungan, Kerugian, dan Persyaratan Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang



Program KB jangka panjang merupakan salah satu pilihan yang bisa dilakukan untuk menjarangkan kehamilan yang efektif. Dengan demikian, anak bisa mendapat perhatian penuh dari orang tua di masa kecilnya.Namun yang perlu ingat, pengguna harus selektif, karena tidak semua alat kontrasepsi cocok bagi semua orang, sehingga ada baiknya akseptor mengetahui seperti apa alat yang digunakan :

1.  Keuntungan memakai alat kontrasepsi jangka panjang
Alat kontrasepsi sebaiknya mengetahui keuntungan dan kerugian yang mungkin akan terjadi. Dengan demikian, efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi ini dapat diminimallisirkan. Menurut Prawirohardjo (2005) pemakaian alat kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR/IUD, Implant, MOW dan MOP memiliki banyak keuntungan, yakni:
a. Memiliki efektivitas yang tinggi, dari 1000 kehamilan hanya ditemukan 6 akibat dari kegagalan pemakaian metode KB jangka panjang.
b.    Sangat efektif karena tingkat kegagalan dalam penggunaannya sangat kecil.
c.    Tidak akan mengganggu dalam melakukan hubungan seksual.
d.    Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI karena tidak bersifat hormonal.
e.    Lebih   aman   karena   keluhan/efek   samping   dalam   pemakaian kontrasepsi jangka panjang ini lebih sedikit.
2.    Kerugian dalam pemakaian kontrasepsi jangka panjang yaitu:
a.    Akseptor harus memiliki izin dan persetujuan dari suami atau istri tanpa ada paksaan dari orang lain
b.    Dalam pemakaian kontrasepsi jangka panjang ini memerlukan waktu yang banyak saat pemasangannya
c.    Setelah melakukan pemasangan alat kontrasepsi KB jangka panjang seperti AKDR/IUD, implant, MOW/MOP terkadang bisa meninggalkan bekas luka.
3.    Persyaratan pemakain kontrasepsi jangka panjang
Adapun persyaratan yang harus diperhatikan oleh pasangan usia subur untuk pemakaian kontrasepsi jangka panjang ini untuk meminimalkan efek samping, yaitu klien menginginkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang, klien telah mempunyai cukup anak sesuai harapan, dan klien belum siap untuk hamil.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pemakaian Kontarasepsi Jangka Panjang


1.    Dukungan Keluarga
 class=
Dukungan keluarga merupakan andil besar dalam menentukan pemakaian program KB jangka panjang jika seluruh keluarga mendukung dan ikut serta dalam menentukan KB jangka panjang. Dapat membantu menurunkan angka kelahiran dan kematian serta menekan laju pertumbuhan penduduk. Karena keluarga dapat melaksanakan 8 fungsi keluarga secara optimal menuju keluarga yang maju, mandiri dan berketahanan tinggi (PP No 21 tahun 1999). Yang penyelenggaraan pembangunannya meliputi fungsi keagamaan, fungsi sosial, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, fungsi pertahanan, fungsi keamanan dan fungsi pembinaan.
2.    Kepercayaan
Pada dasarnya semua kepercayaan yang ada di Indonesia menerima gagasan dari program KB walaupun terdapat perbedaan pandangan tentang metode pelaksanaan dan alat kontrasepsi yang digunakan.
Menurut kepala BKKBN, Dr. Subiri Syarief, MPA. Meskipun angka kematian ibu (AKI) masih tinggi dukungan dan komitmen para tokoh agama terhadap program kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sudah tinggi. Bahkan kepeloporan dan kontribusi tokoh agama diwujudkan dengan membidani kelahiran dan mewarnai sejarah perjalanan program KB. Tidak hanya itu, dukungan dan komitmen tokoh agama juga dicerminkan dengan dikeluarkan fatwa ulama tentang keluarga           berencana        dan      kependudukan diakses pada tanggal 20 Mei 2009 pukul 14.00 WIB. Dapat dipastikan bahwa tidak ada kaitan antara rendahnya derajat kesehatan masyarakat khususnya tingginya AKI dan TFR dengan agama yang dianutnya. Namun ada kecendrungan yang kuat bahwa AKI dan TFR yang tinggi banyak terjadi pada sebagian besar masyarakat muslim karena ada beberapa kendala yang diduga ( Prawirohardjo, S. 2003 ) yaitu :
a.         Masih kuat kepercayaan di kalangan masyarakat muslim bahwa setiap mahluk yang diciptakan tuhan pasti diberi rezeki untuk itu tidak khawatir memiliki jumlah anak yang banyak.
b.         Peran ulama yang sangat sentral sebagai panutan baik dalam hal pemikiran, sikap dan perilaku masyarakat. namun sayangnya, tidak semua ulama menyetujui program keluarga berencana ini.
Maka sangat penting memberikan peran yang lebih besar kepada para   ulama   untuk   berkiprah   dalam  program  keluarga  berencana, mengingat masih banyak masyarakat memegang kepercayaan yang masih kuat.
 3.  Umur
Salah satu faktor yang penting dalam menentukan pemakain kontrasepsi dan usia PUS mempengaruhi bagaimana mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatannya ( Sarwono 2005 ).
Umur adalah lamanya seseorang hidup sejak dilahirkan sampai saat ini. dalam satuan tahun dan juga merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru. Semakin bertambahnya umur maka akan semakin tinggi keinginan seseorang tentang kesehatan. (Notoatmodjo, 2003).
Upaya penundaan umur perkawinan sangat besar artinya dalam menunjang pengendalian tingkat kelahiran. Dengan melangsungkan perkawinan pada usia .muda, seorang wanita akan mempunyai kesempatan melahirkan anak lebih banyak. Oleh karena itu, usaha menurunkan angka kelahiran perlu didukung dengan usaha meningkatkan umur perkawinan. Di samping menurunkan angka kelahiran meningkatnya umur perkawinan akan mengurangi tingkat kematian ibu pada saat melahirkan maupun kematian anak karena kurang sempurnanya perawatan anak ( Danim, S. 2003 ).
Upaya peningkatan umur perkawinan yang telah dilaksanakan melalui program kependudukan dan KB adalah dengan memberikan penerangan kepada generasi muda. Mereka dimotivasi untuk melang-sungkan perkawinan sesudah umur 20 tahun bagi wanita dan umur 25 tahun bagi laki-laki, karena umur 20-35 tahun adalah kelompok umur yang dianggap paling baik, baik dari segi fisik, mental, dan usia tersebut sudah cukup dewasa, sementara umur < 20 tahun dianggap belum mempunyai pengalaman,keadaan emosinya masih labil belum mampu mengambil keputusan untuk kesehatannya (Hidayat, Aziz 2006).
4.  Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap atau tatalaku atau kelompok orang dalam usaha manusia melalui upaya pengajaran dan proses, perbuatan, cara mendidik sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar tingkat pendidikan juga merupakan salah satu satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru (Arikunto, 2002 )
Pendidikan adalah upaya untuk memberi pengetahuan kepada anggota masyarakat tentang kesehatan sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif yang terus meningkat terhadap kesehatan diri, keluarga dan masyarakat(Notoatmodjo 2003 ).
Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, dan taraf pendidikan yang rendah selalu bergandengan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, makin tinggat tinggi pendidikan semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuan pun akan semakin tinggi (undang-undang sisdiknas, 2007 : 18).
Salah satu jenis pendidikan formal yang diperoleh seperti : SD, SLTP, SLTA, program diploma dan lain-lain. Pendidikan formal berfungsi untuk pengetahuan yang bersifat umum dan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat khusus (undang-undang sisdiknas, 2007 : 19).
5.  Pengetahuan
Pengetahuan tentang KB merupakan salah satu aspek penting ke arah pemahaman tentang pemakaian alat kontrasepsi khususnya kontrasepsi jangka panjang.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan pada suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, indra pendengaran, indra penciuman, indra penglihatan, indra perasa, indra peraba dan sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2004).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia cendrung akan mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang pengetahuannya rendah ( Depkes RI, 2000 ).
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan lingkungan dimana seseorang menetap. Keadaan lingkungan sekitar sedikitnya akan mempengaruhi pengetahuan dalam hal ini pengetahuan mengenai kontrasepsi jangka panjang. Pengetahuan yang masyarakat diperoleh dari hasil belajar, berkomunikasi dengan orang lain, media elektronik, media cetak dan pengalaman. ( Amirudin. R, 2006 ). Pengetahuannya yang menunjang program KB yaitu pengetahuannya yang lebih tinggi sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan untuk kesehatannya.
6.  Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan yang mendapatkan upah atau hasil yang dapat dinilai dengan uang. Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang suatu pekerjaan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang suatu pekerjaan yang mengarah konsisten kerja yang otomatis (Hasanah 2006). Tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan menciptakan suatu institusi sosial yang memiliki aturan main sendiri yang sering kali berbeda antara institusi yang satu dengan yang lainnya.
Pemakaian alat kontrasepsi berdasarkan pekerjaan menurut Arikunto pada wanita bekerja sebesar 55,7 % dan yang tidak bekerja sebesar 50,3 %.Wanita yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus anaknya dan wanita yang bekerja akan cendrung membatasi jumlah anak dibanding wanita yang tidak bekerja lebih banyak waktu untuk mengurus anaknya

Pengertian Primipara

1.    Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya (Mochtar, 1998 : 92)
2.    Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar matur atau prematur (bagian obstetri dan ginekologi fakultas kedokteran Universitas Padjajaran).
  Dari definisi kajian penulis maka disimpulkan primipara adalah wanita yang melahirkan bayi untuk pertama kalinya.
 class=

Pengertian Air Susu Ibu (ASI)


ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan (Khairuniyah, 2004).
Menurut Azrul Anwar (2004), ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM kita di masa yang akan datang, terutarna dari segi kecukupan gizi sejak dini. Asi ekslusif adalah pemberian ASI selama enam bulan pertama (A. August Burns). Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi,

Konsep Dasar Abses


a. Pengertian Abses Intra Abdomen
Abses merupakan kumpulan pus (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing, misalnya serpihan, luka peluru atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain. Abses intra abdomen yaitu sekumpulan pus yang terdapat di rongga peritoneal yang disebabkan oleh peradangan, abses abdomen (abses perut) itu sendiri dapat terbentuk di bawah diafragma, di pertengahan perut, di rongga panggul atau dibelakang rongga perut. Abses juga bisa terbentuk di dalam atau di sekitar organ perut, misalnya ginjal, limpa, pankreas atau hati, atau di dalam kelenjar prostat index, diakses 27 April 2010).
b. Etiologi
Suatu infeksi bakteri Staphylococcus Aureus, dapat menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu :
1)      Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
2)      Bakteri menyebar dari suatu infekski di bagian tubuh lain secara limfatogen atau hematogen
3)      Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia atau tidak menimbulkan gangguan, terkadang dapat menyebabkan terbentuknya abses
4)      Adanya cedera dapat menjadi penyebab terjadinya abses
5)      Adanya infeksi atau perforasi usus
6)      Infeksi organ perut lain

Selain itu peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1)      Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2)      Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3)      Terdapat gangguan sistem kekebalan misalnya daya tahan tubuh yang menurun
c. Patofisiologi
Proses abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain tubuh. Organisme atau benda asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah respon inflamasi (peradangan), yang menarik kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran darah setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah pus menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam pus.Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah, yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.
d. Gejala
Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau saraf, karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan maka manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, gejalanya bisa berupa :
1)      Nyeri
2)      Nyeri tekan
3)      Teraba hangat
4)      Pembengkakan
5)      Kemerahan
6)      Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih dahulu tumbuh menjadi lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi ke seluruh tubuh.
e. Penatalaksanaan
Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridemen, dan kuretase untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Salah satu pembedahannya yaitu dengan laparatomi eksplorasi. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya di indikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan. Drainase abses paru dapat dilakukan dengan memposisikan penderita sedemikian hingga memungkinkan isi abses keluar melalui saluran pernapasan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.
Adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke dalam abses, selain bahwa antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam pH yang rendah. Namun demikian, walaupun sebagian besar buku ajar kedokteran menyarankan untuk dilakukan insisi pembedahan, sebagian dokter hanya menangani abses secara konservatif dengan menggunakan antibiotik.
f. Diagnosa
Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI.
g. Komplikasi
1)      Infeksi sekunder ; merupakan komplikasi paling sering, terjadi pada 10-20% kasus.
2)      Ruptur atau penjalaran langsung ; rongga atau organ yang terkena tergantung pada letak abses. Perforasi paling sering ke pleuropulmonal, kemudian kerongga intraperitoneum, selanjutnya pericardium dan organ-organ lain.
3)      Komplikasi vaskuler ; ruptur kedalam v. porta, saluran empedu atau traktus gastrointestinal jarang terjadi
4)      Parasitemia, amoebiasis serebral ; E. histolytica bisa masuk aliran darah sistemik dan menyangkut di organ lain misalnya otak yang akan memberikan gambaran klinik dari lesi fokal intrakranial.

Konsep Perilaku Sehat Dalam Pemberian Asi Ekslusif


Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :
a.  Faktor-Faktor Predisposisi (Predisposing Faktor).
Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b.  Faktor-Faktor Pemungkin (Enabling Faktor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
c.  Faktor-Faktor Pendorong ( Reinforcing Faktor )
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, suami, dalam memberikan dukungannya kepada seorang ibu menyusui dalam memberikan ASI secara ekslusif


SAP Memandikan Bayi


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul               : Memandikan Bayi
SPB/PB           : 1. Pengertian Memandikan Bayi
                          2. Manfaat Memandikan Bayi
                         3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Memandikan Bayi
                          4. Cara Memandikan Bayi
                          5. Waktu dan ruangan yang baik untuk memandikan
 


I.       TUJUAN PENYULUHAN
A.    Tujuan Penyuluhan Umum ( TPU )
Setelah mengikuti penyuluhan ± 15 menit, Ny. R dapat memahami memandikan bayi
B.     Tujuan Penyuluhan Khusus ( TPK )
1.      Setelah diberikan penyuluhan selama ± 2 menit, Ny. R dapat memahami pengertian memandikan bayi dengan benar.
2.      Setelah diberikan penyuluhan selama ± 3 menit, Ny. R dapat memahami manfaat memandikan bayi dengan benar.
3.      Setelah diberikan penyuluhan selama ± 2 menit, Ny. R dapat memahami hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi dengan benar.
4.      Setelah diberikan penyuluhan selama ± 5 menit, Ny. R dapat menjelaskan dan memahami cara memandikan bayi dengan benar.
5.      Setelah diberikan penyuluhan selama ± 3 menit, Ny. R dapat menyebutkan waktu dan ruangan yang baik untuk  memandikan bayi dengan benar.


II.    MATERI PENYULUHAN
A.     Pengertian Memandikan Bayi
B.      Manfaat Memandikan Bayi
C.      Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi
D.     Cara Memandikan Bayi
E.       Waktu dan ruangan yang baik dalam memandikan bayi

III.  KEGIATAN PENYULUHAN

Kegiatan Pembuka ( 2 menit )
Penyuluh
Ny. R
1. Memberikan salam
1. Menjawabnya
2. Menjelaskan
2. Mendengarkan
3. Apersepsi
3. Menyimaknya
Materi Inti ( 10 Menit )
Penyuluh
Ny. R
1. Menjelaskan materi
1.  Memperhatikan materi yang disampaikan

2. Memberikan kesempatan bertanya
2. Bertanya apabila ada materi yang tidak dimengerti
3. Memberikan pertanyaan balik sebagai post test
3.   Menjawab pertanyaan penyuluh
Kegiatan Penutup ( 3 menit )
Penyuluh
Ny. R
1. Menyimpulkan seluruh materi
1. Memperhatikan penjelasan
2. Mengucapkan salam
2. Menjawab salam

IV.   MEDIA DAN ALAT PENYULUHAN

A.  Alat    :
B.      Media : Leaflet 

V.    METODE PENYULUHAN

Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab


VI.      SUMBER PENYULUHAN



VII.    EVALUASI PENYULUHAN
               Penyuluh melakukan evaluasi dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ny. R tentang materi yang telah disampaikan sebagai bahan evaluasi, antara lain :
1. Pengertian Memandikan Bayi
         2. Manfaat Memandikan Bayi
         3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memandikan bayi
         4. Cara Memandikan Bayi
         5. Waktu dan ruangan yang baik untuk memandikan bayi

         Jawaban :
1.    Pengertian Memandikan Bayi
Memandikan bayi adalah mencuci tubuh dengan air, baik mengguyur badan bayi dengan air maupun dengan mencelupkan badan bayi ke dalam air.
2.      Manfaat Memandikan Bayi
o  Memberi rasa nyaman pada bayi
o  Membuat bayi tetap wangi dan bersih
o  Mengurangi resiko terjadinya infeksi
o  Mandi sebelum tidur akan membantu relaksasi
o  Merupakan bentuk perhatian ibu untuk menunjukan rasa sayangnya
3.      Hal-hal yang harus di perhatikan dalam memandikan bayi
o  Jangan memaksa bayi untuk mandi
o  Hindari mandi tepat sesudah atau sebelum makan
o  Jangan meninggalkan bayi sendirian ketika sedang mandi
4.      Cara Memandikan Bayi
a.    Berbicara pada bayi untuk memberikan ketenangan, kemudian pakaian bayi dilepas  satu persatu supaya bayi tidak merasa kedinginan. 
b.   Membasuh wajah bayi dengan lembut terutama bagian belakang telinga dan lipatan leher dan untuk bagian mata gunakan kapas yang dilembabkan dengan air hangat


c.    Mencuci rambut bayi
Pegang bayi diatas bak mandi sanggah kepalanya dengan tangan dan bagian tubuhnya dengan lengan  untuk menjaga keamanan dan keselamatan bayi, basuh rambut bayi dengan menggunakan shampo sedikit dan pijat dengan lembut seluruh bagian kepalanya.
Pastikan mencuci rambut dengan baik untuk memastikan bahwa semua sisa sabun sudah dibersihkan  kemudian keringkan kepalanya dengan lembut menggunakan ujung handuk.
d.   Membersihkan badan bayi
Buka pakaiannya (lepaskan popoknya)   jika masih terpasang dan jika sudah kotor, bersihkan pantatnya sebelum  meletakannya kedalam bak mandi . Gunakan cara memegang yang aman kemudian letakan didalam bak mandi, saat berada dalam air tangan harus selalu memegang lengan bayi, lalu bersihkan bayi dengan kain penyeka kemudian keringkan dengan lembut.
e.    Merawat kulit bayi
Sebelum mengenakan pakaian,   gunakan produk-produk perawatan kulit bayi untuk melembabkan kulit dan menjaga bayi tetap nyaman
f.    Perawatan tali pusat
Bersihkan sekeliling dan sebagian tali pusar dengan kapas pembersih, jangan takut membersihkan tali pusat lebih cepat dasarnya mongering, lebih cepat pula tali pusar akan lepas
g.   Memakaikan popok bayi
Usapkan tipis lotion, krim iritasi  popok pada pantat bayi untuk melindungi kulit dari kelembaban dan  iritasi popok
h.   Menyisir rambut bayi
Balut bayi dalam selimut yang menyerap untuk menjaga agar tetap hangat dan nyaman, kemudian  bayi dapat disisir dengan sikat yang lembut
5.      Waktu dan ruangan yang baik untuk memandikan bayi
a.    Waktu
Dapat dilakukan kapan saja, tetapi jangan dilakukan tepat sebelum atau sesudah makan


b.   Ruangan
·                     Ruangan harus cukup luas
·      Tinggi permukaan harus sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk bergerak
·      Untuk kenyamanan pasangkan kipas angin atau penyegar
·      Pastikan suhu ruangan cukup





















MATERI PENYULUHAN

1.   Pengertian Memandikan Bayi
Memandikan bayi adalah mencuci tubuh dengan air, baik mengguyur badan bayi dengan air maupun dengan mencelupkan badan bayi ke dalam air.
2.      Manfaat Memandikan Bayi
o  Memberi rasa nyaman pada bayi
o  Membuat bayi tetap wangi dan bersih
o  Mengurangi resiko terjadinya infeksi
o  Mandi sebelum tidur akan membantu relaksasi
o  Merupakan bentuk perhatian ibu untuk menunjukan rasa sayangnya
3.      Hal-hal yang harus di perhatikan dalam memandikan bayi
o  Jangan memaksa bayi untuk mandi
o  Hindari mandi tepat sesudah atau sebelum makan
o  Jangan meninggalkan bayi sendirian ketika sedang mandi
4.      Cara Memandikan Bayi
a.    Berbicara pada bayi untuk memberikan ketenangan, kemudian pakaian bayi dilepas  satu persatu supaya bayi tidak merasa kedinginan. 
b.   Membasuh wajah bayi dengan lembut terutama bagian belakang telinga dan lipatan leher dan untuk bagian mata gunakan kapas yang dilembabkan dengan air hangat
c.    Mencuci rambut bayi
Pegang bayi diatas bak mandi sanggah kepalanya dengan tangan dan bagian tubuhnya dengan lengan  untuk menjaga keamanan dan keselamatan bayi, basuh rambut bayi dengan menggunakan shampo sedikit dan pijat dengan lembut seluruh bagian kepalanya.
Pastikan mencuci rambut dengan baik untuk memastikan bahwa semua sisa sabun sudah dibersihkan  kemudian keringkan kepalanya dengan lembut menggunakan ujung handuk.
d.   Membersihkan badan bayi
Buka pakaiannya (lepaskan popoknya)   jika masih terpasang dan jika sudah kotor, bersihkan pantatnya sebelum  meletakannya kedalam bak mandi . Gunakan cara memegang yang aman kemudian letakan didalam bak mandi, saat berada dalam air tangan harus selalu memegang lengan bayi, lalu bersihkan bayi dengan kain penyeka kemudian keringkan dengan lembut.
e.    Merawat kulit bayi
Sebelum mengenakan pakaian,   gunakan produk-produk perawatan kulit bayi untuk melembabkan kulit dan menjaga bayi tetap nyaman
f.    Perawatan tali pusat
Bersihkan sekeliling dan sebagian tali pusar dengan kapas pembersih, jangan takut membersihkan tali pusat lebih cepat dasarnya mongering, lebih cepat pula tali pusar akan lepas
g.   Memakaikan popok bayi
Usapkan tipis lotion, krim iritasi  popok pada pantat bayi untuk melindungi kulit dari kelembaban dan  iritasi popok
h.   Menyisir rambut bayi
Balut bayi dalam selimut yang menyerap untuk menjaga agar tetap hangat dan nyaman, kemudian  bayi dapat disisir dengan sikat yang lembut
5.      Waktu dan ruangan yang baik untuk memandikan bayi
a.    Waktu
Dapat dilakukan kapan saja, tetapi jangan dilakukan tepat sebelum atau sesudah makan
b.   Ruangan
·                     Ruangan harus cukup luas
·      Tinggi permukaan harus sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk bergerak
·      Untuk kenyamanan pasangkan kipas angin atau penyegar
·      Pastikan suhu ruangan cukup



















Penatalaksanaan Pasca Operasi Sectio caesarea

Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan untuk klien post sectio caesarea meliputi :
1)      Analgesik
            Untuk wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat suntik 75 mg meperidin IM setiap 3 jam sekali bila perlu untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10-15 mg morfin sulfat. Obat-obatan antiemetik, misalnya prometasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik
2)      Tanda-tanda vita
             Setelah dipindahkan ke ruang rawat, maka tanda-tanda vital pasien harus di evaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan jumlah darah yang hilang serta keadaan fundus uteri harus diperiksa, adanya abnormalitas harus dilaporkan.Selain itu suhu juga perlu diukur.



  Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan, termasuk Ringer Laktat, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya. Meskipun demikian, jika output urin di bawah 30 ml perjam, pasien harus dievaluasi kembali. Bila tidak ada manipulasi intra abdomen yang ekstensif atau sepsis, pasien seharusnya sudah dapat menerima cairan per oral satu hati setelah pembedahan.Jika tidak, pemberian infus boleh diteruskan.Paling lambat pada hari kedua setelah operasi, sebagian besar pasien sudah dapat menerima makanan biasa.

4)      Vesika urinaria dan usus
         Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 12 sampai 24 jam post operasi. Kemampuan mengosongkan urinaria harus dipantau sebelum terjadi distensi. Gejala kembung dan nyeri akibat inkoordinasi gerak usus dapat menjadi gangguan pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi. Pemberian supositoria rectal akan diikuti dengan defekasi atau jika gagal, pemberian enema dapat meringankan keluhan pasien.

5)      Ambulasi
         Pada hari pertama post operasi, pasien dengan bantuan perawat dapat bangun dari tempat tidur sebentar sekurang-kurangnya sebanyak 2 kali. Ambulasi dapat ditentuka waktunya sedemikian rupa sehingga preparat analgesik yang baru saja diberikan akan mengurangi rasa nyeri. Pada hari kedua, pasien dapat berjalan ke kamar mandi dengan pertolongan.Dengan ambulasi dini, trombosit vena dan emboli pulmoner jarang terjadi.



6)      Perawatan luka
         Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang relative ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan.Secara normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.Paling lambat pada hari ke tiga post partum, pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.

7)       Laboratorium
         Secara rutin Ht diukur pada pagi hari setelah operasi, Ht harus segera dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri atau keadaan lain yang menunjukan hipovolemia. Jika Ht stabil, pasien dapat melakukan ambulasi tanpa kesulitan apapun dan kemungkinan kecil jika terjadi kehilangan darah lebih lanjut.