Proses keperawatan adalah pendekatan ilmiah dalam pemecahan masalah dam memerlukan keterampilan melakukan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatandan bertujuab untuk mengeidentifikasi dan mendapatkan data pasien berdasarkan kebutuhab dasar manusia dan memberikan gambaran mengenai keadan pasien.
Tahap pengkajian terdiri dari kegiatan yaitu pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan diagnosa keperawatan.
a.       Pengumpulan Data
Langkah ini merupakan langkah awal dan dasar dari proses keperawatan. Dalam pengkajian data dikumpulkan secara lengkap dari berbagai sumber, antara lain dari klien, keruarga, pemeriksan medis maupun catatan kesehatan klian.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi dari klien meliputi unsur Bio- Psiko- sosial- spiritual secara komfrehensif
Data yang dikumpulkan terdiri atas :
1)      Identitas 
a)      Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat, no medrec, diagnosa medis dan alamat
b)      Identitas Penanggungjawab
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2)      Riwayat Kesehatan
a)      Keluhan Utama
Berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat dilakukan pengkajian. Biasanya pada klien post partum dengan tindakan SC mengeluh adanya rasa sakit kepala akibat anestesi, nyeri pada luka insisi.
b)      Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai dirawat dirumah sakit. Berkaitan dengan keluhan utama yang dijabarkan dengan PQRST yang meliputi hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Kualitas dan kuantitas dari keluhan, penyebaran serta tingkat kegawatan atau skala dan waktu. 
c)      Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama pada kehamilan sebelumnya atau ada faktor predisposisi terhadap kehamilan.   
d)     Riwayat Penyakit Keluarga
Ditanyakan pada klien atau keluarganya, apakah ada keluarga klien yang mempunyai penyakit keturunan, penyakit menular dan ada yang pernah mengalami hal seperti sekarang ini. Ditunjukan dengan genogram 
e)      Riwayat Ginekologi dan Obstetri
(1)   Riwayat Ginekologi
(a)    Riwayat Menstruasi
Meliputi usia mulai haid atau menarche, lamanya haid, siklus haid, banyaknya, darah, keluhan, sifat darah.
(b)   Riwayat Perkawinan
Umur berapa waktu menikah (usia suami dan kien), sudah berapa lama menjalani pernikahan dan  berapa lama.
(c)    Riwayat Keluarga Berencana
Alat kontrasepsi yang dipakai apa, adakah gangguan yang dirasakan, kapan mulai berhenti dan apa alasannya.
(2)   Riwayat Obstetri
(a)    Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
Meliputi tanggal partus, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong, tempat, kelainan bayi, berat lahir bayi, kelainan masa nifas, keadaan masa nifas, keadaan anak sekarang apakah sehat atau meninggal.
(b)   Riwayat Kehamilan Sekarang
Tanyakan pada klien tentang HPHT nya.Apakah klien memeriksakan kehamilannya dimana, berapa kali, teratur apa tidak, mendapat imunisasi lengkap atau tidak, keluhan yang dirasakan saat hamil, diet selama hamil, adakah perdarahan, berapa berat badan sebelum hamil, selama hamil, sesudah melahirkan dan penambahan berat badan saat hamil.
(c)    Riwayat Persalinan Sekarang dengan sectio caesarea
Jam berapa masuk kamar operasi, berapa lama operasi, apakah anak dalam keadaan hidup atau mati, berat badan dan panjang bayi waktu lahir, jenis anastesi yang digunakan, jenis operasi yang digunakan, berapa perdarahan yang keluar, berapa jumlah dieresis.
3)      Pemeriksaaan Fisik
a)      Keadaan Umum
Biasanya klien tampak lemah, kesadaran compos mentis atau terjadi penurunan kesadaran yang diakibatkan efek anestesis.
b)      Sistem Pernafasan
Biasanya frekuensi nafas meningkat lebih dari 24x/menit jika terjadi nyeri, irama nafas vesikuler, kesimetrisan gerakan dada, keadaan jalan nafas bersih. Biasanya pada pasien dengan anestesi umum sering mempunyai keluhan batuk.
c)      Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada peningkatan vena jugularis, konjungtiva anemis karena adanya pendarahan saat persalinan post sectio caesarea, tetapi jika terjadi pendarahan hebat dapat disertai dengan adanya penurunan hemoglobin yang tajam, capiraly time dapat terjadi penurunan akibat gangguan perpusi pada perifer, tekanan darah dapat meningkat jika disertai dengan riwayat pre-eklamsi berat yaitu sistol 140 atau lebih dan diastolic 100 atau lebih. 
Selama minggu post partumnya, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor – factor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama poet partum, kadar fibrinogen dan plasma akan menurun tetapi darah akan lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan factor pembekuan darah.
d)     Sistem Pencernaan
Mukosa bibir akan terjadi kering akibat anestesi, bising usus tidak ada atau lemah jika post anestesi dapat terjadi mual atau muntah ini disebabkan oleh efek sentral dari anastesi atau akibat iritasi lambung oleh obat yang tertelan, sehingga menimbulkan nyeri tekan di efigastrium dan akan terjadi konstipasi satu sampai tiga hari post sectio caesarea akibat aktivitas usus terhambat
e)      Sistem Perkemihan
Pada pasien post sectio caesarea dapat terjadi vasokontriksi pada pembuluh darah ginjal sehingga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat mengekibatkan  produksi urine menurun. Pada hari kedua masih terpasang dower cateter, bagaimana produksi urinnya, warna urine.
f)       Sistem Reproduksi
(1)   Payudara
Pada hari kedua post partum baik normal maupun post section caesarea keadaan payudara sama dengan saat hamil, kira-kira hari ketiga payudara menjadi besar, keras dan nyeri yang menandakan permulaan sekresi air susu dan kalau areola payudara dipijat, keluarlah caiaran putih dari putting susu, ditambah dengan klien belum menetekan sehingga payudara bengkak.
(2)   Uterus
Pada persalinan normal maupun pada persalinan post sectio caesarea setelah plasenta lahir konsistensi uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil ( involusi ) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tetapi pada post operasi sectio casarea mungkin akan terjadi perlambatan akibat dari adanya luka operasi pada uterus.
(3)   Vulva
Tentukan karakteristik, warna, pertama post partus, jenis lochia.
(4)   Perineum
Pada pasien post sectio caesarea tidak akan ada perubahan atau perlukaan.
g)      Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas dan bawah 
Pada pasien sectio caesarea dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang mendefresikan sistem saraf pada musculoskeletal sehingga menurunkan tonus otot, dan kaji diastasis abdominalis sertakaji apakah ada tanda-tanda tromboplebitis yang diakibatkan kurangnya mobilitas fisik.
h)      Sistem Integumen
Biasanya dilihat turgor kulitnya, keadaan rambut mulai dari kebersihan dan distribusi. Dilihat apakah ada strie gravidarum, linea alba dan apakah luka post operasi pada abdomen klien.
i)        Sistem Endokrin
Pada hari kedua payudara dapat menghasilkan  colostrums sedangkan pada hari ketiga colostrum diganti dengan adanya air susu. Hormon yang dihasilkan placenta tidak ada, kelenjar pitulitari mengeluarkan prolaktin sebagai efeknya adalah pembuluh darah pada payudara menjadi bengkak berisi darah, menyebabkan hangat, bengkak dan rasa sakit, sel-sel penghasil susu berfungsi dibuktikan dengan keluarnya air susu
j)        Sistem Persyarafan
(1) Tidak terjadi penurunan kesadaran pada sectio caesarea karena menggunakan anestesi spinal ataupun umum. 
(2)  Nervus I (Olfaktorius)
Apakah Penciuman klien baik atau tidak.
(3)   Nervus II (optikus)
Apakah penglihatan klien normal atau berkurang saat setelah meahirkan. dapat terlihat dari arah lateral 600C.
(4)  Nervus III,IV dan VI (okulomotorius, loclearis, abdusen)
Apakah Klien dapat menggerakan kedua bola matanya ke segala arah, reflek cahaya kanan dan kiri positif, berdilatasi ketika dikenai cahaya pupil isokor.
(5)  Nervus V (Trigeminus)
Apakah Klien dapat merasakan sensasi raba dari arah prontal ke mandibula, klien dapat mengunyah dengan baik.
(6)  Nervus VII (Fasialis)
Apakah Klien dapat merasakan pahit saat meminum obat, klien dapat tersenyum dan mengerutkan dahi.
(7)  Nervus VIII (Vestibulocochlearis)
Apakah Pendengaranya baik. klien dapat dapat menjawab semua pertanyaan perawat, klien dapat mendengarkan detik jam tangan dalam jarak 2cm.
(8)  Nervus X (Vagus)
Klien bisa berbicara dengan jelas.
(9)  Nervus IX dan X (Glosofaringeus dan fagus)
Tonsil klien tidak bengkak, kemampuan menelan baik, pengecapan baik dibuktikan dengan klien dapat membedakan rasa dari makanan yang klien makan. Klien dapat berbicara dengan jelas.
(10)  Nervus XI (asesorius)
Apakah Klien dapat menoleh kesamping dan melawan tahanan perawat klien dapat mengangkat bahunya dan dapat menggerakan bahunya secara abduksi dan aduksi.
(11)    Nervus XII (hipoglosus)
Apakah Klien dapat menggerakkan lidahnya kesegala arah.
4)      Pola Aktivitas
a)      Pola Nutrisi
(1)   Makan 
Biasanya pada klien post sectio caesarea mengalami mual akibat pengaruh anestesi tetapi nanti hilang denagan sendirinya.
(2)   Minum 
Minum pada klien post sectio caesarea biasanya baik, dianjurkan klien banyak minum.
b)      Pola Eliminasi
Pada klien post sectio caesarea biasanya pemenuhan eliminasi BAK tidak terganggu. Pada hari ke 2 post sectio caesarea klien masih terpasang kateter. Pemenuhan eliminasi BAB biasanya terganggu karena kondisi klien yang lemah dan sakit pada daerah abdomen sehingga klian takut untuk BAB.
c)      Pola Istirahat Tidur
Karena klien merasa nyeri pada daerah luka operasi, maka biasanya tidur klien kurang dari kebutuhan. Hal ini juga bias disebabkan oleh cemas yang akan datang dari klien
d)     Pola Personal Hygine
Karena kondisi klien yang lemah dan ditambah adanya luka operasi pada abdomen. Biasanya pemenuhan personal hygene (mandi, cuci rambut gosok gigi gunting kuku) pada klie terganggu.
5)      Aspek Psikologis
a)      Keadaan emosi
Biasanya pada klien post section cesarean, emosi saat dirawat sedih sehubungan dengan hospitalisasi, ibu menjadi depresi, mudah menangis karena ibu mengalami nyeri pada luka operasi, nyeri payudara jika klien tidak menyusui sehingga ibu membutuhkan pendamping atau bantuan dalam memenuhi ADLnya.
b)      Tingkat kecemasan
Cemas meningkat ditandai dengan wawasan persepsi diri terhadap lingkungan menjadi menurun atau bias diakibatkan bonding attachment.
6)      Aspek Sosial 
Sosialisasi klien dan keluarga, Tim kesehatan dan lingkungan sekitarnya baik.Apakah klien ikut aktif dalam suatu kegiatan organisasi masyarakat atau tidak.Bagaiman dukungan keluarga terhadap kesembuhan.
7)      Aspek Seksual
Apakah klien merasakan akan lebih harmonis akan kehadiran anak, apakah klien merasa lebih diperhatikan oleh suami dan keadaan sekarang ,apakah klien merasa perannya sebagai istri dan ibu lebih meningkat atau menurun.
8)      Konsep Diri
Apakah sikap klien yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuh yang termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang yaitu tentang ukuran, fungsi, persepsi dan pengalaman baru, dan bagai mana seharusnya klien berprilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan. Serta mempunyai harga diri yang tinggi yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat walaupun melakukan kesalahan, kegagalan,  tetap menjadi sesorang yang penting dalam keluarga. Dan dimana seseorang diharapkan oleh lingkungan social, dan pembentukan identitas dimulai sejak lahir.
9)      Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin terjadi penurunan (< 10 gr % kalau terjadi pendarahan),hematokrit, eritrosit, lekosit.
b.      Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dengan menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relavan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. ( Effendi, 1995 : 24 )
Analisa data yaitu proses intelektual yang meliputi kegiatan  menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokan data. Setelah itu mencari kemungkinan penyebab dan dampak serta menentukan masalah atau penyimpangan yang terjadi.
2.      Penentuan Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan. ( Nursalam, 2001: 35)
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien post sectio caesarea menurut Doenges, 2001 diantaranya :
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien post sectio caesarea hari ke 2 menurut Doenges, 2001 diantaranya :
a.       Proses keluarga, perubahan, ikatan berhubungan dengan perkembangan transisi/peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (misalnya, intervensi pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan/interaksi, kebanggaan diri negatif) ditandai dengan keragu-raguan untuk menggendong/berinteraksi dengan bayi, mengungkapkan masalah/kesulitan koping terhadap situasi, tidak menghadapi pengalama traumatik secara konstruktif.
b.      Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
c.       Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu
d.      Resiko tinggi cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (hipotensi, ortostatik, terjadinya HKK atau eklampsia); efek-efek anesthesia; tromboembolisme, profil darah abnormal (anemia, sensitivitas rubella inkompabilitas Rh)
e.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasive dan/atau peningkatan pemajanan lingkungan rupture ketuban lama, malnutrisi.
f.       Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek-efek hormonal (perpindahan cairan/peningkatan aliran plasma ginjal), trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek anestesia.
g.      Resiko kekurangan cairan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan/penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (muntah, diaforesi, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi)
h.      Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggunaan cairan, efek-efek infuse oksitosin, adanya HKK atau eklampsia.
i.        Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti), efek-efek progesterone, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anesthesia, diare prapersalinan, kurang masukkan, nyeri perineal/rectal.
j.        Resiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukian peran ibu dan menjadi orang tua (atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan system pendukung, persepsi tidak realistis.
k.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan repon hormonal dan psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan
      Perencanaan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan termasuk menentukan prioritas dan menentukan metode yang digunakan untuk penyelesaian masalah. (Nursalam, 2001 : 105)
a.       Proses keluarga, perubahan, ikatan berhubungan dengan perkembangan transisi/ peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (misalnya intervensi pembedahan, komplikasi fisik yang mempengaruhi pengenalan/interaksi, kebanggaan diri negatif)
Hasil yang diharapkan yaitu klien akan menggendong bayi, bila kondisi ibu dan neonatus memungkinkan. Mendokumentasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang tepat. Mulai secara aktif mengikuti tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat.
|    Intervensi  |      Rasional  |  
|    1.         Anjurkan klien untuk menggendong,   menyentuh dan memeriksa bayi, tergantung pada kondisi klien dan bayi baru   lahir. Bantu sesuai kebutuhan 2.         Berikan kesempatan untuk ayah/pasangan   untuk menyentuh dan menggendong bayi dan bantu dalam perawatan bayi sesuai   kemungkinan situasi 3.         Observasi dan catat interaksi   keluarga-bayi, perhatikan perilaku yang dianggap menandakan ikatan dan   kedekatan dalam budaya tertentu. 4.         Berikan kesempatan pada orang tua   untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang negatif tentang diri mereka dan   bayi. 5.         Perhatikan lingkungan sekitar   kelahiran caesarea, kebanggaan diri orang tua dan persepsi tentang pengalaman   kelahiran, reaksi awal mereka terhadap bayi, dan pertisipasi mereka pada   pengalaman kelahiran 6.         Anjurkan dan bantu dalam menyusui   tergantung pada pilihan klien dan kenyakinan/praktik budaya  |      1.         Jam pertama setelah kelahiran   memberikan kesempatan unik untuk ikatan keluarga karena ibu dan bayi secara   emosional menerima isyarat satu sama lain, yang memulai kedekatan dan proses   pengenalan 2.         Membantu memudahkan ikatan / kedekatan   diantara ayah dan bayi 3.         Pada kontak pertama dengan bayi, ibu   menunjukan pola progresif dari perilaku dengan cara menggunakan ujung jari   pada awalnya untuk menggali ekstremitas bayi dan berlanjut pada penggunaan   telapak tangan sebelum mendekap bayi dengan seluruh tangan dan lengan 4.         Konflikasi tidak teratasi selam proses   pengenalan awal orang tua-bayi dapat mempunyai efek-efek negatif jangka   panjang pada masa depan hubungan orang tua-anak 5.         Orang tua perlu bekerja melalui   hal-hal bermakna pada kejadian penuh stres seputar kelahiran anak dan   orientasikan mereka sendiri terhadap realita sebelum mereka dapat memfokuskan   pada bayi 6.         Kontak awal mempunyai efek positif   pada durasi menyusui, kontak kulit dan mulainya tugas-tugas ibu meningkatkan   ikatan  |  
b.   Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anastesi, efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/abdomen ditandai dengan melaporkan nyeri insisi, kram (nyeri penyerta), sakit kepala, abdomen kembung, nyeri tekan payudaraperilaku melindungi/distraksi, wajah menahan nyari 
Hasil yang diharapkan yaitu klien akan mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya nyeri, tampak rileks, mampu tidur/istirahat denagn tepat
|    Intervensi   |      Rasional   |  
|    1.         Tentukan karakteristik dan lokasi   nyeri, perhatikanisyarat verbal dan non verbal seperti meringis, kaku dan   gerakn melindungan atau terbatas 2.         Berikan informasi dan petunjuk   antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat 3.         Evaluasi tekanan darah dan nadi   pertahankan perubahan perilaku 4.         Ubah posisi klien, kurangi rangsangan   yang berbahaya. Anjurkan penggunaan teknik relaksaso dengan teknik pernafasn   dan distraksi 5.         Kolaborasi dalam pemberian analgetik   setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute oral  |      1.         Membedakan karakteristik khusus dari   nyeri membantu membedakan nyeri pasca operasi dari terjadinya komplikasi 2.         Meningkatkan peemcahan masalah,   membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan ketakutan karena   ketidaktahuan dan memberikan rasa control 3.         Pada bayak kien, nyeri dapat   menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesic dapat menurunkan   tekanan darah 4.         Merileksasikan otot dan mengalihkan   perhatikan dari sensasi nyeri meningkatjan kenyaman dan menurunkan distraksi   tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera 5.         Analgesic yang di control pasien   memberikan penghilangan nyeri cepat tanpa efek samping  |  
c.    Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.Resiko tinggi infeksi, faktor resiko meliputi trauma jaringan/kulit rusak, penurunan hemoglobin, prosedur invasif atau peningkatan pemaparan lingkungan, pecah ketuban lama atau malnutrisi.
Hal yang diharapkan klien Ungkapan ibu akan tingkat kepuasan, observasi proses menyusui, respon penambahan berat badan dan dapat menyusui secara efektif dengan produksi asi keluar banyak.
|    Intervensi  |      Rasional  |  
|    1.    Kaji   pengetahuan klien tentang menyusui sebelumnya 2.    Tentukan   system pendukung  yang tersedia pada   klien, dan sikap pasngan/keluarga 3.    Berikan   informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologis dan keuntungan menyusui,   perawatan puting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-faktor yang   memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui. 4.    Demonstrasikan   dan tinjau ulang tekhnik-tekhnik menyusui. Perhatikan posisi bayi selama   menyusui dan lama menyusui. 5.    Kaji   puting klien: anjurkan klien melihat putting setiap habis menyusui. 6.    Instruksikan   klien menghindari penggunaan sabun atau penggunaan bantalan bra berlapis   plastic, dan mengganti pembalut bila basah atau lembab. 7.    Instruksikan   klien untuk menghindari penggunaan sabun pelindung putting kecuali khusus   diindikasikan 8.         Berikan pelindung payudara khusus   untuk klien menyusui dengan putting masuk atau datar. Anjurkan penggunaan   kompres es sebelum menyusui dan latihan putting susu dengan memutar diantara   ibu jari dan dan jari tengah dan menggunakan tekhnik Hoffman.  |      1.    Membantu   mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perwatan 2.    Mempunyai   dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menyusui dengan   berhasil. Sikap dan komentar negative mempengaruhi upaya-upaya dan dapat   menyebabkan klien menolak untuk mencoba menyusui. 3.    Membantu   menjamin suplai susu adekuat, mencegah putting susu pecah dan luka,   memberikan kenyamana, dan membuat peran ibu menyusui. Pamflet dan buku-buku   menyediakan sumber yang dapat dirujuk klien sesuai kebutuhan. 4.    Posisi   yang tepat biasanya mencegah luka puting, tanpa memperhatikan lamanya   menyusui 5.    Identifikasi   dan intervensi dini dapat mencegah/membatasi terjadinya luka atau pecah   putting, yang dapat merusak proses menyusui. 6.    Sabun   dapat menyebabkan area payudar kering. Mempertahankan putting dalam media   lembab meningkatkan pertumbuhan bakteri dan kerusakan kulit. 7.    Ini   telah diketahui menambah kegagalan laktasi. Pelindung mencegah mulut bayi   mengarah untuk kontak dengan putting susu, yang mana perlu untuk melanjutkan   pelepasan prolaktin (meningkatkan produksi susu) dan dapat mengganggu atau   mencegah tersedianyasuplai susu yang adekuat. 8.     Mangkuk   laktasi/pelindung payudara, latihan, dan kompres es membantu membuat putting   lebih ereksi; teknik Hoffman melepaskan perlengketan, yang menyebabkan inverse   putting  |  
d.   Resiko tinggi cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (hipotensi, ortostatik, terjadinya HKK atau eklampsia); efek-efek anesthesia; tromboembolisme, profil darah abnormal (anemia, sensitivitas rubella inkompabilitas Rh).
Hasil yang diharapkan klien mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan factor-faktor risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi. 
|    Intervensi  |      Rasional  |  
|    1.      Tinjau kadar hemoglobin (Hb) darah dan   kehilangan darah pada waktu melahirkan 2.      Anjurkan ambulasi dini kecuali pada   klien yang mendapat anestesi subaraknoid, yang mungkin tetap berbaring selama   6-8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala, sesuai indikasi   protocol dari kembalinya sensasi/control otot.  3.      Biarkan klien duduk di lantai atau   kursi dengan keopala diantara kaki, atau berbaring pada posisi datar, bila ia   merasa pusing 4.      Kaji klien terhadap hiperrefleksia,   nyeri kuadran kanan atas (KKaA), sakit kepala, atau gangguan penglihatan.   Pertahankan kewaspadaan kejang, dan berikan lingkungan yang tenang sesuai   indikasi. 5.      Inspeksi ekstremitas bawah terhadap   tanda-tanda tromboflebitis (mis, kemerahan, kehnagatan, nyeri/nyeri tekan).   Perhatikan adata tidaknya tanda-tanda Homan. 6.      Berikan kompres panas local; tingkatkan   tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit.  |      1.     Anemia atau kehilangan darah   mempredisposisikan pada sinkope klien karena ketidakadekuatan pengiriman   oksigen ke otak. 2.     Meningkatkan sirkulasi dan aliran   balik vena ke ekstremitas bawah, menurunkan resiko pembentukan thrombus yang   dihubungkan dengan statsis. Meskipun posisi rekumben setelah anestesi   subaraknoid controversial, ini dapat membantu mencegah kebocoran CSS dan sakit   kepala lanjut 3.     Membantu mempertahankan atau   meningkatkan sirkulasi dan pengiriman oksigen ke otak. 4.     Bahaya eklampsia karena HKK ada diatas   72 jam postpartum, meskipun literature menunjukkan kondisi konvulsi mental   terjadi selambat-lambatnya hari kelima postpartum 5.     Peningkatan produksi split fibrin   (kemungkinan pelepasan dari sisi plasenta), penurunan mobilitas trauma,   sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan darah setelah kelahiran   memberi kecenderungan terjadinya tromboflebitis pada klien. Tanda Homan   mungkin menyertai thrombus vena dalam, tetapi mungkin tidak ada pada flebitis   superficial 6.     Merangsang sirkulasi dan menurunkan   penumpukan pada vena di ekstremitas bawah, menurunkan edema dan meningkatkan   penyembuhan.  |  
e.       Resike. Resiko tinggi infeksi, faktor resiko meliputi trauma jaringan/kulit rusak, penurunan hemoglobin, prosedur invasif atau peningkatan pemaparan lingkungan, pecah ketuban lama atau malnutrisi.
Hal yang diharapkan klien akan mendemonstrasikan teknik – teknik untuk menurunkan resiko atau meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan, bebas dari infeksi, tidak demam dan urine jernih kuning pucat.
|    Intervensi   |      Rasional   |  
|    1.         Anjurkan dan gunakan teknik   mencucitangan dengan cermat dan pembuangan pengalas kotoran, pembalut   parineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat. 2.         Tinjau hemoglobin dan hematokrit   prenatal, perhatikan adanya kondisi yang mempredisposisikan klien pada insfeksi   pasca partum. 3.         Kaji status   nutrisi klien, perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan berat   badan prenatal. 4.         Dorong masukan cairan oral dan diet   tinggi protein, vitamin dan besi. 5.         Inspeksi balutan abdominal terhadap   eksudat atau rembesan. Lepaskan balutan sesuai indikasi. 6.         Perhatikan   catatan operasi untuk penggunaan drain dan sifat dari insisi. Bersihkan   luka dan balutan bila basah. 7.         Inspeksi insisi terhadap proses   penyembuhan, perhatikan kemerahan, edema, nyeri, eksudat atau gangguan   penyatuan. 8.         Observasi suhu,   nadi dan jumlah sel darah putih. 9.         Inspeksi sekitar   infuse terhadap tanda eritema atau nyeri tekan. 10.    Evaluasi kondisi puting, perhatikan adanya pecah-pecah,   kemerahan atau nyeri tekan. 11.      Kolaborasi dalam pemberian antibiotic   khusus untuk proses infeksi yang teridentifikasi  |      1.         Membantu mencegah atau membatasi   penyebaran insfeksi. 2.         Anemia, diabetes dan persalinan yang   lama sebelum kelahiran caesarea meningkatkan risiko insfeksi dan perlambatan   penyembuhan. 3.         Klien yang berat badannya 20 % dibawah   berat normal atau yang anemia atau malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi   pasca partus dan memerlukan diet khusus. 4.         Mencegah dehidrasi memaksimalkan   volume sirkulasi dan aliran rutin. Protein   dan vitamin C diperlukan untuk pembentukkan kalogen, besi diperlukan untuk   sinestesis hemoglobin. 5.         Balutan steril menutupi luka pada 24   jam pertama kelahiran caesarea membantu melindungi luka dari cedera atau   kontaminasi. 6.         Lingkungan lembab merupakan media   paling baik untuk pertumbuhan bakteri. 7.         Tanda-tanda ini menandakan infeksi   luka, biasanya disebabkan oleh streptoccus, stapilococus atau spesien   pseudomonas. 8.         Demam setelah pasca operasi hari   ketiga, leukositosis, dan takhikardi menunjukan infeksi. 9.          Menandakan insfeksi local. 10.      Terjadi fisura/pecah-pecah putting   memperbesar risiko mastitis. 11.      Perlu untuk mematikan organisme.  |  
f.       Eliminasi urin, perubahan berhubungan dengan trauma/ diversi mekanis, efek – efek hormonal, efek – efek anastesi ditandai dengan peningkatan pengisian/ distensi kandung kemih, perubahan dalam jumlah/ frekuensi dalam berkemih.
Hasil yang diharapkan klien akan mendapatkan pola berkemih yang optimal setelah pengangkatan kateter, mengosongkan kandung kemih pada setiap berkemih
|    Intervensi     |      Rasional  |  
|    1.         Perhatikan dan   catat jumlah, warna, dan konsentrasi drainase urin. 2.         Tes urin terhadap   albumin dan aseton. Bedakan antara proteinuria bengan hipertensi karena   kehamolan dengan proses normal. 3.         Berikan cairan   peroral misalnya 6-8 gelas/hari bila tepat. 4.         Palpasi kandung   kemih. Pantau tinggi fundus, lokasi dan jumlah aliran lochea. 5.         Intruksikan klien   untuk melakukan latihan kegel setiap hari setelah efek – efek anastesi   berkurang 6.         Pertahankan infus   intravena selama 24 jam setelah pembedahan, sesuai indikasi. Tingkatkan   jumlah cairan infus bila keluaran 30 ml/jam atau kurang. 7.         Lepaskan kateter sesuai indikasi. 8.         Pantau hasil tes laboratorium, seperti   urin 24 jam untuk protein total, asam urat sesuai indikasi.  |      1.         Oliguria disebabkan oleh kelebihan   kehilangan cairan, ketidak adekuatan penggantian cairan, atau efek – efek anti   diuretic dan infuse oksitosin. 2.         Proses katalitik   berkenaan dengan involusi uterus dapat mengakibatkan proteinuria normal (1+)   selama dua hari pertama pasca partus. Aseton dapat menandakan dehidrasi   berkenaan dengan persalinan yang lama dan/atau kelahiran lama. 3.         Cairan   meningkatkan hidrasi dan fungsi ginjal, dan membantu mencegah stasis kandung   kemih. 4.         Aliran plasma   ginjal, yang meningka 25-50% selama priode prenatal, tetap tinggi pada minggu   pertama pasca partus mengakibatka pengisian kandung kemih. Distensi kandung   kemih dapat dikaji dengan derajat perubahan posisi uterus. 5.         Melakukan latihan   kegel 100 kali perhari meningkatkan sirkulasike perineum, membantu memulihkan   dan menyembuhkan tonus oto pubokoksigeal, dan mencegah atau menurunkan stress   inkontinensia. 6.         Biasanya 3 liter   cairan, adekuat untuk menggantikan kehilangan dan mempertahankan aliran   ginjal atau pengeluaran urin. 7.         Kateter aman dilepaskan antara 6-12   jam pasca partus. 8.         Bila kadar stroid menurun setelah   kelahiran, fungsi ginjal, dibuktikan oleh BUN dan kliren kreatinin, mulai   kembali pada normal mulai satu minggu, perubahan anatomic memerlukan waktu   samapai satu bulan untuk sampai kenormal.   |  
g.         Resiko kekurangan cairan volume cairan berhubungan dengan penurunan masukan/penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (muntah, diaforesi, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi)
Hasil yang diharapkan adalah Tetap normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urin seimbang, dan Hb/Ht dalam kadar normal
|    Intervensi  |      Rasional  |  
|    1.    Catat   kehilangan cairan pada waktu kelahiran; tinjau ulang riwayat intrapartal. 2.    Evaluasi   lokasi dan kontraktilitas fundus uterus, jumlah lochea vagina, dan kondisi   perineum setelah 2 jam pada 8 jam pertama, bila tepat, kemudian 8 jam selama   sisa waktu di rumah sakit. 3.    Dengan   perlahan masase fundus bila uterus menonjol. 4.    Perhatikan   adanya rasa haus; berikan cairan sesuai toleransi. 5.    Evaluasi   status kandung kemih; tingkatkan pengosongan bila kandung kemih penuh. 6.    Pantau   suhu 7.    Pantau   nadi 8.    Kaji   tekanan darah TD sesuai indikasi. 9.    Evaluasi   masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infuse I.V., atau sampai   pola berkemih normal terjadi. 10. Evaluasi   kadar Hb/Ht pada catatan pranatal; bandingkan dengan kadar pascanatal 11.     Pantau pengisian payudara dan suplai   ASI bila menyusui 12.      Gantikan cairan yang hilang dengan   infuse I.V. yang mengandung elektrolit.  |      1.      Potensial hemoragi atau kehilangan   darah berlebihan pada waktu kelahiran yang berlanjut pada periode pascapartum   dapat diakibatkan dari persalinan yang lama, stimulasi oksitosin, tertahannya   jaringan, uterus overdistensi, atau anestesi umum. 2.      Diagnosa yang berbeda mungkin   diperlukan untuk menentukan penyebab kekurangan cairan dan protocol asuhan.   Uterus yang relaks atau menonjol dengan peningkatan aliran lochea dapat   diakibatkan dari kelelehan miometrium atau tertahannya jaringan plasenta.   Segera setelah kelahiran, fundus harus keras dan terlokalisasi pada   umbilikalis, dan kemudian involusi kira-kira satu buku jari perhari. 3.      Merangsang kontraksi uterus dapat   mengontrol perdarahan. 4.      Rasa haus mungkin merupakan cara   homeostatis dari penggantian cairan melalui peningkatan rasa haus. 5.      Kandung kemih penuh mengganggu   kontraktilitas uterus dan menyebabkan perubahan posisi dan relaksasi fundus. 6.      Peningkatan suhu dapat memperberat   dehidrasi; bila suhu 100,40 F (380 C) pada 24 jam   pertama setelah kelahiran dan terulang bselama 2 hari, ini mungkin menandakan   infeksi. 7.      Takikardi dapat terjadi, memaksimalkan   sirkulasi cairan, pada kejadian dehidrasi atau hemoragi 8.      Peningkatan TD mungkin karena   efek-efek obat vasopresor oksitosin atau terjadinya HKK yang baru atau   sebelumnya. Penurunan TD mungkin tanda lanjut dari kehilangan cairan   berlebiahan, khususnya bila disertai dengan tanda-tanda lain atau   gejala-gejala syok. 9.      Membantu dalam analisa keseimbangan   cairan dan derajat kekurangan. 10.Hb/Ht biasanya   kembali ke normal 3 hari. Hb tidak boleh turun lebih dari 2 g/100 ml kecuali   kehilangan darah berlebihan. Peningkatan kadar Ht kembali normal pada hari   ketiga sampai ke tujuh postpartum, karena kehilagan plasma pada penurunan sel   darah berlebihan yang terjadi selama 72 jam pertama. Namun peningkatan ini   mungkin justru menandakan kelabihan perpindahan cairan intravascular ke ruang   ekstraselular. 11.Klien   dehidrasi tidak mampu menghasilkan ASI adekuat. 12.      Membantu menciptakan volume darah   sirkulasi dan menggantikan kehilangan Karena kelahiran dan diaforesis  |  
h.      Resiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggunaan cairan, efek-efek infuse oksitosin, adanya HKK atau eklampsia.
Hasil yang diharapkan klien menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan penglihatan, dengan bunyi nafas bersih.
|    Intervensi  |      Rasional  |  
|    1.    Pantau   TD dan andi. Auskultasi bunyi napas, perhatikan batuk berdahak, bising (rales) atau ronki. Perhatikan adanya   dispnea atau stridor. 2.    Pantai   masukan cairan dan haluaran urin; ukur berat jenis. 3.    Kaji   adanya lokasi, dan luasnya edema. 4.    Tes   terhadap adanya proteinuria dengan dipstick setiap 4 jam. 5.    Evaluasi   keadaan neurologis klien. Perhatikan hiperfleksia, peka rangsang, atau   perubahan kepribadian. 6.    Pasang   kateter indwelling sesuai indikasi. 7.         Berikan furosemid (Lasix) sesuai   indikasi.  |      1.    Kelebihan   beban sirkulasi dmanifestasikan dengan peningkatan TD dan nadi, dan akumulasi   cairan pada paru-paru. Peningkatan TD dapat juga dihubungkan dengan HKK dan   retensi cairan berkenaan dengan infuse oksitosin. 2.    Menandakan   kebutuhan cairan/keadekuatan terapi 3.    Bahaya   eklampsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara actual   selambat-lambatnya 5 hari setelah kelahiran. Obat-obatan dapat menutupi   tanda-tanda sakit kepala yang disebabkan oleh edema serebral. 4.    Proteinuria   postpartum 1+ adalah normal, karena proses katalitik involusi uterus. Kadar   2+ atau lebih besar mungkin dihubungkan dengan spasme glomerulus karena HKK. 5.    Intoksikasi   serebral adalah indicator awal dari kelebihan retensi cairan. 6.    Mungkin   diperlukan untuk memantau haluaran urin setiap jam bila dibutuhkan oleh   kondisi klien. 7.      Furosemid bekerja pada ansa Henle   untuk meningkatkan haluaran urin dan menghilangkan edema pulmonal  |  
i.        Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti, dehidrasi, kurang masukan efek-efek progesteron) ditandai dengan laporan rasa penuh abdomen/rectal atau tekanan, mual, defekasi kurang dari kebiasaanya, mengejan saat defeasi, penurunan bising usus.
Hal yang diharapkan klien akan mendemonstrasikan kembalinya metilitas usus dibuktikan oleh bising usus aktif dan keluarnya flatus, mendapatkan kembali pola eliminasi biasanya/ optimal dalam 4 hari pasca partus.
|    Intervensi   |      Rasional  |  
|    1.         Auskultasi terhadap adanya bising usus   pada ke empat kuadran setiap 4 jam setelah kelahiran cesarea. 2.         Palpasi abdomen,   perhatikan distensi atau ketidak nyamanan 3.         Anjurkan cairan   oral yang adekuat (mis,6-8 gelas/hari). Anjurkan peningkatan diet makanan   kasar dan buah – buahan. 4.         Anjurkan latihan kaki dan pengencangan   abdominal tingkat ambulasi dini. 5.         Identifikasi   aktivitas – aktivitas di mana klien dapat menggunakannya di rumah untuk   merangsang kerja usus. 6.         Kolaborasi untuk   pemberian pelunak feses atau katartik ringan. 7.         Berikan sabun   hipertonik atau kecil untuk enema   |      1.         Menentukan   kesiapan terhadap pemberian makan per oral, biasanya bising usus terdengar   samar pada hari ke dua, dan aktif pada hari ke tiga. 2.         Menandakan   pembentukan gas dan akumulasi atau kemungkinan ileus paralitik. 3.         Makan kasar dan   meningkatkan cairan yang menghasilkan bulk, merangsang eliminasi dan mencegah   kontipasi defekasi. 4.         Latihan kaki mengencangkan otot- otot   abdomen dan memperbaiki motilitas abdomen. Ambulasi progresif setelah 24 jam   meningkatkan peristaltic dan pengeluaran gas, dan menghilangkan atau mencegah   nyeri karena gas. 5.         Membantu dalam menciptakan kembali   pola evakuasi normal dan meningkatkan kemandirian. 6.         Melunakkan feses,   merangsang peristaltic, dan membantu mengembalikan fungsi usus. 7.         Meningkatkan   evakuasi usus dan mehilangkan distensi karena gas.   |  
j.        Resiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis maturasional dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukian peran ibu dan menjadi orang tua (atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan system pendukung, persepsi tidak realistis.
Hasil yang diharapkan klien mengungkapkan ansietas dan respon emosional. Mengidentifikasi kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi. Mencari sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan.
|    Intervensi  |      Rasional  |  
|    1.    Anjurkan   diskusi oleh klien/pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran. 2.    Kaji   terhadap gejala depresi yang fana (“perasaan sedih” pascapartum) pada hari   ke-2 sampai ke-3 pascapartum (mis, ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi   yang buruk, dan depresi ringan atau berat). Berikan informasi tentang   kenormalan kondisi ini dan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati dan   emosi yang labil. 3.    Evaluasi   kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, system pendukung,   dan rencana untuk bantuan domestic pada saat pulang 4.    Berikan   dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari   peran baru dan strategis untuk koping terhadap bayi baru lahir. Diskusikan   respon emosional yang normal yang terjadi setelah pulang. 5.    Evaluasi   dan dokumentasikan interaksi klien-bayi. Perhatikan adanya atau tidak adanya   perilaku ikatan (kedekatan). 6.         Anjurkan pengungkapan perasaan rasa   bersalah, kegagalan pribadi, atau keraguan-raguan tentang kemampuan menjadi   orang tua khususnya bila keluarga berisiko tinggi terhadap maslaah-masalah   menjadi orang tua. 7.         Berikan kesempatan pada klien untuk   meninjau ulang keputusan untuk melepaskan anak.  |      1.    Membantu   klien/pasangan bekerja melalui proses dan mempelajari realitas dari   pengalaman fantasi. 2.    Membantu   klien untuk mengungkapkan perasaannya dan tanda gejala dari depresi, dengan   memberikan informasi klien menjadi lebih tenang. 3.    Membantu   dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stress. Kemampuan untuk   mengatasi secara positif juga dipengaruhi oleh reaksi ayah. Dukungan emosi   dan fisik yang diberikan oleh keluarga besar atau bantuan dari rumah bantuan   lainnya dapat memudahkan koping. 4.    Memberikan   motivasi, dukungan dan membantu klien dalam merawat anak akan lebih   menenangkan klien karena kalien sudah mengetahui bagaimana menjadi seorang   ibu. 5.    Membantu   klien untuk mengetahui perkembangan atau eratnya ikatan diantara Ibu dan   bayi. 6.    Membantu   pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis dan   mengenali kebutuhan terhadap bantuan professional yang tepat. 7.      Membantu klien unuk memutuskan pilihan   yang tepat.  |  
k.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan repon hormonal dan psikologis (sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan
Hasil yang diharapkan mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota baru. Melaporan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat
|    Intervensi  |      Rasional  |  
|    1.  Kaji   tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan dan   jenis kelahiran 2.  Kaji   factor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan   untuk meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra.   Anjurkan untuk mengungkapkan pengalaman melahirkan. Berikan lingkungan yang   tenang. 3.  Berikan   informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah kembali ke rumah. 4.  Berikan   informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI. 5.  Kaji   lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga   lain. 6.         Berikan obat-obatan (mis, analgesik)  |      1.    Persalinan   atau kelahiran yang lama dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam,   meningkatkan tingkat kelelahan. 2.    Membantu   meningkatkan istirahat, tidur, dan relaksasi dan menurunkan rangsangan. Bila   ibu tidak terpenuhi kebutuhan tidurnya “lapar/tidur” dapat terjadi,   memperpanjang proses perbaikan dari periode pascapartum., 3.    Rencana   yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur   siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta mengatasi kelelahan yang   berlebihan. 4.    Kelelahan   dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI, dan penurunan reflex   secara psikologis. 5.    Multipara   dengan anak dirumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit untuk   mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya. 6.      Mungkin diperlukan untuk meningkatkan   relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan  |  
                  Sumber : Rencana Asuhan Keperawatn Maternitas, Doengoes, 2001
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap ini dilaksanakan setelah rencana tindakan disusun. Selama pelaksanan tindakan perawatan disesuaikan dengan rencana tindakan perawatan. Perawatan perlu memfalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kebutuhan klien saat ini. Perawat harus sudah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
1.      Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan rencana perawat dalam memenuhi kebutuhan klien, tahap ini merupakan proses yang memerlukan sejauhmana tujuan tercapai. Evaluasi dibagi menjadi 2 yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanankan tindakan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan umum dan khusus disamping itu juga sangat membantu dalam menentukan perubahan-perubahan untuk memperbaiki untuk memperbaiki perencanaan untuk perawatan selanjutnya. 
Evaluasi dapat dilakukan sebagai pola pikir, dengan menggunakan pendekatan SOAP :
S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi dengan masalah yang ada
P  : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada     respon klien.