Blogger templates

Tampilkan postingan dengan label Mengenal Jantung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mengenal Jantung. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Maret 2011

Mengenal jantung dan stroke pada wanita

PENYAKIT jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Di usia menopause, wanita berisiko dua sampai tiga kali serangan jantung dan stroke. Mengapa?

Kematian akibat penyakit jantung dan stroke lebih banyak dialami wanita daripada pria. Perbandingan itu tampak pada survei American Heart Association's pada 2002. Sebanyak 38 persen wanita meninggal dalam tahun pertama setelah serangan jantung pertama dibandingkan pria hanya 25 persen.

Pada tahun yang sama, WHO juga melakukan survei dengan hasil tidak kalah mencengangkan. Di Negara negara berkembang 50 persen kematian wanita usia di atas 50 tahun karena penyakit jantung dan stroke. Risiko tersebut terkait dengan penurunan kadar hormon estrogen.



Spesialis Jantung RS Jantung Harapan Kita dr Amiliana Mardiani Soesanto SpJP mengatakan, hormon estrogen yang ada di dalam tubuh wanita mampu melindungi diri dari serangan penyakit jantung dan stroke.

"Hormon estrogen bersifat melindungi dengan membuat pembuluh darah lebih lebar sehingga mampu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke," ujar Mili, sapaan akrabnya di sela-sela acara "Go Red For Women", di Jakarta.

Dalam kehidupan wanita dipengaruhi tiga fase yaitu masa anak-anak, masa reproduksi, dan masa menopause. Saat masa reproduksi, kadar estrogen sangat tinggi sehingga mampu melindungi diri dari serangan jantung dan stroke.

Berbeda, ketika wanita memasuki masa menopause, kadarestrogendalam tubuhnya menurun, berarti pula pelindung di dalam tubuh berkurang. Menurut dia, pada wanita yang mengalami serangan pertama kali lebih berisiko pula untuk mengalami kematian. Semakin berbahaya penyakit jantung dan stroke pada wanita karena sering kali tidak menimbulkan gejala yang spesifik.

Pada umumnya, gejala serangan jantung adalah sakit di bagian dada. Adapun, pada wanita ditandai dengan rasa tidak nyaman pada lengan, bahu, punggung, leher, rahang, dan perut.

Terkadang, gejala yang ditimbulkan adalah napas pendek tanpa merasakan sakit di bagian dada. Walaupun tidak merasakan gejala, sebaiknya tetap rajin memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui kondisi badan.

Kesehatan jantung dan stroke berhubungan erat dengan pola gaya hidup yang keliru. Faktor risiko tersebut meliputi kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, kurang bergerak, diabetes melitus, dan riwayat keluarga.

Stres merupakan reaksi tubuh ketika berbagai stimulus mengganggu. Stimulus itu mengganggu keseimbangan fisik, mental atau emosional.

Psikolog Universitas Indonesia Dra Ratih Andjayani Ibrahim MM Psi mengungkapkan stres merupakan faktor eksternal yang bisa memengaruhi kesehatan jantung. Kesibukan pekerjaan tidak lantas mengabaikan pola dan gaya hidup sehat. Duta Go Red for Women Indonesia Susan Bachtiar menceritakan kehidupannya yang bebas dari rokok, makan sesuai golongan darah, istirahat cukup, berolahraga setiap pagi, tidak mengonsumsi alkohol dan menjaga pikiran agar tidak stres.

"Saya ingin hidup sehat untuk orang-orang yang saya cintai," kata model yang juga berprofesi sebagai pengajar.


Rabu, 02 Februari 2011

High Density Lipoprotein (Mengenal Kolesterol)

Kebalikannya dengan LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipopreotein) kolesterol yang sering disebut sebagai kolesterol baik. Disebut baik, karena karakter sifatnya yang mengikat kolesterol LDL yang sangat mudah membuat timbunan plak lemak di dinding pembuluh darah hingga menyebabkan penyumbatan yang berakibat fatal.
Sifat HDL mengangkut kolesterol yang memiliki kadar protein lebih sedikit dan mampu membawa kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri untuk dibuang. Kesimpulannya HDL mencegah kolesterol mengendap di arteri dan mencegah aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).


Selain itu, fungsi HDL juga memindahkan kolesterol yang ada di dalam sel ke hati untuk kemudian dieliminasi dari tubuh. HDL tidak hanya memindahkan kolesterol dari dalam sel, namun juga menghambat terjadinya oksidasi LDL.



Semakin tinggi kadar HDL sering dihubungkan dengan semakin rendah kejadian penyakit jantung serta stroke. Beberapa faktor lain yang diketahui ikut mempengaruhi penurunan kadar HDL adalah merokok.


Perbandingan kolesterol HDL
dengan LDL Merokok menekan jumlah kadar HDL di dalam darah. Bisa dibayangkan, jika populasi kolesterol jahat lebih banyak di dalam peredaran dara, maka potensi terjadinya penyumbatan di pembuluh darah semakin tinggi. Merokok berapapun kuantitasnya, sama sekali tidak memberikan keuntungan kepada tubuh.
Kolesterol HDL dapat ditingkatkan kadarnya di dalam darah dengan aktivitas olahraga secara rutin. Selain itu dengan pengendalian pola makan kita juga dapat mengatur kadar HDL demi kesehatan tubuh kita.

Untuk membantu menurunkan kadar kolesterol, Anda sebaiknya mengurangi atau sama sekali tidak mengonsumsi lemak jenuh dan trans fat serta menggantinya dengan lemak tak jenuh (monounsaturated atau polyunsaturated fat). Anda juga sebaiknya mengurangi jumlah asupan lemak per harinya. The American Heart Association merekomendasikan asupan kolesterol perhari kurang dari 300 mg. Apabila memiliki penyakit jantung, asupan kolesterol sebaiknya kurang dari 200 mg.

Minumlah minyak ikan secara teratur. Minyak ikan banyak mengandung lemak poliunsaturated atau yang dikenal dengan omega-3 yang dapat menurunkan kadar trigliserida dan mencegah pembekuan (clotting) darah, dan membantu mengatur irama jantung.

Makanlah makanan dengan kandungan serat tinggi. Makanan yang kaya akan serat (10-25 g/hari) diantaranya adalah kacang-kacangan, kacang polong, gandum, buah, dan sayuran yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol.


Sumber: www.klikdokter.com

Anatomi Jantung Manusia (Pengertian Kolesterol)

Jantung memiliki bentuk jantung cenderung berkerucut tumpul. Jantung pada tubuh manusia menempati diantara kedua paru-paru tepatnya pada bagian tengah rongga toraks.

Anatomi Jantung
Sebuah jantung memiliki 4 buah ruang berongga. Ukuran jantung sendiri kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya.

Jantung manusia terletak di sebelah kiri bagian dada, di antara paru-paru, terlindungi oleh tulang rusuk.


Pada bagian luar terdiri dari otot-otot yang saling berkontraksi. Otot-otot inilah yang berperan penting dalam memompa darah melalui pembuluh arteri.


Bagian dalam jantung terdiri dari 4 buah bilik rongga. Keempat rongga tersebut terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian kanan dan kiri yang dipisahkan oleh dinding otot yang dikenal dengan istilah septum.




Pada bagian kanan dan kiri terbagi lagi menjadi 2 bilik. Rongga bilik sebelah atas disebut dengan atria dan dua bilik bawah yang disebut dengan ventricle yang memiliki peran dalam memompa darah menuju arteri.

Sesuai dengan etimologis, jantung pada dunia medis memiliki istilah cardio / kardio. Ialah berasal dari bahasa latin, cor. Dimana cor dalam bahasa latin memiliki arti : sebuah rongga. Sebagaimana bentuk dari jantung yang memiliki rongga berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah dalam kontraksi berirama yang berulang dan berkonsistensi.

Pun, dalam kedokteran istilah kardiak memiliki makna sgala sesuatu yang berhubungan dengan jantung. Dalam bahasa Yunani, cardia sendiri digunakan untuk istilah jantung.



Ruang Jantung terbagi atas empat ruang.

  • Serambi kanan dan serambi kiri yang dipisahkan oleh septum intratrial,
  • Bilik kanan dan bilik kiri yang dipisahkan oleh septum interventrikular.




Penyakit Jantung Koroner (Dampak HiperKolesterol)

Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh utama di dunia dengan 16,7 juta kematian setiap tahunnya. PJK adalah keadaan dimana terdapat plak yang menyumbat di dalam pembuluh darah arteri. Hal ini menyebabkan suplai darah ke jantung berkurang. Plak adalah gabungan lemak, kolesterol, kalsium, dan bahan lain di dalam darah. Walaupun laki-laki sering dikaitkan dengan PJK namun wanita menopause juga berisiko terserang penyakit tersebut. Di kalangan laki-laki, faktor risiko utams PJK adalah merokok. Selain itu faktor risiko lainnya adalah usia lanjut, kurang berolahraga, riwayat keluarga PJK, dan sakit kronik (kolesterol, obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes melitus).

Etiologi dan Patofisiologi
Manifestasi PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a. Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini terutama disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di pembuluh darah koroner). Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan kongenital (bawaan).

Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung, yaitu disebut dengan infark jantung akut yang ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan ini juga akan menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan manifestasi gejala diantaranya adalah nyeri dada.




Faktor Resiko PJK
Studi epidemiologi telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor resiko PJK, yaitu:
  • Merokok, berapapun jumlahnya
  • Kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang tinggi
  • Hipertensi
  • Kadar kolesterol HDL yang rendah
  • Diabetes Mellitus
  • Usia lanjut


Selain itu terdapat pula faktor-faktor lain yang berhubungan dengan meningkatnya resiko PJK. Faktor predisposisi adalah faktor yang memperbesar resiko PJK yang diakibatkan oleh faktor-faktor resiko di atas. Faktor-faktor ini adalah:

  • Obesitas (IMT > 25 mg/m2)
  • Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 94 cm untuk pria, dan > 80 cm untuk wanita; waist hip ratio > 0,9 untuk pria, dan 0,8 untuk wanita)
  • Kebiasan kurang bergerak/aktivitas fisik kurang
  • Riwayat keluarga menderita PJK pada usia muda ( < 55 tahun untuk pria dan < 65 tahun untuk wanita)
  • Etnik tertentu
  • Faktor psikososial


Faktor resiko kondisional berhubungan dengan peningkatan resiko PJK walaupun efek penyebab secara independen masih belum terbukti secara meyakinkan. Faktor ini adalah:

  • Kadar trigliserida serum yang tinggi
  • Kadar homosistein serum yang tinggi
  • Kadar lipoprotein a yang tinggi
  • Faktor protrombotik
  • Penanda inflamasi (peradangan)
  • Gejala PJK


Nyeri dada iskemik yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar ke leher, lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pektoris stabil (APS), angina pektoris tidak stabil (APTS) atau IMA (infark miokard akut). Keluhan nyeri dada yang memerlukan perhatian secara serius memiliki karakteristik sebagai berikut :

Nyeri dada yang baru dirasakan (< 1 bulan)
Perubahan kualitas nyeri dada, seperti meningkatnya frekuensi atau beratnya nyeri dada, atau nyeri dada yang dirasakan saat istirahat

Nyeri dada yang tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrat sublingual
Gejala lain yang mungkin menyertai adalah sesak napas, perasaan melayang dan pingsan (sinkop).
Bila dilakukan pemeriksaan fisik dapat ditemukan hipertensi, pembesaran jantung dan kelainan bunyi jantung dan bising jantung.


Pemeriksaan Tambahan
Hal yang pertama kali dilakukan adalah memasang EKG untuk melihat gambaran khas iskemia (jaringan kekurangan pasokan oksigen) ataupun infark (kematian jaringan). Pemeriksaan EKG tidak hanya dilakukan bila pasien mengeluh nyeri dada tetapi dapat digunakan untuk deteksi dini yang dapat dikerjakan waktu istirahat, waktu aktivitas sehari-hari (Holter), ataupun waktu stres (latihan/obat-obatan) yang ditambah dengan pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium terutama untuk menemukan faktor risiko.

Pemeriksaan darah seperti CK-MB (Creatine kinaseMB) dan troponin T dilakukan untuk melihat adanya peningkatan kadar enzim jantung yang menandakan telah terjadi IMA.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah ekokardiografi dan radio nuclid myocardial imaging (RNMI) waktu istirahat dan stres fisis ataupun obat-obatan, sampai dengan arteriografi koroner dan angiografi ventrikel kiri (AK & LVG).



Tata Laksana
Tatalaksana untuk penyakit jantung koroner bersifat umum dan khusus. Untuk tatalaksana umum yang terpenting adalah perubahan gaya hidup yang dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit. Pemeriksaan jantung berkala sangat penting dilakukan untuk pasien yang berisiko maupun tidak.

Tatalaksana khusus diberikan untuk pasien yang sudah mengalami gejala PJK. Pemberian obat-obatan vasodilator dan trombolitik sangat penting dalam jangka waktu yang cepat setelah mengalami serangan.
Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan obat-obatan seperti nitrat sublingual (diberikan dibawah lidah), nitrogliserin atau morfin.

Secara umum tatalakasana nya adalah sebagai berikut;
a. Medikamentosa:

  • Nitrat
  • Beta blocker
  • Antagonis kalsium


b. Revaskularisasi

  • Trombolitik. Efektif diberikan dalam waktu < 12 jam setelah keluhan nyeri dada dan usia paien < 75 tahun.

Prosedur invasif non operatif. Dapat dilakukan intervensi koroner perkutan primer jika dilakukan < 6 jam setelah mengalami serangan. Selain itu PCI dilakukan bila terapi trombolitik gagal.

Operasi (arteri koroner Bypass (CABG).





Kolesterol dan Jantung (Dampak HiperKolesterol)

Ketika keadaan hiperkolesterol dalam darah mulai menimbulkan sumbatan di pembuluh darah, akibat plak dari timbunan kolesterol LDL, dampak yang paling mengerikan disamping stroke adalah ancaman risiko penyakit jantung koroner.

Penyakit jantung koroner terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis dimana terjadinya pembentukan plak dalam pembuluh darah yang merupakan suatu kelainan degeneratif, meskipun dipengaruhi oleh banyak faktor.

Karena kelainan degeneratif, maka dengan usia harapan hidup Indonesia yang makin bertambah, jelas bahwa insidensinya akan semakin meningkat. Selain itu seringnya ia menyebabkan kematian mendadak dan menyerang usia yang amat produktif maka PJK menjadi suatu penyakit yang penting.

Gejala dan Tanda
Nyeri dada iskemik yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar ke leher, lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pektoris stabil (APS), angina pektoris tidak stabil (APTS) atau IMA (infark miokard akut). Keluhan nyeri dada yang memerlukan perhatian secara serius memiliki karakteristik sebagai berikut:

Nyeri dada yang baru dirasakan (< 1 bulan)
Perubahan kualitas nyeri dada, seperti meningkatnya frekuensi atau beratnya nyeri dada, atau nyeri dada yang dirasakan saat istirahat
Nyeri dada yang tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrat sublingual
Gejala lain yang mungkin menyertai adalah sesak napas, perasaan melayang dan pingsan (sinkop). Bila dilakukan pemeriksaan fisik dapat ditemukan hipertensi, pembesaran jantung dan kelainan bunyi jantung dan bising jantung.

Terpenting dalam mencegah hal penyakit jantung koroner adalah dengan adalah perubahan gaya hidup yang dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit. Pemeriksaan jantung berkala sangat penting dilakukan untuk pasien yang berisiko maupun tidak.

Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Mencegah terjadinya penimbunan plak lemak dari kolesterol LDL lebih bijaksana daripada mengobati keadaan yang ada.