PENYAKIT jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Di usia menopause, wanita berisiko dua sampai tiga kali serangan jantung dan stroke. Mengapa?
Kematian akibat penyakit jantung dan stroke lebih banyak dialami wanita daripada pria. Perbandingan itu tampak pada survei American Heart Association's pada 2002. Sebanyak 38 persen wanita meninggal dalam tahun pertama setelah serangan jantung pertama dibandingkan pria hanya 25 persen.
Pada tahun yang sama, WHO juga melakukan survei dengan hasil tidak kalah mencengangkan. Di Negara negara berkembang 50 persen kematian wanita usia di atas 50 tahun karena penyakit jantung dan stroke. Risiko tersebut terkait dengan penurunan kadar hormon estrogen.
Spesialis Jantung RS Jantung Harapan Kita dr Amiliana Mardiani Soesanto SpJP mengatakan, hormon estrogen yang ada di dalam tubuh wanita mampu melindungi diri dari serangan penyakit jantung dan stroke.
"Hormon estrogen bersifat melindungi dengan membuat pembuluh darah lebih lebar sehingga mampu mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke," ujar Mili, sapaan akrabnya di sela-sela acara "Go Red For Women", di Jakarta.
Dalam kehidupan wanita dipengaruhi tiga fase yaitu masa anak-anak, masa reproduksi, dan masa menopause. Saat masa reproduksi, kadar estrogen sangat tinggi sehingga mampu melindungi diri dari serangan jantung dan stroke.
Berbeda, ketika wanita memasuki masa menopause, kadarestrogendalam tubuhnya menurun, berarti pula pelindung di dalam tubuh berkurang. Menurut dia, pada wanita yang mengalami serangan pertama kali lebih berisiko pula untuk mengalami kematian. Semakin berbahaya penyakit jantung dan stroke pada wanita karena sering kali tidak menimbulkan gejala yang spesifik.
Pada umumnya, gejala serangan jantung adalah sakit di bagian dada. Adapun, pada wanita ditandai dengan rasa tidak nyaman pada lengan, bahu, punggung, leher, rahang, dan perut.
Terkadang, gejala yang ditimbulkan adalah napas pendek tanpa merasakan sakit di bagian dada. Walaupun tidak merasakan gejala, sebaiknya tetap rajin memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui kondisi badan.
Kesehatan jantung dan stroke berhubungan erat dengan pola gaya hidup yang keliru. Faktor risiko tersebut meliputi kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, obesitas, kurang bergerak, diabetes melitus, dan riwayat keluarga.
Stres merupakan reaksi tubuh ketika berbagai stimulus mengganggu. Stimulus itu mengganggu keseimbangan fisik, mental atau emosional.
Psikolog Universitas Indonesia Dra Ratih Andjayani Ibrahim MM Psi mengungkapkan stres merupakan faktor eksternal yang bisa memengaruhi kesehatan jantung. Kesibukan pekerjaan tidak lantas mengabaikan pola dan gaya hidup sehat. Duta Go Red for Women Indonesia Susan Bachtiar menceritakan kehidupannya yang bebas dari rokok, makan sesuai golongan darah, istirahat cukup, berolahraga setiap pagi, tidak mengonsumsi alkohol dan menjaga pikiran agar tidak stres.
"Saya ingin hidup sehat untuk orang-orang yang saya cintai," kata model yang juga berprofesi sebagai pengajar.
Tampilkan postingan dengan label Stress dan Jantung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Stress dan Jantung. Tampilkan semua postingan
Selasa, 22 Maret 2011
Rabu, 02 Februari 2011
Aktivitas Fisik dan Jantung Sehat
Latihan fisik atau olahraga dapat menjaga agar anda tetap sehat, meningkatkan mobilitas, menghindari faktor risiko tulang keropos, dan mengurangi stres. Penelitian membuktikan bahwa orang yang berolahraga memiliki faktor risiko lebih rendah untuk menderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
Langkah pertama untuk memulai olahraga adalah kunjungi dokter anda apabila anda memiliki beberapa kondisi seperti di bawah ini :
- Anda meminum obat teratur
- Memiliki masalah jantung sebelumnya
- Memiliki diabetes melitus
- Memiliki gangguan pada tulang atau sendi
- Memiliki tekanan darah tinggi dan tidak meminum obat
- Memiliki riwayat penyakit jantung koroner di keluarga
- Berusia > 45 tahun pada pria dan > 50 tahun pada wanita dan anda jarang atau tidak pernah berolahraga sebelumnya
- Merokok
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
Jenis Latihan
Terdapat tiga kategori jenis latihan yaitu latihan kardiovaskular, beban, dan latihan kelenturan:
Aktivitas Fisik dan Jantung Sehat |
- Latihan kardiovaskular dikenal dengan latihan aerobik. Latihan ini menggunakan otot-otot besar. Jenis latihannya adalah berjalan, jogging, berenang, dan bersepeda. Tipe latihan ini akan memacu tubuh anda untuk menggunakan oksigen lebih efisien dan meningkatkan asupan maksimum nutrisi dan oksigen untuk jantung, paru-paru, dan sistim sirkulasi.
- Latihan beban dan kelenturan dikenal dengan latihan anaerobik. Latihan anaerobik tidak memiliki keuntungan seperti latihan kardiovaskular namun membuat otot dan tulang lebih kuat.
- Latihan kelenturan dilakukan untuk melatih tonus otot melalui stretching sehingga dapat mencegah gangguan otot dan sendi di kemudian hari. Latihan yang seimbang adalah latihan dengan mengkombinasikan keduanya.
Pemanasan
Pemanasan akan membantu tubuh menyiapkan dirinya dari kondisi istirahat ke dalam kondisi siap latihan. Latihan pemanasan akan mengurangi ketegangan di otot dan secara perlahan meningkatkan frekuensi pernapasan, sirkulasi (detak jantung), dan temperatur tubuh. Latihan ini juga akan membantu meningkatkan kelenturan dan mengurangi risiko terjadinya cidera. Latihan pemanasan yang terbaik adalah stretching, berjalan, mengayuh sepeda perlahan dimana intensitasnya ditingkatkan secara perlahan-lahan. Lakukan latihan pemanasan selama 5-10 menit sebelum melakukan latihan fisik.
Latihan Kardiovaskular
Latihan kardiovaskular adalah latihan yang dapat meningkatkan detak jantung dan membuat anda berkeringat. Minimal latiha kardiovaskular dilakukan selama 20 menit sebanyak 3-4x/minggu. Apabila tujuan anda adalah untuk menurunkan berat badan, anda sebaiknya melakukan latihan kardiovaskular lebih dari 4 x/minggu dan masing-masing selama 30-45 menit atau lebih lama.
Latihan kardiovaskular ideal adalah latihan yang dimulai dengan 5-10 menit pemanasan sehingga secara perlahan meningkatkan detak jantung anda. Dilanjutkan dengan latihan selama 20 menit atau lebih dengan jenis latihan seperti jogging, treadmill, aerobik, atau berjalan untuk mencapai Target Detak Jantung. Target detak jantung adalah panduan untuk mengukur kondisi anda sebelum olahraga dan membantu mengetahui progresifitas dari latihan yang anda lakukan. Target detak jantung juga dapat memperlihatkan seberapa berat anda berolahraga.
Untuk mencapai target detak jantung, hitunglah selalu frekuensi nadi anda ketika sedang berlatih. Anda dapat melakukan pengukuran frekuensi nadi di 2 tempat yaitu pada pergelangan tangan bagian dalam sisi luar atau sejajar dengan ibu jari, dan yang kedua adalah pada sisi leher (arteri karotis). Hitunglah frekuensi nadi selama 10 detik dan kalikan 6, anda akan mendapatkan detak jantung selama 1 menit.
Target Detak Jantung (Heart Rate) berdasarkan usia
Usia
|
Rendah (50%)
|
Tinggi (75%)
|
20
|
100
|
150
|
25
|
98
|
146
|
30
|
95
|
143
|
35
|
93
|
139
|
40
|
90
|
135
|
45
|
88
|
131
|
50
|
85
|
128
|
55
|
83
|
124
|
60
|
80
|
120
|
65
|
78
|
116
|
70
|
75
|
113
|
Catatan : bila anda meminum obat tertentu seperti beta bloker (contoh : propanolol), anda mungkin tidak akan mencapai target detak jantung anda. Ingatlah untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai latihan
Pada saat latihan, anda tidak mungkin langsung mencapai target denyut jantung karena otot dan sistim sirkulasi membutuhkan waktu untuk melakukan pemanasan secara perlahan. Tingkatkan latihan fisik yang anda lakukan secara perlahan sampai tercapai target detak jantung. Akhiri latihan dengan melakukan pendinginan selama 5-10 menit yang akan membantu menurunkan detak jantung perlahan dan mencegah otot menjadi keram.
Sangat penting untuk menjaga asupan cairan (minum air dalam jumlah cukup) ketika berolahraga karena cairan tubuh akan keluar melalui keringat (mekanisme alami untuk mendinginkan tubuh).
Latihan Beban
Latihan beban akan membuat otot dan tulang anda semakin kuat serta meningkatkan metabolisme. Latihan beban juga akan membuat otot anda bertambah besar. Otot akan menggunakan kalori sebagai energi bahkan ketika tubuh anda sedang beristirahat. Jadi dengan meningkatkan massa otot, anda akan membakar kalori lebih banyak lagi setiap waktunya. Apabila anda berlatih teratur, anda akan mendapatkan tubuh yang terlihat lebih langsing dan lemak yang menghilang.
Untuk hasil yang terbaik, latihan beban sebaiknya dilakukan 2-3 kali seminggu. Selalu lakukan pemanasan untuk otot anda terlebih dahulu selama 5-10 menit sebelum anda memulai latihan mengangkat beban untuk menghindari cidera saat latihan.
Temukan beban yang dapat anda angkat secara repetisi sebanyak 8-12 kali. Ketika anda dapat mengangkat beban sebanyak 12-15 kali dengan mudah, sudah saatnya anda meningkatkan beban menjadi lebih berat.
Anda sebaiknya memilih latihan yang menggunakan kaki, lengan, dada, punggung, dan perut. Pastikan setiap gerakan anda lakukan dengan perlahan dan terkontrol. Jangan lakukan gerakan menghentak dengan menggunakan kekuatan berlebih. Juga jangan menahan napas saat melakukan pergerakan. Ingatlah untuk mengeluarkan napas saat anda mengangkat beban dan mengambil napas saat menurunkan beban.
Latihan untuk melatih kelenturan
Latihan kelenturan dapat memperbaiki postur tubuh, mengurangi risiko cidera, dan mengurangi nyeri otot yang terjadi akibat latihan. Sebelum anda memulai latihan, lakukanlah 5-10 menit pemanasan untuk otot anda. Berlatih tanpa pemanasan dapat mengakibatkan cidera otot. Beberapa aktivitas pemanasan yang dapat dilakukan adalah berjalan, berkendara sepeda secara perlahan, atau jogging ringan. Pemanasan sebaiknya dilakukan untuk masing-masing bagian otot selama 10-30 detik secara perlahan. Jangan melonjak-lonjak ketika berlatih karena dapat mengakibatkan cidera. Juga jangan terlalu jauh merentangkan otot karena dapat mengakibatkan cidera. Usahakan jangan menahan napas saat berlatih, sebaliknya tarik napas yang panjang dan lama selama berlatih.
Pendinginan
Penginginan adalah tahapan terakhir dari olahraga atau aktivitas fisik yang anda lakukan. Latihan ini akan mebuat tubuh secara perlahan menurunkan metabolisme akibat latihan utama yang dilakukan. Detak jantung dan tekanan darah anda akan perlahan kembali ke normal. Pendinginan bukan berarti anda duduk atau berbaring. Justru sebaiknya anda tidak duduk atau berbaring setelah berolahraga karena hal ini akan menyebabkan anda merasa pusing dan berdebar-debar. Pendinginan yang terbaik adalah secara perlahan menurunkan aktivitas fisik sampai detak jantung mendekati normal kembali.
Beberapa tips berolah raga :
- Secara perlahan tingkatkan level latihan anda, terutama bila anda tidak terbiasa berolahraga
- Tunggulah minimal 1,5 jam setelah makan sebelum anda berolahraga
- Ingatlah untuk selalu melakukan pemanasan selama 5-10 menit, latihan utama selama 20-30 menit, dan diikuti pendinginan selama 5-10 menit
- Berlatihlah dengan kecepatan yang sama. Jagalah kecepatan dimana anda masih dapat berbicara saat latihan
- Pilihlah aktivitas fisik yang anda nikmati agar anda tidak cepat bosan
Yang perlu diperhatikan saat berolahraga :
- Hentikan latihan apabila anda merasa kelelahan atau sesak napas. Lakukan pengurangan aktivitas fisik secara perlahan. Istirahatlah dengan mengangkat kaki anda lebih tiggi
- Jangan berolahraga apabila anda sedang tidak enak badan atau mengalami demam
- Hentikan latihan apabila anda mengalami detak jantung tidak beraturan atau berdebar-debar. Periksa frekuensi nadi anda setiap 15 menit. Apabila masih tetap diatas 120-150x/menit, segeralah berkonsultasi dengan dokter
Hentikan olahraga apabila anda mengalami gejala :
- Nyeri dada
- Lemas
- Pusing atau berkunang-kunang
- Pembengkakan di tubuh atau di kaku
- Merasakan tekanan di dada, leher, lengan, dan rahang serta rasa tercekik di leher.
Penyakit Jantung Koroner (Dampak HiperKolesterol)
Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh utama di dunia dengan 16,7 juta kematian setiap tahunnya. PJK adalah keadaan dimana terdapat plak yang menyumbat di dalam pembuluh darah arteri. Hal ini menyebabkan suplai darah ke jantung berkurang. Plak adalah gabungan lemak, kolesterol, kalsium, dan bahan lain di dalam darah. Walaupun laki-laki sering dikaitkan dengan PJK namun wanita menopause juga berisiko terserang penyakit tersebut. Di kalangan laki-laki, faktor risiko utams PJK adalah merokok. Selain itu faktor risiko lainnya adalah usia lanjut, kurang berolahraga, riwayat keluarga PJK, dan sakit kronik (kolesterol, obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes melitus).
Etiologi dan Patofisiologi
Manifestasi PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a. Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini terutama disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di pembuluh darah koroner). Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan kongenital (bawaan).
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung, yaitu disebut dengan infark jantung akut yang ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan ini juga akan menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan manifestasi gejala diantaranya adalah nyeri dada.
Faktor Resiko PJK
Studi epidemiologi telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor resiko PJK, yaitu:
Selain itu terdapat pula faktor-faktor lain yang berhubungan dengan meningkatnya resiko PJK. Faktor predisposisi adalah faktor yang memperbesar resiko PJK yang diakibatkan oleh faktor-faktor resiko di atas. Faktor-faktor ini adalah:
Faktor resiko kondisional berhubungan dengan peningkatan resiko PJK walaupun efek penyebab secara independen masih belum terbukti secara meyakinkan. Faktor ini adalah:
Nyeri dada iskemik yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar ke leher, lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pektoris stabil (APS), angina pektoris tidak stabil (APTS) atau IMA (infark miokard akut). Keluhan nyeri dada yang memerlukan perhatian secara serius memiliki karakteristik sebagai berikut :
Nyeri dada yang baru dirasakan (< 1 bulan)
Perubahan kualitas nyeri dada, seperti meningkatnya frekuensi atau beratnya nyeri dada, atau nyeri dada yang dirasakan saat istirahat
Nyeri dada yang tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrat sublingual
Gejala lain yang mungkin menyertai adalah sesak napas, perasaan melayang dan pingsan (sinkop).
Bila dilakukan pemeriksaan fisik dapat ditemukan hipertensi, pembesaran jantung dan kelainan bunyi jantung dan bising jantung.
Pemeriksaan Tambahan
Hal yang pertama kali dilakukan adalah memasang EKG untuk melihat gambaran khas iskemia (jaringan kekurangan pasokan oksigen) ataupun infark (kematian jaringan). Pemeriksaan EKG tidak hanya dilakukan bila pasien mengeluh nyeri dada tetapi dapat digunakan untuk deteksi dini yang dapat dikerjakan waktu istirahat, waktu aktivitas sehari-hari (Holter), ataupun waktu stres (latihan/obat-obatan) yang ditambah dengan pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium terutama untuk menemukan faktor risiko.
Pemeriksaan darah seperti CK-MB (Creatine kinaseMB) dan troponin T dilakukan untuk melihat adanya peningkatan kadar enzim jantung yang menandakan telah terjadi IMA.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah ekokardiografi dan radio nuclid myocardial imaging (RNMI) waktu istirahat dan stres fisis ataupun obat-obatan, sampai dengan arteriografi koroner dan angiografi ventrikel kiri (AK & LVG).
Tata Laksana
Tatalaksana untuk penyakit jantung koroner bersifat umum dan khusus. Untuk tatalaksana umum yang terpenting adalah perubahan gaya hidup yang dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit. Pemeriksaan jantung berkala sangat penting dilakukan untuk pasien yang berisiko maupun tidak.
Tatalaksana khusus diberikan untuk pasien yang sudah mengalami gejala PJK. Pemberian obat-obatan vasodilator dan trombolitik sangat penting dalam jangka waktu yang cepat setelah mengalami serangan.
Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan obat-obatan seperti nitrat sublingual (diberikan dibawah lidah), nitrogliserin atau morfin.
Secara umum tatalakasana nya adalah sebagai berikut;
a. Medikamentosa:
b. Revaskularisasi
Prosedur invasif non operatif. Dapat dilakukan intervensi koroner perkutan primer jika dilakukan < 6 jam setelah mengalami serangan. Selain itu PCI dilakukan bila terapi trombolitik gagal.
Operasi (arteri koroner Bypass (CABG).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh utama di dunia dengan 16,7 juta kematian setiap tahunnya. PJK adalah keadaan dimana terdapat plak yang menyumbat di dalam pembuluh darah arteri. Hal ini menyebabkan suplai darah ke jantung berkurang. Plak adalah gabungan lemak, kolesterol, kalsium, dan bahan lain di dalam darah. Walaupun laki-laki sering dikaitkan dengan PJK namun wanita menopause juga berisiko terserang penyakit tersebut. Di kalangan laki-laki, faktor risiko utams PJK adalah merokok. Selain itu faktor risiko lainnya adalah usia lanjut, kurang berolahraga, riwayat keluarga PJK, dan sakit kronik (kolesterol, obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes melitus).
Etiologi dan Patofisiologi
Manifestasi PJK disebabkan karena ketidak seimbangan antara kebutuhan O2 sel otot jantung dengan masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari O2 dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran O2 yang kurang dari a. Koroner akan menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini terutama disebabkan karena proses pembentukan plak aterosklerosis (sumbatan di pembuluh darah koroner). Sebab lainnya dapat berupa spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan kongenital (bawaan).
Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung, yaitu disebut dengan infark jantung akut yang ireversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hasil dari kerusakan ini juga akan menyebabkan gangguan metabolik yang akan berefek gangguan fungsi jantung dengan manifestasi gejala diantaranya adalah nyeri dada.
Faktor Resiko PJK
Studi epidemiologi telah berhasil mengidentifikasi faktor-faktor resiko PJK, yaitu:
- Merokok, berapapun jumlahnya
- Kadar kolesterol total dan kolesterol LDL yang tinggi
- Hipertensi
- Kadar kolesterol HDL yang rendah
- Diabetes Mellitus
- Usia lanjut
Selain itu terdapat pula faktor-faktor lain yang berhubungan dengan meningkatnya resiko PJK. Faktor predisposisi adalah faktor yang memperbesar resiko PJK yang diakibatkan oleh faktor-faktor resiko di atas. Faktor-faktor ini adalah:
- Obesitas (IMT > 25 mg/m2)
- Obesitas abdominal (lingkar pinggang > 94 cm untuk pria, dan > 80 cm untuk wanita; waist hip ratio > 0,9 untuk pria, dan 0,8 untuk wanita)
- Kebiasan kurang bergerak/aktivitas fisik kurang
- Riwayat keluarga menderita PJK pada usia muda ( < 55 tahun untuk pria dan < 65 tahun untuk wanita)
- Etnik tertentu
- Faktor psikososial
Faktor resiko kondisional berhubungan dengan peningkatan resiko PJK walaupun efek penyebab secara independen masih belum terbukti secara meyakinkan. Faktor ini adalah:
- Kadar trigliserida serum yang tinggi
- Kadar homosistein serum yang tinggi
- Kadar lipoprotein a yang tinggi
- Faktor protrombotik
- Penanda inflamasi (peradangan)
- Gejala PJK
Nyeri dada iskemik yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar ke leher, lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh angina pektoris stabil (APS), angina pektoris tidak stabil (APTS) atau IMA (infark miokard akut). Keluhan nyeri dada yang memerlukan perhatian secara serius memiliki karakteristik sebagai berikut :
Nyeri dada yang baru dirasakan (< 1 bulan)
Perubahan kualitas nyeri dada, seperti meningkatnya frekuensi atau beratnya nyeri dada, atau nyeri dada yang dirasakan saat istirahat
Nyeri dada yang tidak hilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrat sublingual
Gejala lain yang mungkin menyertai adalah sesak napas, perasaan melayang dan pingsan (sinkop).
Bila dilakukan pemeriksaan fisik dapat ditemukan hipertensi, pembesaran jantung dan kelainan bunyi jantung dan bising jantung.
Pemeriksaan Tambahan
Hal yang pertama kali dilakukan adalah memasang EKG untuk melihat gambaran khas iskemia (jaringan kekurangan pasokan oksigen) ataupun infark (kematian jaringan). Pemeriksaan EKG tidak hanya dilakukan bila pasien mengeluh nyeri dada tetapi dapat digunakan untuk deteksi dini yang dapat dikerjakan waktu istirahat, waktu aktivitas sehari-hari (Holter), ataupun waktu stres (latihan/obat-obatan) yang ditambah dengan pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium terutama untuk menemukan faktor risiko.
Pemeriksaan darah seperti CK-MB (Creatine kinaseMB) dan troponin T dilakukan untuk melihat adanya peningkatan kadar enzim jantung yang menandakan telah terjadi IMA.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah ekokardiografi dan radio nuclid myocardial imaging (RNMI) waktu istirahat dan stres fisis ataupun obat-obatan, sampai dengan arteriografi koroner dan angiografi ventrikel kiri (AK & LVG).
Tata Laksana
Tatalaksana untuk penyakit jantung koroner bersifat umum dan khusus. Untuk tatalaksana umum yang terpenting adalah perubahan gaya hidup yang dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang dapat memperberat penyakit. Pemeriksaan jantung berkala sangat penting dilakukan untuk pasien yang berisiko maupun tidak.
Tatalaksana khusus diberikan untuk pasien yang sudah mengalami gejala PJK. Pemberian obat-obatan vasodilator dan trombolitik sangat penting dalam jangka waktu yang cepat setelah mengalami serangan.
Untuk mengatasi nyeri dapat diberikan obat-obatan seperti nitrat sublingual (diberikan dibawah lidah), nitrogliserin atau morfin.
Secara umum tatalakasana nya adalah sebagai berikut;
a. Medikamentosa:
- Nitrat
- Beta blocker
- Antagonis kalsium
b. Revaskularisasi
- Trombolitik. Efektif diberikan dalam waktu < 12 jam setelah keluhan nyeri dada dan usia paien < 75 tahun.
Prosedur invasif non operatif. Dapat dilakukan intervensi koroner perkutan primer jika dilakukan < 6 jam setelah mengalami serangan. Selain itu PCI dilakukan bila terapi trombolitik gagal.
Operasi (arteri koroner Bypass (CABG).
Langganan:
Postingan (Atom)