Cuci Tangan Pakai Sabun Upaya Memutus Sumber Cemaran
Sebagaimana diketahui, flora bakteri yang terdapat pada kulit manusia adalah Staphylococcus epidermis (non patogenik) dan S. aureus bakteri ini dapat berkembang biak dalam makanan dan membentuk toksin dan dapat menimbulkan keracunan makanan.
Proses terjadinya pencemaran makanan, selain akibat tubuh dapat pula karena prilaku pengelola makanan. Faktor pengelola ini dapat menularkan penyakit kepada makanan antara lain karena:
Faktor tangan kotor: Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, faeces, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang terlibat dalam penanganan makanan. Entero-toksigenic dari Staphylococcus aureus dibawa dalam hidung orang yang sehat dan sering ditemukan dalam kulit dan kadang dalam tinja.
Perilaku mencuci tangan, terbukti efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokan, dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikrobia. Pekerja dapat menjadi sumber bakteri penyebab penyakit.
Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan atau cemaran. Sedangkan pedoman praktis kapan pencucian tangan harus dilakukan, antara lain:
Mencuci tangan sangat penting terutama tenaga food handler yang mengolah makanan mulai dari persiapan sampai kepada penyajian makanan, tangan sangat potensial untuk memindahkan penyakit terhadap makanan yang diolah. Redmond and Griffith, (2003) dalam penelitian mengenai pengamatan perilaku food handler menunjukkan bahwa 91 % food handler tidak membersihkan tangan saat mengolah bahan mentah daging unggas sampai makanan itu siap untuk dihidangkan, 61% food handler tidak menggunakan pisau yang baik, dan 100% food handler tidak mencuci tangan dengan baik.
Sebagaimana diketahui, flora bakteri yang terdapat pada kulit manusia adalah Staphylococcus epidermis (non patogenik) dan S. aureus bakteri ini dapat berkembang biak dalam makanan dan membentuk toksin dan dapat menimbulkan keracunan makanan.
Proses terjadinya pencemaran makanan, selain akibat tubuh dapat pula karena prilaku pengelola makanan. Faktor pengelola ini dapat menularkan penyakit kepada makanan antara lain karena:
Faktor tangan kotor: Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, faeces, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pekerja yang terlibat dalam penanganan makanan. Entero-toksigenic dari Staphylococcus aureus dibawa dalam hidung orang yang sehat dan sering ditemukan dalam kulit dan kadang dalam tinja.
Perilaku mencuci tangan, terbukti efektif dalam upaya mencegah kontaminasi pada makanan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokan, dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikrobia. Pekerja dapat menjadi sumber bakteri penyebab penyakit.
Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan atau cemaran. Sedangkan pedoman praktis kapan pencucian tangan harus dilakukan, antara lain:
- Sebelum memulai pekerjaan dan pada waktu menangani kebersihan tangan harus tetap dijaga.
- Sesudah waktu istirahat.
- Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi misalnya merokok, makan, minum, bersin, batuk dan setelah menggunakan toilet (buang air besar atau kecil)
- Setelah menyentuh benda-benda yang dapat sebagai sumber kontaminan misalnya telepone, kain atau baju kotor bahan makanan mentah maupun segar, daging, cangkang telur, dan peralatan kotor.
- Setelah mengunyah permen karet atau setelah menggunakan tusuk gigi.
- Setelah menyentuh kepala, rambut, hidung, mulut, dan bagian-bagian tubuh yang terluka.
- Setelah menangani sampah serta kegiatan-kegiatan pembersihan, misalnya menyapu atau memungut benda yang terjatuh di lantai.
- Sesudah menggunakan bahan-bahan pembersih atau sanitaiser kimia.
- Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan kerja.
Menurut State of Wisconsin (2002), tahapan pencucian tangan yang benar adalah seaabagai berikut ::
- Lengan baju digulung kemudian membasahi tangan dengan air hangat.
- Menggunakan sabun, bukan larutan pendesinfeksi tangan dan perbanyak sabun hingga menutupi tangan sampai lengan bawah.
- Tangan digosok secara bersama-sama sedikitnya 20 detik dan pastikan telapak tangan, punggung tangan, diantara jarijari serta lengan bawah tercuci.
- Jari-jari tangan dibersihkan dengan menggunkan sikat kuku jari.
- Tangan dibilas dengan air hangat.
- Kemudian tangan dikeringkan dengan handuk/kertas tissue sekali pakai. Tutuplah kran dengan handuk/kertas tissue untuk mencegah rekontaminasi tangan.
Mencuci tangan sangat penting terutama tenaga food handler yang mengolah makanan mulai dari persiapan sampai kepada penyajian makanan, tangan sangat potensial untuk memindahkan penyakit terhadap makanan yang diolah. Redmond and Griffith, (2003) dalam penelitian mengenai pengamatan perilaku food handler menunjukkan bahwa 91 % food handler tidak membersihkan tangan saat mengolah bahan mentah daging unggas sampai makanan itu siap untuk dihidangkan, 61% food handler tidak menggunakan pisau yang baik, dan 100% food handler tidak mencuci tangan dengan baik.
Refference:
- Modul Penyehatan Makanan dan Minuman untuk Petugas Puskesmas, Pengambilan Contoh dan Spesimen Makanan. Ditjen PPM dan PLP Depkes RI - 1996
- State of Wisconsin Approval plan for management of barehandcontact of ready-to-eat foods. Hand Washing and Hygiene, (2002)