a. Definisi Induksi Persalinan
Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan beda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan – tidakan tersebut di kerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu (Wiknjosastro, hanifa, 2007: 73)
Induksi persalinan merupakan suatu proses untuk memulai aktivitas uterus untuk mencapai pelahiran per vaginam (David T.Y Liu, 2002: 182)
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelanng aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan, atau belum in partu, dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan ( umur kandungan di atas 28 minggu) (dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG 2010: 451)
Jadi, dapat di simpulkan bahwa induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses kelahiran ( dari tidak ada tanda – tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada), cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahimsecara normal.
Induksi persalinan dilakukan karena :
Kehamilan sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari 9 bulan, ( kehamilan lewat waktu). Di mana kehamilan melebihi 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin menpunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan:
1) Pertumbuhan janin makin melambat
2) Terjadi perubahan metabolisme
3) Air ketuban berkurang dan makin mengental
4) Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali di bandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya yaitu sepert, letak defleksi, posisi oksiput posterior, diastosia bahu, dan pendarahan post partum.
c. Indikasi Induksi Persalinan
Menurut, dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG 2010: 451, bahwa induksi persalinan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Indikasi Ibu
a) Berdasarkan penyakit yang di derita
(a) Penyakit ginjal
(b) Penyakit jantung
(c) Penyakit hipertensi
(d) Diabetes Melitus
(e) Keganasan Payudara dan porsio
b) Komplikasi kehamilan
(a) Pre-eklamsi
(b) Eklamsi
c) Berdasarkan kondisi fisik
(a) Kesempitan panggul
(b) Kelainan bentuk panggul
(c) Kelainan bentuk tulang belakang
2) Indikasi Janin
a) Kehamilan lewat waktu
b) Plasenta previa
c) Solusio plasenta
d) Kematian intrauterin
e) Kematian berulang dalam rahim
f) Kelainan kongenital
g) Ketuban pecah dini
d. Kontraindikasi Induksi Persalinan
Menurut, dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG 2010: 453, kontraindikasi pada induksi persalinan yang akan dilakukan lebih merugikan dibandingkan tindakan sectio caesarea langsung.
1) Untuk janin
a) Diasproporsi sefalopelvis
b) Malposisi dan malpresentasi janin
c) Denyut jantung janin yang meragukan
2) Untuk ibu
a) Plasenta previa
b) Grande multipara
c) Infeksi herpes genital aktif
d) Riwayat insisi uterus klasik atau bedah uterus
e) Distensi rahim yang berlebihan, misalnya pada hidramion.
e. Manisfestasi Klinis Induksi Persalinan
Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat, dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang di timbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian di lakukan operasi sectio caesarea ( David T.Y. Liu 2007:185)
f. Patofisiologis
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi, diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis dan kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu , ini dapat di buktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasenta laktogen (dr. Ida Ayu Chandranita Manuaba, SpOG 2010: 454).
g. Jenis Induksi Persalinan
1) Secara medis
a) Infus oksitosin
b) Prostaglandin
c) Cairan hipertonik intrauterin
2) Secara manipulatif atau dengan tindakan
a) Amniotomi
b) Melepaskan selaput ketuban dari bawah rahim (Stripping of the membrane)
c) Pemakaian rangsangan listrik
d) Rangsangan pada puting susu
h. Komplikasi Induksi Persalinan
Penyulit pemberian infus Oksitosin pada ibu adalah:
1) Tetania uteri, ruptura uteri membakat dan ruptura uteri
2) Gawat janin
0 komentar:
Posting Komentar