Menginformasikan arti penting nya menjaga kebersihan dan merawat diri menjadi bagian yang harus diajarkan orang tua dalam masa pertumbuhan anak. Jika diajarkan sejak dini, anak akan terbiasa menjaga lingkungannya tetap bersih dan kesehatannya tetap terjaga.
Beberapa cara membiasakan anak untuk hidup bersih yakni mengajarkannya untuk selalu membuang sampah ke tempatnya dan mencuci tangan memakai sabun. Dalam membiasakan hidup bersih ini, orang tua memang membutuhkan teknik tersendiri. Cara yang paling utama adalah dengan menciptakan lingkungan, keadaan, dan kegiatan yang menyenangkan bagi si anak.
Menanamkan budaya hidup bersih juga dapat digunakan sebagai satu media pembelajaran untuk penerapan disiplin. Bagaimana cara mengajarkannya? Orang tua harus menjadi contoh. Anak perlu dibiasakan untuk melakukan hal-hal yang bisa diawali dengan teladan dari orang tua.
Penanaman budaya perilaku hidup bersih sehat (PHBS) sejak dini diyakini akan membawa pengaruh positif bagi internalisasi dan implementasi budaya kesehatan dengan pendekatan promotif di Indonesia, kata dr Handrawan Nadesul selaku penggiat Dokter Kecil dan edukator PHBS pada Kamp Dokter Kecil Lifebuoy.
Selain orang tua, yang bisa memberikan motivasi dan dorongan hidup bersih kepada anak adalah teman seumurannya. Karena itu, peran Dokter Kecil di sekolah menjadi penting. Bisa dibilang, mereka ini merupakan penggerak kesehatan di lingkungan sekolah. Revitalisasi Dokter Kecil merupakan program yang sangat implementatif karena terjangkau dan termonitor secara berkelanjutan dalam institusi sekolah, kata Handrawan.
Sejarah memang pernah mengungkapkan peran Dokter Kecil yang merupakan ujung tombak program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam memperhatikan kesehatan anak sekolah.
Dokter Kecil membuat anak sekolah jadi sadar sehat. Karena itu, Dokter Kecil di tingkat sekolah dasar akan direvitalisasi untuk bisa menjadi pahlawan kesehatan Indonesia.
Tugas Dokter Kecil di antaranya memberikan pengetahuan tentang hidup sehat dan menginformasikan pengetahuan soal gizi di hadapan teman-temannya. Bukan hanya itu, para dokter cilik ini juga menjalani penyuluhan ke kantin sekolah dan memberikan pengetahuan kepada teman sekolahnya mengenai mana jajanan yang sehat dan yang tidak.
Sebagai pembekalan Dokter Kecil untuk mempersiapkan diri menjadi agen perubahan dalam membudayakan PHBS yang berperan aktif dalam lingkungan sekolah dan sekitar, PT Unilever Indonesia Tbk, melalui salah satu mereknya, Lifebuoy, yang dikenal luas sebagai sabun kesehatan keluarga, menggelar Kamp Dokter Kecil Lifebuoy. Kamp ini yaitu suatu wahana edukasi dan bermain bagi para Dokter Kecil dari tingkat sekolah dasar (SD). Kamp ini akan dilaksanakan di empat kota, yaitu Bogor, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan.
Kamp Dokter Kecil Lifebuoy merupakan rangkaian program Revitalisasi Dokter Kecil yang dilaksanakan Lifebuoy bermitra dengan Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Nasional. Pergelaran pertama Kamp Dokter Kecil Lifebuoy ini diadakan di Kebun Wisata Pasirmukti, Citeureup, Bogor, pada Senin (28/6) lalu dan diikuti 226 Dokter Kecil dari 113 SD terpilih mewakili wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Sukabumi, dan Bandung.
Senior Brand Manager Lifebuoy Erwin Cahaya Adi mengatakan, Kamp Dokter Kecil Lifebuoy merupakan wahana edukasi dan bermain para Dokter Kecil binaan Lifebuoy. Dalam wahana ini, para Dokter Kecil akan menerima materi pembekalan edukasi PHBS sebagai bekal mereka sebelum menerapkannya di lingkungan sekolah dan sekitar mereka.
Kegiatan ini kami lakukan karena kami yakin bahwa anakanak usia SD adalah usia yang tepat untuk memulai kebiasaan PHBS, sebutnya. Materi edukasi PHBS akan diberikan melalui pendekatan kesehatan promotif yang disajikan dalam bentuk yang kreatif. Pemberian materi pembekalan Dokter Kecil ini menggunakan analogi petualangan Dokter Kecil dalam misi untuk menyelamatkan dan membantu sebuah desa.
Desa tersebut digambarkan awalnya adalah sebuah desa yang makmur dan sejahtera. Namun, pada suatu hari desa ini mengalami banyak bencana, seperti kelaparan, banjir, gempa bumi, dan kurang gizi. Para Dokter Kecil ini diminta untuk membangun kembali desa tersebut dengan menyosialisasikan edukasi PHBS di lingkungan desa. Untuk itu, para Dokter Kecil ini diajarkan untuk menguasai materi PHBS melalui empat misi.
Pertama, misi Edukasi PHBS yaitu pendalaman materi perilaku hidup bersih dan sehat, serta penjelasan 5 cara hidup sehat Lifebuoy. Kedua, Misi Bersih Lingkungan adalah pemahaman bagaimana supaya menjaga dan membersihkan lingkungan sekitar.
Ketiga, Misi Peduli Sekolahku yakni pemahaman tentang asupan gizi dalam makanan dan hubungannya dengan kesehatan tubuh. Keempat, Misi Selamatkan Temanku, merupakan pelatihan tindakan penanganan luka ringan di lingkungan sekolah. Pembelajaran yang diperoleh dalam Kamp Dokter Kecil Lifebuoy ini diharapkan dapat terus dilanjutkan para Dokter Kecil saat kembali ke lingkungannya.
Erwin menuturkan, setelah Kamp Dokter Kecil ini, Lifebuoy akan menilai ktivitas para Dokter Kecil yang mengikuti Kamp Dokter Kecil dalam membudayakan PHBS di sekolah dan di lingkungan masing-masing.
Adapun Lifebuoy merevitalisasi Dokter Kecil terkait populasi anak sekolah di Indonesia yang tergolong besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2009, Indonesia memiliki sekitar 79,4 juta anak berusia antara 8 sampai 18 tahun. Namun, upaya menjaga kesehatan mereka masih menjadi tantangan besar bagi semua pihak.
Program Revitalisasi Dokter Kecil Lifebuoy diharapkan dapat menjadikan Dokter Kecil sebagai aktor PHBS yang dapat berperan membantu dalam mewujudkan visi Kesehatan 2010-2014 yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yakni Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Dalam program Revitalisasi Dokter Kecil dan Kader Kesehatan, Lifebuoy dan para mitra menggelar serangkaian program yaitu diawali dengan menggelar pelatihan kepada para guru SD mengenai program Dokter Kecil.