Blogger templates

Tampilkan postingan dengan label skripsi matemtika dengan sistem inquiry. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label skripsi matemtika dengan sistem inquiry. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Juni 2011

Implementasi Improving Learning dengan teknik inquiry sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik
Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM baik fisik, mental maupun spiritual. Sejalan dengan konsep pendidikan yang dicanangkan oleh PBB bahwa pendidikan ditegakan oleh 4 pilar, yaitu lern to know, learn to do, learn to live together dan learn to be. Pilar pertama dan kedua lebih diarahkan untuk membentuk sense of having yaitu bagaimana pendidikan dapat mendorong terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas di bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga mendorong sikap proaktif, kreatif dan inovatif ditengah kehidupan masyarakat. Sementara pilar ketiga dan keempat diarahkan untuk membentuk karakter bangsa atau sense of being, yaitu bagaimana harus terus menerus belajar, dan membentuka karakter yang memiliki integritas dan tanggung jawab serta memiliki komitmen untuk melayani sesama. Sense of being ini penting karena sikap dan perilaku seperti ini akan mendidik siswa untuk belajar saling memberi dan menerima serta belajar untuk menghargai serta menghormati perbedaan atas dasar kesetaraan dan toleransi ( Upik : 2005 ).

Dengan diberlakukanya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di sekolah baru-baru ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu yang diperolenya dalam kehidupan sehari-hari, untuk itu setiap pelajaran selalu dikaitkan dengan manfaatnya dalam lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran.
Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar.Sikap anak didk yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk metematika.
Keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran metematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut : 1) Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, 2) Para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, 3) Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran juga masih kurang, 4) Kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas. Hal ini menggambarkan efektifitas belajar mengajar dalam kelas masih rendah.
Dalam pengajaran matematika diharapkan siswa benar-benar aktif. Sehingga akan berdampak pada ingatan siswa tentang apa yang dipelajari akan lebih lama bertahan. Suatu konsep mudah dipahami dan diingat oleh siswa bila konsep tersebut disajikan melalui prosedur dan langkah-langkah yang tepat, jelas dan menarik. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan tindakan adalah menggunakan pendekatan tertentu dalam pembelajaran, karena suatu pendekatan dalam pembelajaran pada hakikatnya merupakan cara yang teratur dan terpikir secara sempurna untuk mencapai suatu tujuan pengajaran dan untuk memperoleh kemampuan dalam mengembangkan efektifitas belajar yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Pendekatan ini merupakan peran yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang diinginkan.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut yang berkelanjutan maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Para guru terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai model yang variasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar matematika. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan Improving Learning dengan menggunakan teknik Inquiry.
Hakikat Improving Learning adalah pembelajaran dengan menggunakan penekanan pada proses pembentukan suatu konsep dan memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses tersebut. Adapun solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan teknik Inquiry, karena dalam inquiry siswa dilatih untuk selalu bertanya, bermula dari pertanyaan siswa menentukan strategi atau cara menjawab. Akhirnya ditemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri. Dalam menyelesaikan permasalahan siswa harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan serta mereka harus melaporkan hasil-hasil temuanya baik secara lisan maupun tertulis. Kemudian mereka membandingkan hasil temuanya itu dengan yang ditemukan oleh siswa lain dan kemudian mengambil keputusan dari temuan-temuan tersebut.
Untuk menerapkan pendekatan ini guru harus betul-betul berpikir dan berperilaku yang memfasilitasi karena siswa dituntut untuk dapat membuat identifikasi apa yang akan dipelajari. Guru membantu siswa dalam membuat pertanyaan, menentukan strategi mengumpulkan informasi dan mengolah informasi ( Ayub : 2005 ). Dengan Improving Learning siswa akhirnya menemukan banyak hal menarik yang kita temukan dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Implementasi Improving Learning dengan teknik inquiry sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan bahwa keberhasilan pembelajaran matematika tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru serta tercapainya materi pembelajaran melainkan keaktifan siswa secara langsung juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran matematika.
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar masih belum nampak. Misalnya, siswa enggan mengajukan pertanyaan jika ada suatu hal yang belum jelas, siswa kurang aktif dalam mengerjakan latihan-latihan soal sendiri dan kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal-soal didepan kelas. Hal hal tersebut secara tigak langsung menyebabkan hasil belajar matematika relatif masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Peran aktif siswa dapat ditingkatkan melalui pengimplementasian improving learning dengan teknik inquiri, yaitu suatu cara penyampaian pelajaran dengan melibatkan siswa dalam proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau prinsip, proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, dan membuat kesimpulan.
Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dikhususkan pada keberanian siswa untuk bertanya, keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dan keaktifan siswa untuk mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka rumusan secara umum dari penelitian ini yaitu, �Apakah pengimplementasian improving learning dengan teknik inquiri dapat meningkatkan keaktifan siswa yang secara langsung juga akan meningkatkan hasil belajar siswa ?�. Dari permasalahan umum ini dapat dirinci menjadi dua permasalahan khusus, yaitu :
1. Apakah pengimplementasian improving learning dengan teknik inquiri dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran?
2. Apakah peningkatan peran aktif siswa dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
3. Apakah pengimplementasian improving learning denagn teknik inquiry dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?

E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dan menguji apakah pengimplementasian improving learning dengan teknik inquiri dapat meningkatkan keaktifan siswa yang secara langsung juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis dan menguji peningkatan keaktifan siswa melalui Improving Learning dengan teknik inquiri.
2. Menganalisis dan menguji peningkatan hasil belajar siswa melalui peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.
3. Menganalisis dan menguji peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran melalui Improving Learning dengan teknik inquiri.

F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap semoga hasil penelitian dapat memberikan manfaat konseptual utamanya kepada pembelajaran matematika. Disamping itu juga kepada penelitian peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran matematika SMP.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui penerapan Improving Learning dengan teknik inquiri.
b. Sebagai pijakan untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan Improving Learning.
c. Bagi siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran matematika melalui Improving Learning terutama dengan menggunakan teknik inquiri.
b. Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan khususnya bagi guru kelas VII tentang suatu alternatif pembelajaran matematika dalam student centered untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa dengan Improving Learning.
c. Bagi siswa terutama sebagai subyek penelitian, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan dalam belajar matematika secara aktif, kreatif dan menyenangkan melalui kegiatan penyelidikan sesuai perkembangan berfikirnya.

BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan pustaka, kajian teori, kerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis. Tinjauan pustaka merupakan sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Kajian teori yang dipaparkan adalah teori-teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian yang akan dibahas beserta indikator-indikatornya. Kerangka berfikir akan membahas tentang landasan teori dan hipotesis akan berhubungan antar semua variabel dalam peelitian. Hipotesis tindakan akan mengulas tentang jawaban sementara melalui tindakan-tindakan yang dilakukan dengan hasil yang diharapkan.

A. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai strategi pembelajaran lebih cenderung merupakan penelitian aspek psikologi dari suatu sistem atau struktur. Banyak penelitian yang dilakukan dalam rangka penelitian kualitas pembelajaran tersebut diantaranya :
Wahyu Widiyastuti (2003) dalam penelitianya yang berjudul Eksperimentasi Pengajaran Matematika dengan Metode Penemuan melalui Tanya Jawab pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa, yang menyimpulkan bahwa (1) Ada dampak yang berarti antara metode mangajae guru terhadap prestasi belajar matematika, (2) Ada dampak yang berarti antara aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, (3) Tidak ada dampak yang berarti antara metode mangajar guru dengan aktivitas belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika.
Rias Ernawati (2005) dalam skripsinya yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Discoveri melalui Media Gambar. Kesimpulan dari penelitianya adalah (1) Ada peningkatan motivasi siswa dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya 11 siswa (33,33 %). Peningkatan persentase dari putaran I dan putaran II mencapai 12,5% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 27,75%. (2) Ada peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya tiga siswa (9,09%), peningkatan persentase dari putaran I dan II mencapai 5,2% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 16,66%. (3) Ada peningkatan kreativitas siswa pada percobaan yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya delapan siswa (24,24%). Peningkatan persentase dari putaran I dan II mencapai 16,87% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 23,63%. (4) Ada peningkatan kemampuan matematika siswa selama proses pembelajaran matematika. Sebelum diadakan penelitian hanya tujuh siswa (21,21%). Peningkatan persentase dari putaran I dan II mencapai 13,33% dan pada akhir penelitian peningkatanya mencapai 36,05%.
Subandriyo (2006) dalam tesisnya yang berjudul Studi Tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sikap Percaya Diri Siswa yang menyimpulkan bahwa Hasil analisis data pada taraf signifikan 5% sebagai berikut : 1) Terdapat perbedaan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang diajar dengan metode inkuiri dengan kelompok siswa yang diajar secara konvensional, 2) Terdapat perbedaan antara prestasi belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki sikap percaya diri tinggi, kelompok siswa yang memiliki sikap percaya diri sedang dan kelompok siswa yang memiliki sikap percaya diri rendah, 3) Terdapat interaksi antara metode inkuiri dan sikap percaya diri siswa dalam mempengaruhi prestasi belajar matematika.
Sularmi (2006) dalam tesisnya yang berjudul Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (Eksperimen di Sekolah Dasar Kecamatan Gatak Sukoharjo). Hasil analisis dari penelitian ini yaitu,(1) terdapat perbedaan pengaruh penerapan metode inquiry-discovery dan konvensional terhadap prestasi belajar IPA, (2) terdapat perbedaan pengaruh motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar IPA, dan (3) terdapat pengaruh interaksi antara metode (Inquiry-Discovery dan Konvensional) dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar IPA.
Dari penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan dari setiap penelitian yaitu antara lain : Penelitian Slamet mengkaji tentang perbandingan metode penemuan terbimbing dengan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar, penelitian Rias Ernawati mengkaji tentang metode discovery melalui media gambar untuk meningkatkan hasil belajar, penelitian B. Subandriyo mengkaji tentang keefektifan metode inkuiri ditinjau dari sikap percaya diri dalam pembelajaran matematika, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sularmi mengkaji tentang perbedaan metode inquiry-discovery dengan metode konvensional terhadap proses belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa. Dengan demikian penelitian � penelitian diatas mendukung penelitian ini yang menekankan pada penerapan Improving Learning dengan menggunakan teknik Inquiry sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
Tabel 2.1 Perbedaan variabel-variabel yang diteliti
No Variabel
Peneliti Tanya Jawab Metode Penemuan Motivasi Belajar Prestasi Aktivitas Pembelajaran Matematika
1 Wahyu Widyastuti v ? ? ? ?
2 Rias Ernawati ? ? ? ?
3 Subandriyo ? ? ?
4 Sularmi ? ?
5 Hema Nur Farida ? ? ? ?

B. Tinjauan Teori
1. Pembelajaran
a. Pengertian pembelajaran
Gagne (dalam Hidayat dkk 1990 : 2 ), belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar dan pengajar.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan �tahu� terhadap pengetahuan dan pada akhirnya �mampu� untuk melakukan sesuatu. Prinsip dasar KBM adalah memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif ( 2006 ).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, yaitu pengertian belajar dan kegiatan belajar mengajar maka terdapat istilah yang relevan sesuai dengan perkembangan pendidikan sekarang yaitu pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku di manapun dan kapanpun ( Wikipedia : 2007 ).
b. Jenis-jenis Pembelajaran
1) Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah berarti tindakan memberi respon terhadap suatu masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang keuntunganya.
Pemecahan masalah adalah suatu tindakan (action) yang dilakukan guru agar para siswanya termotivasi untuk menerima tantangan yang ada pada pertanyaan (soal) dan mengarahkan para siswa dalam proses pemecahannya.
2) Improving learning
Improving learning adalah pembelajaran yang di dalamnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif belajar dan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi matematika. Sifat pembelajarannya dengan �mengalami� atau dengan �melakukan�, istilah itu digunakan untuk rangkaian pendekatan belajar berdasarkan kegiatan termasuk eksperimen, main peran, metode �penemuan� dan diskusi.
3) Lembar Kerja (LK)
LK merupakan salah satu cara dan variasi agar siswa dapat lebih aktif selama proses pembelajaran. LK adalah lembaran duplikat yang dibagikan guru kepada tiap siswa di suatu kelas untuk melakukan kegiatan/aktivitas belajar mengajar.
4) Suatu Studi Kasus: Model Missouri Mathematics Project (MMP)
MMP adalah model pembelajaran yang memuat langkah-langkah: pendahuluan atau review, pengembangan, latihan dengan bimbingan guru, kerja mandiri dan penutup (membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan).
5) NHT (Mumbered Heads Together)
NHT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
2. Pendekatan Improving Learning
Pendekatan secara umum memiliki arti yang sangat kompleks. Dalam Wikibooks Indonesia (2007) dikatakan bahwa Pendekatan adalah suatu upaya penyederhanaan masalah sampai batas-batas tertentu sehingga masih dapat ditoleransi untuk memudahkan penyelesaiannya. Upaya ini digunakan hampir dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan di mana suatu masalah baru umumnya diselesaikan dengan menggunakan modifikasi cara pemecahan yang telah diketahui bagi permasalahan lain.
Basis pendekatan yang telah diubah terhadap pengajaran dan pembelajaran adalah bahwa pemikir dunia pendidikan dalam perempat abad 20 terakhir memusatkan perhatiannya agar para siswa dapat belajar dengan berhasil dalam konteks pembelajaran yang baru. Piaget (dalam Hamzah, 2001:6) menyatakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan.
Improving Learning pertama kali dikembangkan oleh Glover Law, beliau orang Amerika. Improving Learning dikembangkan di Indonesia bertujuan untuk membuat proses pembelajaran menjadi efesien, efektif dan menyenangkan. Atau dalam masyarakat sering dikenal dengan pembelajaran yang lebih aktif. Improving lebih menekankan pada hasil yang dicapai, bukan metode yang digunakan. Selain itu improving learning cenderung didasarkan pada keaktifan siswa. Jadi improving learning adalah model perbaikan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi matematik.
Teori belajar Improve memandang anak sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan. Guru yang dipandang sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sebaiknya mengetahui tingkat kesiapan anak untuk menerima pelajaran, termasuk memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental, yaitu (1) perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama, (2) tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan (3) gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika, guru seharusnya mengetahui hakikat matematika itu sendiri, hakikat anak dan cara mengajarkan matematika menurut teori yang diterapkan. Menurut teori belajar Improve, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru (Hamzah, 2001 : 6).
West-Burnham (1992), mengidentifikasi pendekatan improving learning yang sifat pembelajarannya lewat �mengalami� atau dengan melakukan. Ia memberikan pemeri-pemeri mengenai kisaran guru dari �guru pengajar� ke �guru-fasilitator�, dan kisaran siswa dari �yang pembudak� ke �siswa yang belajar secara aktif�. Kemampuan menfasilitasi siswa-siswa pelajar aktif tercermin dalam pendekatan yang dibuat terhadap pengajaran dan dalam menggunakan ketrampilan berpikir pendukung sebagai basis perencanaan pelajaran.
Untuk melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan Improve ini digunakan teknik Inquiry. Menurut buku Making The PYP Happen yang diterjemahkan oleh Gatut Samuel ( 2004 : 78-80 ) berpendapat bahwa pembelajaran unit berdasarkan inquiri merupakan point penting dalam belajar matematika dimana siswa akan mengalami seakan berfikir dan bertindak sebagai ahli matematika. Siswa dan guru mengidentifikasi bersama apa yang mereka sudah ketahui yang relevan dengan inquirinya, apa yang ingin mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dan bagaimana cara terbaik untuk menemukan jawabannya.
Peaget (dalam Mulyasa, 2005 : 108) menyatakan inquiry merupakan teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lainnya. Inquiry sebagai teknik pengajaran mengandung arti bahwa dalam proses kegiatan berlangsung mengajar harus dapat mendorong dan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Adapun langkah-langkah pelaksanaanya:
1) Membina suasana yang responsif diantara siswa. Penjelasan arti dan proses Improve dengan menggunakan Inquiry.
2) Mengemukakan permasalahan untuk di Inquiry (ditemukan) melalui cerita, film, gambar dan sebagainya, kemudian mengajukan pertanyaan kearah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan dari cerita atau gambar.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Mengajukan pertanyaan yang bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.
4) Merumuskan hipotesis (asumsi atau perkiraan yang merupakan jawaban dari permasalahan tersebut). Perkiraan jawaban ini akan terlihat tidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantunya dengan pertanyaan pancingan.
5) Menguji hipotesis. Guru mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis.
6) Pengambilan kesimpulan. Perumusan kesimpulan ini dilakukan oleh guru dan siswa.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
a. Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 17) aktivitas diartikan sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998: 13). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang.
Keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan Aktivitas merupakan asas yang terpenting dari asas-asas didaktik karena belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran (Ahmad Rohani, 2004: 6).
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut Piaget (Pardjono, 2001: 2006), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: (1) siswa harus membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit, (3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi, (4) interaksi sosial dari kerjasama harus diberi peranan penting dalam kelas.
Jadi dalam proses belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa (peserta didik) harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi belajar harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dan karena sekolah merupakan sebuah miniator dari masyarakat maka dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dia pelajari. Dengan mengalaminya sendiri, siswa memperoleh pengetahuan pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
b. Beberapa Aktivitas Siswa
Pendidikan saat ini menghendaki peranan aktivitas siswa dalam kegiatan interaksi dalam pembelajaran. Hal ini tidak berarti guru pasif atau tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, tetapi guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif belajar.
Herman Handoyo (dalam Rias, 1988 : 121-123) mengklasifikasikan aktivitas belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa, seperti pada uraian di bawah ini :
Pertama, menguji. Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan. Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan lmajinasi, pikiran atau eksperimen.
Kedua, mengungkapkan. Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan atau table dengan menggunakan symbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksi model � model matematika dari situasi masalah yang dihadapi.
Ketiga, membuktikan. Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argument atau alas an yang terstruktur.
Keempat, mengaplikasikan masalah. Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan kesituasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.
Kelima, menyelesaikan masalah. Dari suatu masalah komplek yang dihadapai namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dngan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.
Keenam, mengkomunikasikan. Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing � masing dengan menggunakan symbol yang ama. Para siswa harus mendapat kesenpatan untuk menyatakan gagasan matematikanya secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan � gagasan yang nyatakan siswa lain.
Klasifikasi aktivitas belajar dari Herman Hudoyo di atas menunjukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapar secara langsung diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.
c. Dampak Aktivitas Siswa
Dalam belajar sangat diperlukan adanya suatu aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi kegiatan. Tidak akan ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja oleh siswa, tetapi juga harus dilakukan di luar kelas, kapanpun, dimanapun agar mendapat prestasi yang baik. Biasa melakukan, seperti halnya aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap waktu tanpa ada harus menunggu disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh guru, rajin mencoba mengerjakan soal-soal yang terdapat didalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk meningkatkan prestasi.
Kecenderungan dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif sendiri. Bruner (dalam Erizal Gani, 2003) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi. Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh pembelajar dan pengajar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subyek haruslah aktif berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktvitas, belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik.
4. Hubungan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Dalam proses belajar yang sedang berlangsung di kelas melibatkan siswa dan menuntut siswa untuk melakukan aktiviatas belajar. Para siswa dituntut untuk mendengar, memperhatikan, dan mencerna pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu siswa juga harus aktif bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum jelas. Siswa harus lebih kritis, kreatif lebih perhatian dalam menerima pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. Begitu juga sebaliknya guru juga harus memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan juga harus dapat menciptakan suasana belajar dalam kelas yang menimbulkan aktivitas siswa sehingga akan tercipta prose belajar mengajar yang baik dan akan menyebabkan interaksi di dalam kelas yang dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi didiknya.
Aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan prestasi belajar siswa, karena di dalam proses kegiatan belajar mengajar tanpada adanya suatu keaktifan siswa, maka belajar tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Siswa yang aktif dalam belajar akan mendapatkan prestasi yang baik dibandingkan siswa yang kurang aktif di dalam belajar. Dengan demikian aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar karena segala sesuatu tidak akan tercapai secara maksimal bila setiap individu tidak aktif dalam melaksanakan suatu kegiatan.
C. Kerangka Berfikir
Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Penelitian ini diperlukan evaluasi awal untuk mengetahui penyebab rendahnya keaktifan siswa dan observasi awal sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa.
Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas melalui strategi, pendekatan, metode dan teknik pengajaran yang tepat dengan penerapannya kondisional yang mengacu pada perencanaaan tindakan yang telah tersusun sebelumnya. Dalam penelitian setiap tindakan penelitian akan mengamati reaksi siswa dalam setiap tindakan pengajaran yang dilakukan didepan kelas. Dalam sekali tindakan biasanya permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian sehingga siklus tersebut harus terus berulang sampai permasalahan tersebut teratasi.
Gambar 2.1
Kerangka berfikir penelitian

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka, kajian teori dan kerangka berfikir dapat dirumuskan sebagai berikut jika guru menerapkan improving learning dengan menggunakan teknik inquiry maka keaktifan siswa akan meningkat.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas , (PTK) yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa. Sehingga penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika.
Penelitian kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c) pengumpulan data (observing), d) menganalisis data / informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut.
Setelah dilakukan refleksi yang mencakup analisa, sintesa dan penelitian terhadap hasil pengamatan serta hasil tindakan, biasanya muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru tetap dan peneliti. Kegiatan perencanaan awal dimulai dari melakukan studi pendahuluan. Pada kegiatan ini juga mendiskusikan cara melakukan tindakan pembelajaran dan bagaimana cara melakukan pengamatannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian mengenai implementasi improving learning dengan teknik inquiri sebagai usaha meningkatkan keaktifan belajar siswa di SMP Muhammadiyah I Surakarta. Sekolah ini merupakan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang termasuk kategori �Menengah�. Bukan merupakan sekolah �Unggulan� dan bukan pula sekolah yang �Terbelakang�. Peneliti mengadakan penelitian di sini dengan pertimbangan sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian dengan judul yang sama dengan peneliti.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian direncanakan pada semester I, bulan Agustus 2007 sampai dengan September 2007, secara terperinci sebagai berikut:
Kegiatan penelitian Bulan pelaksanaan tahun 2006/2007
Juni Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap persiapan
a. Kajian studi pustaka
b. Pembuatan desain penelitian
c. Konsultasi rancangan penelitian
d. Perumusan rancangan penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Perencanaan
b. Implementasi tindakan
c. Pengamatan kelas
d. Refleksi
e. Analisis dan interprestasi data
f. Perumusan hasil
3. Tahap Pelaporan
a. Penyusunan laporan
b. Penulisan laporan
c. Revisi dan editing
d. Penggandaan data
e. Penyetoran laporan
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah I Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dengan pertimbangan bahwa siswa pada sekolah ini memiliki kemampuan yang heterogen. Dalam penelitian ini dipilih satu kelas yaitu kelas VII SMP Muhammadiyah I Surakarta. Pemilihan dan penentuan subyek penelitian ini berdasarkan pada purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa secara keseluruhan, karena menurut guru tetap, siswa memiliki kemampuan akademik yang heterogen dan secara keseluruhan berkemampuan sedang.

D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan berbasis kelas kolaboratif. Suatu penelitian yang bersifat praktis, situasional dan konteksual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di SMP. Kepala sekolah, guru dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan keaktifan siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika serta perolehan manfaat yang lebih baik. Kepala sekolah, guru matematika dan penelitian dilibatkan sejak dialog awal sampai evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: 1). Dialog awal 2). Perencanaan tindakan 3). Pelaksanaan tindakan 4). Observasi dan monitoring 5). Refleksi 6). Evaluasi.
Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus perlakuan pembelajaran matematika diilustrasikan dalam siklus sebaga berikut:

Putaran I

Putaran II

Gambar 3.1
Proses Penelitian Tindakan
Sumber: Modifikasi sari Kemmis dan MC Taggart (Sutama, 2000: 92)

1). Dialog awal
Dialog awal dilakukan peneliti, guru matematika dan kepala sekolah untuk melakukan pengenalan, penyatuan ide dan berdiskusi untuk membahas masalah yang muncul. Serta cara-cara peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika yang terfokus pada interaksi antara guru dan siswa. Peserta dialog juga membicarakan model dan alternatif pembelajaran yang akan dipraktekkan dan dikembangkan. Dialog ini nantinya akan menyepakati penanganan masalah peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui improving learning.
2) Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk mengadakan tindakan terdiri dari:
a. Memperbaiki kompetensi material guru dalam bidang matematika
Setiap guru pasti menemui berbagai masalah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga akan lebih baik jika guru mengajukan masalah kemudian peneliti memberi bantuan. Hal ini yang dapat dilakukan peneliti adalah melihat guru dalam pembelajaran melakukan suatu kemudian memberi masukan.
1) Mengenai materi matematika yaitu mengidentifikasi materi matematika kelas VII semester I yang akan diajarkan dan mendiskusikan penyebab rendahnya keaktifan siswa.
2) Mengenai metodologi pembelajaran yaitu mendiskusikan bagaimana manfaat berbagai strategi pembelajaran dan mendiskusikan bagaimana memanfaatkan strategi pembelajaran yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal.
b. Identifkasi Masalah dan Penyebabnya
Peneliti merumuskan permasalahan siswa sebagai upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika. Tindakan yang ditawarkan pada identifikasi masalah antara lain:
1) Diskusi peneliti dengan guru kelas VII
Diskusi ini dilakukan untuk membahas batasan-batasan masalah yang terjadi pada siswa kelas VII.
2) Tes yang diberikan pada saat tindakan kelas
Tes yang diujikan tersebut bertujuan untuk mengidentifikasikan materi yang dirasa sulit bagi siswa.
c. Identifikasi siswa
Proses identifikasi dilakukan untuk menemukan siswa yang aktif atau yang pasif dalam belajar melalui kegiatan rangkaian pengumpulan data. Tindakan yang ditawarkan pada identifikasi siswa ini antara lain:
1) Diskusi dengan guru kelas VII sebelum pelaksanaan tindakan
2) Mengacu pada dokumen hasil tes tentang materi yang diberikan pada saat dilaksanakan tindakan.
d. Perencanaan Solusi Masalah
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah menerapkan improving learning dengan menggunakan teknik inquiry.
3) Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilaksanakan berdasarkan perencanaan, namun tindakan tidak mutlak dikendalikan oleh rencana suatu tindakan yang diputuskan mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata, oleh karena itu rencana tindakan harus bersifat tentatif dan sementara, fleksibel dan siap diubah sesuai dengan kondisi yang ada sebagai usaha kearah perbaikan. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan selama dua minggu terbagi dalam tiga putaran.
4) Observasi dan Monitoring
Observasi berperan dalam upaya perbaikan praktek profesional melalui pemahaman yang lebih baik dan perencanaan tindakan yang lebih kritis.
Kegiatan ini dilakukan peneliti dengan dibekali lembar pengamatan menurut aspek-aspek identifikasi, waktu pelaksanaan, pendekatan, metode dan tindakan yang dilakukan peneliti, tingkah laku siswa serta kelemahan dan kelebihan yang ditemukan.
5) Refleksi
Dalam pengambilan keputusan secara efektif perlu dilakukan refleksi yaitu merenungkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi. Mengapa segala sesuatu terjadi dan atau tidak terjadi pada observasi implementasi tindakan serta mencari solusi atau jalan alternatif lainnya yang perlu ditempuh pada perencanaan tindakan selanjutnya.
Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langsung lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Kegiatan refleksi ini dilakukan setiap akhir pembelajaran matematika, tetapi secara informal dapat dilakukan dialog menangani masalah yang muncul.
6) Evaluasi
Kegiatan ini sebagai proses pengumpulan data, mengolah data dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan. Evaluasi diarahkan pada penemuan dari bukti-bukti dari peningkatan keaktifan siswa belajar matematika yang terjadi setelah suatu tindakan.

E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran matematika dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengambilan data dilakukan dengan:
2. Metode Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sample untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa dikelas.
3. Metode Tes
Suharsimi Arikunto (1998:139) menyatakan �Metode tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok�. Metode tes digunakan sebagai instrumen penelitian dalam pengumpulan data untuk mengetahui siswa yang mau mengerjakan soal dan yang tidak mengerjakan soal. Bentuk tes berupa uraian, karena dengan tes uraian akan terlihat kemampuan siswa dalam mempresentasikan setiap soal yang diberikan disamping melihat langkah-langkah pengerjaan dari soal.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti yang tidak teramati dalam lembar observasi bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran.
5. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk memperoleh atau mengetahui sesuatu dengan buku-buku, arsip yang berhubungan dengan yang diteliti. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekolah dan nama siswa kelas VII, serta foto rekaman proses tindakan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
1. Definisi Operasional Variabel
a. Improving Learning
Improving learning adalah pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa belajar. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan improving learning digunakan teknik inquiry.
b. Meningkatkan
Pada penelitian ini yang dimaksudkan meningkatkan adalah usaha untuk menjadikan lebih baik sesuai dengan kondisi yang dapat diciptakan atau diusahakan melalui pelaksanaan belajar mengajar dikelas, khususnya pada pelajaran matematika guna meningkatkan keaktifan siswa.
c. Keaktifan
Keaktifan yang dimaksudkan adalah kemampuan siswa untuk bertanya, berdiskusi dan mengerjakan latihan-latihan soal pada waktu pembelajaran matematika.
d. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar mengajar matematika dikelas yang melibatkan siswa, guru, materi ajar matematika dan lingkungan belajar. Pada pembelajaran matematika siswa sebagai subyek sedangkan guru berfungsi sebagai pembimbing, pemotifasi dan pengelola kegiatan belajar.
2. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru matematika, dengan menjaga validitas isi. Berdasarkan cara pelaksanaan dan tujuan, penelitian ini menggunakan observasi. Dalam melakukan observasi, menggunakan pedoman observasi (terlampir). Pedoman ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Observasi tindak mengajar,
b. Observasi tindak belajar yang beraitan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika,
c. Keterangan tambahan yang berkaitan dengan tindak mengajar maupun tindak belajar yang belum tercapai.
Jadi dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati. Dalam pengumpulan data digunakan beberapa instrumen sebagai berikut:
1. catatan lapangan
2. test
3. observasi
3. Validitas Isi Instrumen
Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian, maka dipilih dan ditentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Dalam penelitian ini akan digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 1998:178).
Penelitian ini menggunakan triangulasi penyelidikan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau penguatan untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamatan lainnya dalam hal ini adalah guru matematika kelas VII dan kepala sekolah itu sendiri dapat membantu mengulangi kemenangan dalam pengumpulan data.

G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman dalam pengajaran data dalam penelitian ini digunakan analisis interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penadikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Menurut M. B. Miles (1992 : 20) proses analisis interaktif dapat digambarkan dalam skema berikut:
Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.2 Proses Analisis Interaktif
Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami, dilakukan secara bertahap adri kesimpulan sementara kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra kolaborasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, Rias. 2005. Upaya Peningkatan Hasil Belajar dengan Metode Discoveri melalui Media Gambar. Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan)

Law, Glover. 2005. Improving Learning, Jakarta: Grasindo.

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta: UI-Press..

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Subandriyo, B. 2006. Studi Tentang Keefektifan Metode Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Sikap Percaya Diri Siswa. Tesis. Surakarta: UNS http://pasca.uns.ac.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=81

Sularmi. 2006. Perbedaan Pengaruh Metode Inquiry-Discovery Dan Konvensional Terhadap Prestasi Belajar IPA Ditinjau Dari Motivasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri. Tesis. Surakarta: UNS. http://pasca.uns.ac.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=60

Sutama. 2000. Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Matematika Melalui Pembenahan Gaya Mengajar Guru di SLTP Negeri 18 Surakarta. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UMY (tidak dipublikasikan).

Widiyastuti, Wahyu. 2003. Eksperimentasi Pengajaran Matematika dengan Metode Penemuan melalui Tanya Jawab pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan)